pertanian organik. Benih atau bibit yang digunakan dalam pertanian organik adalah benihbibit yang dibudidayakan dengan prinsip-prinsip pertanian organik.
Persyaratan untuk input produksi dalam pertanian organik adalah input yang berasal dari tumbuhan, hewan, mikroba atau mineral yang diproses secara
fisikmekanis dan enzimatis atau biologi. Penggunaan input produksi tidak boleh merusak keseimbangan ekosistem tanah, mutu air dan udara.
c Penanganan, Pengangkutan, Penyimpanan, Pengolahan dan Pengemasan.
Integritas produk organik harus tetap dijaga selama tahapan dipanen sampai pengemasan. Penanganan produk organik harus dilakukan bersih dan terpisah
dari produk anorganik untuk mencegah kontaminasi. Dalam penyimpanan dan pengangkutan produk organik tidak boleh tercampur dengan produk anorganik
atau bahan yang tidak diizinkan dalam sistem produksi. Pengolahan produk organik dilakukan secara mekanik, fisik atau biologis, pengolahan secara kimia
tidak diperbolehkan. Dalam proses pengolahan penggunaan bahan tambahan pangan BTP dan bahan penolong digunakan seminimum mungkin. Sistem
pengendalian hama, penyakit dan gulma selama proses pengangkutan dan penyimpanan dilakukan dengan tindakan pencegahan atau tindakan secara
mekanis, fisik dan biologi. Proses pengemasan produk organik menggunakan bahan daur ulang atau bahan yang dapat didaur ulang.
d Produk organik dihasilkan dari sistem produksi pertanian yang menggunakan
media tanah soil-based system.Produk pertanian yang dapat dikatakan organik adalah produk yang dihasilkan pada budidaya media tanah.
e Kepedulian Sosial
Produksi produk organik dilaksanakan dengan memperhatikan antara lain kesehatan dan kesejahteraan pekerjapetani, kesetaraan gender dan menghargai
kearifan tradisional sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dinyatakan dalam panduan mutu.
Setiap prinsip diatas mengandung standar persyaratan untuk pelaksanaan
pertanian organik. Dalam proses produksi pertanian organik terdapat tiga jenis bahan yaitu bahan yang diperbolehkan, bahan yang dibatasi dan bahan yang
dilarang. Bahan yang diperbolehkan dalam proses produksi merupakan bahan atau input yang berasal dari tanaman atau organisme yang dibudidayakan secara
organik. Bahan yang dibatasi sebagai input produksi adalah bahan yang berasal dari tanaman atau organisme yang dibudidayakan secara anorganik, serta unsur-
unsur mineral mikro dan makro yang berasal dari bebatuan. Bahan yang dilarang sebagai input produksi adalah bahan kimia sintetis seperti pupuk kimia
dan pestisida. Sertifikasi organik diberikan jika petani telah menjalankan proses produksi sesuai
dengan ketentuan SNI. Petani yang mendapat sertifikasi dari INOFICE harus memenuhi seluruh 100 prinsip-prinsip pertanian organik yang ada dalam
standar SNI. Sertifikasi organik dari INOFICE berlaku selama 3 tiga tahun sejak tanggal ditetapkannya. Untuk menjamin pelaku organik tetap menjalankan
produksi sesuai standar SNI, maka dilakukan survailen terjadwal terhadap petani yang sudah tersertifikasi minimum 1 satu tahun sekali.
5. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Menurut Soekartawi 1990 penerimaan
usahatani merupakan nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang dikonsumsi. Biaya usahatani adalah biaya yang
dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Analisis pendapatan bermanfaat untuk menggambarkan keadaan petani dimasa
sekarang dan sebagai bahan perencanaan untuk usahatani yang akan datang. Analisis pendapatan juga berguna untuk melihat apakah suatu usahatani
menguntungkan atau tidak Soeharjo dan Patong, 1973. Penilaian untung tidaknya suatu usahatani dapat dilihat dari nilai RC return cost ratio, yang
merupakan perbandingan antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani. Usahatani dikatakan layak dan menguntungkan jika nilai RC 1, namun jika nilai
RC 1 maka usahatani tidak menguntungkan. Usahatani berada pada situasi impas atau tidak menguntugkan dan tidak merugikan jika nilai RC = 1 atau biasa
disebut Break event point.
