Penelitian Terdahulu Tinjauan Pustaka

Dampak sosial yang dirasakan petani adalah kuatnya organisasi petani dalam produksi dan pemasaran. Petani mendapatkan bantuan dari jaringan yang ada dalam Fair Trade dan petani juga merasakan manfaat berupa kemudahan dalam pemasaran karena adanya kepastian harga dan kontrak. Sedangakan dampak lingkungan yang dirasakan adalah peningkatan kesuburan tanah yang terlihat dari kebun petani yang lebih hijau, teratur dan kondisinya jauh lebih baik. Selain itu bertambahnya keanekaragaman hayati yang terlihat dari macam-macam tanaman peneduh dan tanaman lainnya di perkebunan yang berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem. Hasil penelitian Widiarta, Adiwibowo dan Widodo 2011 mengenai keberlanjutan pertanian organik menunjukkan bahwa usahatani padi organik layak secara ekonomi dengan BC rasio 1,7, sedangkan usahatani konvensional tidak layak secara ekonomi karena nilai BC Rasionya kurang dari 1, yaitu 0,9. Hal ini menunjukkan bahwa paktik pertanian organik berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan ekonomi petani. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa keberlanjutan praktik pertanian organik di kalangan petani masih rendah karena masih banyak petani yang belum mengadopsi praktik pertanian organik. Petani cenderung bertahan dengan pertanian konvensional karena praktik pertanian organik memiliki tingkat kompleksitas lebih tinggi dibanding praktik pertanian konvensional atau dengan kata lain sangat rumit untuk diterapkan oleh petani. Penelitian Mujiburrahman 2011 yang bertujuan untuk menganalisis sistem rantai pasok dan nilai tambah kopi organik mendapatkan hasil bahwa jaringan pasok bahan baku Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan berasal dari kolektor yang dibina dengan prinsip kemitraan oleh koperasi. Kolektor yang dibina pada masing- masing kluster berperan sebagai pembeli kopi dari petani. Nilai tambah pengolahan kopi pada Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan sebesar 59,50 sedangkan untuk kolektor sebesar 5,95. Perbedaan besarnya nilai tambah ini dikarenakan peran dan tindakan yang dilaksanakan oleh KBQ Baburrayyan lebih kompleks dari yang lainnya, sehingga nilai tambah yang diperoleh juga lebih besar Hasil penelitian Prasmatiwi, Irham, Suryantini dan Jamhari 2010 mengenai keberlanjutan usahatani kopi di kawasah hutan Kabupaten Lampung Barat menunjukkan bahwa usahatani kopi di kawasan hutan di Lampung Barat layak dan memberikan manfaat, NPV usahatani kopi di kawasan hutan sebesar Rp 17.719.505ha, BCR 1,86 dan IRR 24,96. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa usahatani kopi yang paling menguntungkan adalah usahatani naungan kompleks multiguna MPTS, multipurpose tree species karena memberikan nilai NVP tertinggi dibanding usahatani lainnya. Keberlanjutan usahatani kopi di kawasan hutan bergantung pada nilai eksternalitas biaya lingkungan dan biaya sosial, bila total biaya lingkungan dan biaya sosial mencapai lebih besar dari US536ha, maka usahatani kopi di kawasan hutan menjadi tidak layak atau tidak berkelanjutan NPV negatif, sedangakn bila biaya eksternalitas US458 maka besarnya NPV adalah Rp1.648.633ha, BCR 1,04 dan IRR 26,88. Penelitian ini juga menghitung besarnya kesediaan petani dalam membayar biaya eksternal untuk perbaikan lingkungan hutan sebesar rata-rata Rp 475.660tahun untuk perbaikan konservasi tanah, menambah tanaman naungan, membayar pajak lingkungan, dan kegiatan reboisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Donaghue 2008 mengenai peran informasi dalam sertifikasi organik menunjukkan bahwa sertifikasi kopi organik dapat memberikan keuntungan baik langsung maupun tak langsung bagi petani kecil. Keuntungan sosial-ekonomis langsung yang diterima petani adalah adanya price premium dan penurunan baiya produksi karena ketiadaan bahan kimia, yang biasanya sangat mahal dan memberatkan bagi petani kecil. Keuntungan tak langsung yang didapatkan oleh petani kecil yang terlibat dalam proses sertifikasi kopi organik adalah adanya proses kemitraan di tingkat lokal maupun internasional, sehingga memberikan keuntungan karena petani dapat meningkatkan nilai tambah produknya, meningkatkan akses petani kepada pasar yang baru, serta informasi dari mitra-mitra mengenai standar kualitas yang dikehendaki konsumen.

