menggunakan pestisida kimia dikarenakan pembuatam pestisida nabati yang cukup rumit dan biaya tenaga kerja yang lebih besar untuk menyiangi atau
mengoreti lahan.
c. Penggunaan Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani kopi lebih banyak menggunakan tenaga
kerja dalam keluarga. Petani lebih memilih untuk mengurus dan mengerjakan sendiri usahatani kopi mereka. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga biasanya
dilakukan pada saat panen dan pengendalian gulma. Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahtani kopi tersaji pada Tabel 20.
Tabel 20. Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani kopi di Kecamatan Air Hitam Lampung Barat 2015
Kegiatan Petani Sertifikasi
Petani Nonsertifikasi Per 1,04 ha
Per 1 ha Per 1,01 ha
Per 1 ha Jumlah HOK
Jumlah HOK Pemangkasan cabang kopi
15,64 15,04
15,99 15,83
Penyulaman kopi 0,86
0,82 1,17
1,16 Penyambungan batang
3,07 2,95
5,34 5,29
Pengendalian gulma 27,67
26,60 19,31
19,12 Pengendalian HPT
0,02 0,02
0,13 0,13
Pemeliharaan Gulud dan Teras 2,68
2,57 1,21
1,20 Pemupukan
5,13 4,94
4,07 4,03
Pemanenan 76,29
73,36 86,65
85,79 Penjemuran
12,93 12,44
11,43 11,32
Pemangkasan naungan 4,23
4,06 1,57
1,55 Penanaman Tanaman
tumpangsari 1,16
1,12 1,56
1,54 Jumlah
149,67 143,92
148,42 146,95
Berdasarkan Tabel 20 petani sertifikasi menggunakan lebih sedikit tenaga kerja dibandingkan petani nonsertifikasi. Petani sertifikasi menggunakan tenaga kerja
sebanyak 143,92 HOKha sedangkan petani nonsertifikasi menggunakan tenaga kerja sebanyak 146,95 HOKha. Petani sertifikasi dan nonsertifikasi lebih banyak
menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga petani sertifikasi sebesar 55,97 persen dan 44,03 persen menggunakan
tenaga kerja luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk petani nonsertifikasi sebesar 64,12 persen dan 35,88 persen menggunakan tenaga kerja
luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja terbanyak yaitu pada kegiatan panen, pengendalian
gulma dan pemangkasan cabang kopi. Pada saat pengendalian gulma petani sertifikasi lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dibandingkan
petani nonsertifikasi. Hal ini dikarenakan petani sertifikasi membersihkan rumput dengan cara dikoret sehingga lebih membutuhkan tenaga kerja lebih banyak,
berbeda dengan petani nonsertifikasi yang membersihkan gulma dengan cara disemprot dengan pestisida kimia sehingga cukup menggunakan tenaga kerja
dalam keluarga saja. Pada saat pemanenan dan pemangkasan cabang kopi petani nonsertifikasi menggunakan lebih banyak tenaga kerja dalam keluarga dibanding
petani sertifikasi, sedangkan untuk penggunaan tenaga kerja luar keluarga tidak jauh berbeda untuk kedua kelompok.
2. Biaya Usahatani Kopi
Biaya dalam usahatani kopi terbagi menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya
diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang benar-benar dikeluarkan petani. Biaya tunai meliputi biaya penggunaan input seperti biaya bibit, pupuk,
pestisida dan herbisida, tenaga kerja TKLK, serta biaya penunjang seperti biaya
pengangkutan input, biaya panen dan pascapanen, biaya plastik, iuran kelompok, pajak serta sewa lahan tunai. Rata-rata biaya tunai pada usahatani kopi disajikan
dalam Tabel 21. Tabel 21. Rata-rata biaya tunai usahatani kopi di Kecamatan Air Hitam
Lampung Barat 2015
Biaya Tunai Rp Petani sertifikasi
Petani nonsertifikasi Per 1,04 ha
Per 1 ha Per 1,01 ha
Per 1 ha Bibit sulaman
66.477,78 63.920,94
60.140,45 59.545,00
Pupuk organik 393.916,59
378.765,96 69.333,33
68.646,86 Pupuk kimia
260.600,00 250.576,92
771.316,67 763.679,87
Pestisida dan Herbisida 182.166,67
175.160,26 424.922,22
420.715,07 TKLK
2.236.777,78 2.150.747,86 1.910.583,33 1.891.666,67
Plastik 4.794,44
4.610,04 8.838,89
8.751,38 Panen dan Pascapanen
587.144,44 564.561,97
631.947,22 625.690,32
Pajak 22.908,33
22.027,24 25.284,67
25.034,32 Iuran kelompok
84.666,67 81.410,26
2.000,00 1.980,20
Sewa lahan 422.188,89
405.950,85 1.069.413,89 1.058.826,63
Total biaya tunai 4.261.641,59 4.097.732,30
4.973.780,67 4.924.535,32
Berdasarkan Tabel 21 rata-rata biaya tunai yang dikeluakan petani sertifikasi lebih
redah dari petani nonsertifikasi. Pengeluran biaya tunai untuk petani sertifikasi yaitu sebesar Rp 4.097.732,30ha sedangkan untuk petani nonsertifikasi sebesar
Rp 4.924.535,32ha. Petani nonsertifikasi mengeluarkan biaya tunai lebih besar dikarenkan biaya input seperti pupuk dan pestisida kimia yang dikeluarkan petani
nonsertifikasi lebih tinggi dari petani sertifikasi. Selain itu biaya sewa lahan yang dikeluarkan petani nonsertifikasi lebih besar dikarenakan usahatani kopi dilakukan
dengan sistem bagi hasil sehingga biaya sewa lahan dihitung berdasarkan hasil panen kopi. Petani nonsertifikasi yang menyewa lahan dengan sistem bagi hasil
berjumlah 16,67 persen sedangkan petani sertifikasi sebesar 6,67 persen.