6. Efisiensi Biaya
Efisiensi biaya merupakan perbandingan antara total biaya produksi terhadap output yang dihasilkan. Efisiensi digambarkan sebagai suatu kondisi penggunaan
input terbaik untuk menghasilkan output. Efisien tidaknya biaya dalam usahatani dilihat dari besarnya biaya yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan
output. Menurut Supriyono 2001 suatu usaha dikatan efisien jika :
a. Sumber atau biaya atau masukan yang digunakan lebih kecil untuk
menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama. b.
Sumber atau biaya atau masukan yang digunakan adalah sama untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah lebih besar.
Besar kecilnya efisiensi biaya dalam usahatani sangat berhubungan dengan skala
usaha lahan dan produktivitas. Usahatani pada lahan yang luas cenderung lebih efisien dari usahatani yang dilakukan pada lahan yang sempit. Hal ini berkaitan
dengan pengeluaran biaya tetap, semakin besar skala usaha maka biaya tetap cenderung akan menurun. Skala lahan yang lebih luas dalam usahatani akan
meningkatkan produktivitas usahatani tersebut. Produktivitas usahatani merupakan gambaran dari kemampuan lahan dalam memberikan manfaat dari
aktivitas usahatani yang dilakukan di lahan tersebut. Peningkatan produktivitas memiliki pengaruh positif terhadap efisiensi biaya, dimana semakin tinggi
produksi maka efisiensi biaya yang dihasilkan semakin besar. Suatu usahatani dikatakan efisien jika mampu menghasilkan output dengan biaya rendah.
Peningkatan efisiensi biaya dapat dilakukan dengan pengendalian biaya input
produksi dalam usahatani. Menurut Bambang dan Kartasapoetra 1998 tujuan dari pengendalian biaya cost control adalah pengendalian pengeluaran-
pengeluaran, yang menjurus ke efisiensi pendayagunaan bahan baku input, tenaga kerja dan alat-alat produksi mesin-mesin. Peran efisiensi biaya sangat
penting dalam menghasilkan produk kuantitas dan kualitas secara hemat sehingga mampu meningkatkan keuntungan bagi petani.
7. Nilai Tambah Value Added
Salah satu upaya petani dalam meningkatkan penerimaannya adalah mengolah produk pertanian yang dihasilkan. Pengolahan produk pertanian ini akan
memberikan manfaat yang lebih besar bagi petani karena adanya nilai tambah dari produk yang diolah. Selama proses penyaluran barang dari produsen ke
konsumen, produk pertanian sering mendapat perlakuan seperti pengemasan, pengolahan, pengawetan dan pemindahan tempat untuk memberikan nilai tambah.
Perlakuan-perlakuan untuk meningkatkan nilai tambah tersebut bertujuan untuk meningkatkan manfaat dan keuntungan dari suatu produk.
Menurut Hayami dalam Maharani 2013 nilai tambah value added merupakan
penambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa
proses pengubahan bentuk form utility , pemindahan tempat place utility ,
maupun penyimpanan time utility . Penentuan nilai tambah menurut metode Hayami dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menghitung nilai tambah
selama proses pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran. Metode nilai tambah Hayami merupakan metode yang memperkirakan besarnya
perubahan nilai bahan setelah mendapat perlakuan. Analisis nilai tambah bertujuan untuk mengukur besarnya balas jasa fakor
produksi dalam proses pengolahan. Analisis nilai tambah ditentukan oleh tiga faktor pendukung yaitu faktor konversi, koefisien tenaga kerja dan nilai output.
Faktor konversi merupakan banyaknya output yang dapat dihasilkan dari satu satuan input. Faktor koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja