Produksi, Produktivitas dan Penerimaan Kopi

Tabel 24. Rata-rata produksi, harga dan penerimaan tumpang sari dan naungan petani kopi di Kecamatan Air Hitam Lampung Barat 2015 Keterangan Petani Sertifikasi Petani Nonsertifikasi Per 1 ha Per 1 ha Produksi kg Harga Rpkg Penerimaan Rp Produksi setara kopi Kg Produksi kg Harga Rpkg Penerimaan Rp Produksi setara kopi Kg Tumpangsari Lada 16,55 31.222,22 1.297.596,15 78,66 12,61 22.222,22 965.841,58 58,26 Cabe 21,47 3.888,89 605.235,04 36,69 7,92 3.511,11 126.710,67 7,64 Pisang 1960,26 805,56 1.928.824,79 116,93 1859,15 756,99 1.852.145,21 111,72 Jumlah 1998,29 3.831.655,98 232,28 1879,68 2944697.47 177,62 Naungan Alpukat 74,15 722,22 230.769,23 13,99 21,67 188,89 63.256,33 3,82 Nangka 186,11 98,89 89.465,81 5,42 234,32 82,22 88.998,90 5,37 Mangga 19,76 333,33 98.824,79 5,99 Durian 43,70 533,33 223.824,79 13,57 Lain-lain 5,98 389,00 27.777,00 1,68 13,42 2011,00 13.6303,00 8,22 Jumlah 329,70 670.661,62 40,66 269,42 288.558,23 17,41 Berdasarkan Tabel 24 diketahui rata-rata produksi lahan petani sertifikasi lebih besar dari petani nonsertifikasi. Produksi lahan petani sertifikasi lebih baik dikarenakan rata-rata hasil produksi dan penerimaan tumpangsari serta naungan petani sertifikasi lebih besar dari petani nonsertifikasi. Tingginya produksi tumpangsari dan naungan dikarenakan 96, 67 persen petani sertifikasi melakukan sistem tumpangsari dan naungan pada lahan yang ditanami kopi, sedangkan petani nonsertifikasi yang melakukan sistem tumpangsari dan naungan hanya sebesar 60 persen. Berdasarkan Tabel 17 jumlah tanaman tumpangsari dan naungan petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi. Hal ini menunjukkan bahwa petani sertifikasi memiliki pengetahuan yang lebih baik untuk mengoptimalkan penggunaan lahan pada usahatani kopi dengan melakukan sistem tumpangsari dan naungan. Penerimaan lahan diperoleh dari penjumlahan penerimaan kopi, penerimaan tumpangsari dan penerimaan naungan. Produktivitas lahan diperoleh dengan menyetarakan penerimaan lahan terhadap harga kopi kemudian dibandingkan dengan luas lahan yang digunakan dalam usahatani. Produktivitas lahan yang dihitung yaitu produktivitas lahan setara kopi. Rata-rata penerimaan dan produktivitas lahan petani kopi di Kecamatan Air Hitam tersaji pada Tabel 25. Tabel 25. Rata-rata penerimaan dan produktivitas lahan per ha petani kopi di Kecamatan Air Hitam Lampung Barat 2015 Keterangan Petani Sertifikasi Petani nonsertifikasi 2012 2013 2014 2012 2013 2014 Penerimaan Rp Kopi 18.040.064,10 16.762.820,51 11.958.333,33 17.344.884,49 17.173.267,33 13.259.075,91 Tumpangsari 3.851.730,77 3.851.730,77 3.836.378,21 3.001.237,62 3.001.237,62 3.106.435,64 Naungan 685.000,00 685.000,00 641.987,18 299.339,93 299.339,93 343.894,39 Penerimaan lahan 22.576.794,87 21.299.551,28 16.436.698,72 20.674.131,28 20.502.230,45 16.731.321,77 Produktivitas lahan kgha 1.467,55 1.185,02 793,42 1.451,35 1.134,20 811,63 Tabel 25 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 dan 2013 rata-rata penerimaan dan produktivitas lahan petani sertifikasi lebih baik dari petani nonsertifikasi, namun pada tahun 2014 penerimaan dan produktivitas lahan petani nonsertifikasi lebih baik. Pada tahun 2014 penerimaan dan produktivitas lahan petani nonsertifikasi lebih baik dikarenakan pada tahun tersebut meskipun petani mengalami gagal panen namun produksi kopi petani nonsertifikasi lebih baik dari petani sertifikasi.

4. Analisis Pendapatan

Pendapatan merupakan pengurangan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Pendapatan yang hitung yaitu pendapatan kopi dan pendapatan lahan. Pendapatan usahatani yang dihitung dalam penelitian ini menggunakan