Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

29 Dari kutipan di atas, diketahui bahwa Pembelajaran kontekstual merupakan proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna di dalam materi akademik yang dipelajari dengan menghubungkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari dalam lingkungan personal, sosial, dan budaya. Menurut Masnur Muslich 2007:43, pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama sebagai berikut. a. Constructivism konstruktivisme, membangun, membentuk Komponen ini merupakan landasan filosofis pendekatan CTL. Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap dipraktikkannya. Manusia harus mengkontruksinya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya. b. Questioning bertanya Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa. Pada sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa pemerolehan pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya. 30 c. Inquiry menyelidiki, menemukan Komponen menemukan merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan- kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri dari fakta yang dihadapi. d. Learning community masyarakat belajar Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. Karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah yang bervariasi, sangat mendukung komponen learning community ini. e. Modeling pemodelan Komponen pendekatan CTL ini menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh, misalnya, cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertonton suatu penampilan. Cara pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya. 31 f. Reflection refleksi atau umpan balik Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari, menelaah dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini penting ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru. g. Authentic assessment penilaian yang sebenarnya Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah dikumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan proses pembelajaran yang mengaitkan antara situasi dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep materi yang sedang dipelajari dan melibatkan tujuh komponen utama, yaitu: 1 32 constructivism, 2 questioning, 3 inquiry, 4 learning community, 5 modeling, 6 reflection, and 7 authentic assessment.

5. Pembelajaran dengan Model Probing Prompting

Probing prompting berasal dari dua kata, yaitu probing dan prompting. Erman Suherman 2003: 189-190 mengungkapkan bahwa probing questions adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban yang lebih lanjut dari siswa yang bermaksud untuk mengembangkan kualitas jawaban sehingga jawaban yang diperoleh lebih jelas, sedangkan prompting questions adalah pertanyaan yang bermaksud menuntun siswa agar ia dapat menemukan jawaban yang lebih benar. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Mudasiru 2014: “Probing questions are used to get under the surface of an initial answer. Having got the students taking the teacher can use probing questions to bring out more detail. While the same questions are ask for students, the use of probing questions will vary according to the students response. Prompting questions are questions that suggest the expected answer. they are used to guide students thinking. Dari kutipan di atas, diketahui bahwa probing questions digunakan untuk memperoleh di bawah permukaan dari jawaban awal. Setelah siswa memberikan jawaban awal, guru dapat menggunakan probing questions untuk menggali jawaban siswa lebih detail. Walaupun pertanyaan yang sama diberikan ke beberapa siswa, penggunaan probing questions akan berubah-ubah sesuai dengan respons siswa tersebut. Prompting questions adalah pertanyaan yang membimbing ke jawaban yang diharapkan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan untuk menuntun pemikiran siswa. 33 Siswa membuat guru menggunakan probing questions untuk pertanyaan yang lebih rinci. Ketika pertanyaan diberikan kepada siswa, penggunaan probing questions ini tergantung denga berbagai macam respons siswa. Prompting questions merupakan pertanyaan yang mengarahkan kepada jawaban yang diharapkan. Pertanyaan itu digunakan untuk membimbing pemikiran siswa. Terdapat dua aktivitas siswa yang saling berhubungan dalam pembelajaran probing prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah sampai pemikiran tingkat tinggi Erman Suherman, 2001: 55. Menurut Suyatno 2009, praktik pembelajaran menggunakan probing prompting disajikan melalui serangkaian pertanyaan- pertanyaan yang menggali pengetahuan siswa serta membimbing ke arah perkembangan yang diharapkan. Pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada siswa mendorong siswa untuk selalu aktif berpikir dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Model pembelajaran ini menuntun dan mengarahkan kemampuan berpikir siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pembelajaran dengan model ini mengikuti perkembangan kemampuan yang dimiliki siswa. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kurang akan dibimbing dengan pertanyaan yang lebih mudah. Begitu juga siswa yang lebih mampu, maka akan diarahkan dan ditingkatkan pemahamannya dengan pertanyaan lebih sulit. Sementara itu, menurut Siti Mutmainnah 2013, 39-40, pembelajaran dengan model probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru

Dokumen yang terkait

MEDIA POP-UP UNTUK MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMP

6 56 17

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DAN PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT (PT

0 1 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT PRIBADI MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TIPE PROBING PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT PRIBADI MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TIPE PROBING PROMPTING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2

0 0 14

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SMP KELAS VII SEMESTER GENAP DENGAN MENGGUNAKAN KURIKULUM 2013.

2 12 588

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII.

1 1 337

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PERBANDINGAN UNTUK SISWA KELAS VII DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

3 17 21

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL PROBING-PROMPTING BERBASIS ETNOMATEMATIKA UNTUK MELATIHKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA.

4 10 127

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION MATERI ARITMETIKA SOAIAL UNTUK SISWA KELAS VII SMP.

0 0 53

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN ENDEED TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DAN SEGITIGA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 KISARAN

0 1 7

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI KUBUS DAN BALOK

0 1 8