B. Kerangka Pemikiran

Perdagangan kopi dunia perlahan-lahan telah bergeser ke arah perdagangan kopi spesialti, yaitu kopi yang memiliki kekhasan khusus seperti kopi lestari, kopi organik dan kopi yang memiliki indikasi geografis. Negara konsumen kopi dunia sangat memperhatikan isu-isu lingkungan dan sosial dalam proses produksi kopi. Pemenuhan standar negara konsumen kopi diwujudkan dalam bentuk sertifikasi kopi. Lampung merupakan salah satu sentra produksi kopi di Indonesia yang berkontribusi cukup besar dalam ekspor kopi nasional. Pelaku usahatani kopi di Lampung memenuhi standar permintaan negara konsumen kopi dalam bentuk sertifikasi, salah satunya sertifikasi organik. Sertifikasi organik ditujukan untuk membantu petani dalam proses budidaya sehingga petani dapat meningkatkan produksi dan kualitas kopi dengan tetap memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Sertifikasi organik dilakukan sesuai standar dan prinsip-prinsip pertanian organik. Sertifikasi organik INOFICE mengacu pada SNI 6729 2013 tentang sistem pertanian organik. Standar SNI dalam pertanian organik meliputi persyaratan tatacara produksi, penggunaan input, pengolahan, penyimpanan sampai pengemasan produk organik. Usahatani kopi yang mendapat sertifikasi dari INOFICE adalah usahatani kopi yang telah memenuhi standar prinsip-prinsip pertanian organik dalam SNI. Sertifikasi organik dari INOFICE yang diterima petani mencakup proses budidaya sampai pengolahan pascapanen. Praktik budidaya kopi secara organik dilakukan melalui konsep LEISA yang meminimumkan input dari luar dan bahan-bahan kimia sehingga biaya produksi lebih rendah. Penurunan biaya produksi ini dapat meningkatkan efisiensi biaya dalam usahatani kopi. Praktik budidaya secara organik juga dapat meningkatkan produktivitas kopi, peningkatan produktivitas ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi biaya dan pendapatan petani kopi. Kopi yang dihasilkan petani sertifikasi sebagian diolah dan sisanya dijual. Pengolahan biji kopi organik ini ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah produk organik. Peningkatan produktivitas, efisiensi biaya, pendapatan usahatani kopi serta nilai tambah merupakan manfaat dalam aspek ekonomi yang diterima petani dari penerapan budidaya kopi secara organik sesuai standar sertifikasi. Manfaat sertifikasi dalam aspek sosial dan lingkungan dapat dilihat dari praktik usahatani kopi secara organik. Penilaian manfaat sosial dan lingkungan diukur melalui indikator-indikator prinsip-prinsip pertanian organik pada standar SNI 6729 2013. Penelitian mengenai manfaat sertifikasi organik dilakukan dengan membandingkan manfaat yang diperoleh petani sertifikasi dan nonsertifikasi agar besarnya manfaat lebih terlihat. Alur kerangka berpikir manfaat sertifikasi INOFICE terhadap keberlanjutan usahatani kopi organik di Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat pada Gambar 2.

C. Hipotesis

Untuk menjawab tujuan penelitian ini, telah disusun hipotesis, yaitu: 1. a. Diduga, sertifikasi INOFICE memberikan manfaat dalam aspek ekonomi ditinjau dari produktivitas, efisiensi biaya dan pendapatan.  Produtivitas usahatani kopi petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi,  Efisiensi biaya petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi,  Pendapatan usahatani petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi, b. Diduga, sertifikasi INOFICE memberikan manfaat dalam meningkatkan praktik usahatani kopi yang berkelanjutan secara ekonomi. 2. Diduga, sertifikasi INOFICE memberikan manfaat dalam meningkatkan praktik budidaya kopi yang memperhatikan lingkungan. 3. Diduga, sertifikasi INOFICE memberikan manfaat dalam meningkatkan praktik budidaya kopi yang dapat diterima secara sosial.