Pembelajaran dengan Model Probing Prompting

33 Siswa membuat guru menggunakan probing questions untuk pertanyaan yang lebih rinci. Ketika pertanyaan diberikan kepada siswa, penggunaan probing questions ini tergantung denga berbagai macam respons siswa. Prompting questions merupakan pertanyaan yang mengarahkan kepada jawaban yang diharapkan. Pertanyaan itu digunakan untuk membimbing pemikiran siswa. Terdapat dua aktivitas siswa yang saling berhubungan dalam pembelajaran probing prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah sampai pemikiran tingkat tinggi Erman Suherman, 2001: 55. Menurut Suyatno 2009, praktik pembelajaran menggunakan probing prompting disajikan melalui serangkaian pertanyaan- pertanyaan yang menggali pengetahuan siswa serta membimbing ke arah perkembangan yang diharapkan. Pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada siswa mendorong siswa untuk selalu aktif berpikir dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Model pembelajaran ini menuntun dan mengarahkan kemampuan berpikir siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pembelajaran dengan model ini mengikuti perkembangan kemampuan yang dimiliki siswa. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kurang akan dibimbing dengan pertanyaan yang lebih mudah. Begitu juga siswa yang lebih mampu, maka akan diarahkan dan ditingkatkan pemahamannya dengan pertanyaan lebih sulit. Sementara itu, menurut Siti Mutmainnah 2013, 39-40, pembelajaran dengan model probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru 34 menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Langkah- langkah pembelajaran dengan model probing prompting adalah sebagai berikut: 1. Menghadapkan pada situasi baru Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan dengan memperhatikan gambar, rumus atau situasi lainnya yang mengandung permasalahan. 2. Memberikan kesempatan berpikir Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya. 3. Mengajukan persoalan Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai dengan Tujuan Pembelajaran Khusus TPK atau indikator kepada seluruh siswa. 4. Memberikan kesempatan berpikir Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya. 5. Menunjuk siswa Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan. Jika jawabannya tepat maka guru meminta tanggapan kepada siswa lain tentang jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Namun, jika siswa tersebut mengalami kemacetan jawaban. Dalam hal ini, jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau diam, maka guru 35 mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawaban. Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan yang menurut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, sampai dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator. Pertanyaan yang dilakukan pada langkah keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan probing prompting. 6. Mengajukan pertanyaan akhir Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa tujuan pembelajaran khusus TPKindikator tersebut benar- benar telah dipahami oleh seluruh siswa Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh bahwa pembelajaran dengan model probing prompting adalah pembelajaran dengan menyajikan pertanyaan yang menuntun dan menggali untuk mengaitkan pengalaman sebelumnya dengan materi yang sedang dipelajari. Langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah 1 menghadapkan siswa pada situasi baru, 2 memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban, 3 mengajukan persoalan kepada siswa sesuai dengan indikator, 4 memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban, 5 menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan, dan 6 mengajukan pertanyaan akhir untuk menekankan bahwa indikator telah dipahami siswa.

6. Materi Segitiga dan Segi Empat

Menurut Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kelulusan Lulusan SKL, ruang lingkup matematika sekolah khususnya SMPMTs meliputi aspek-aspek bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, statistika dan peluang. 36 Aspek geometri dan pengukuran yang harus dipelajari yaitu 1 memahami bangun-bangun geometri, 2 unsur-unsur dan sifat-sifatnya, 3 ukuran dan pengukurannya, meliputi: hubungan antargaris, sudut melukis sudut dan membagi sudut, segitiga termasuk melukis segitiga dan segiempat, 4 theorema Pythagoras, 5 lingkaran garis singgung, lingkaran luar dan lingkaran dalam segitiga dan melukisnya, 6 kubus, balok, prisma, limas dan jaring-jaringnya, 7 kesebangunan dan kongruensi, 8 tabung, kerucut, bola, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Dengan demikian, materi segitiga dan segi empat merupakan salah satu materi dari aspek geometri yang harus dipelajari siswa SMP. Menurut Standar Kompetensi Lulusan SKL SMP, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari materi segitiga dan segi empat disajikan pada Tabel 2 berikut:

Dokumen yang terkait

MEDIA POP-UP UNTUK MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMP

6 56 17

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DAN PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT (PT

0 1 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT PRIBADI MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TIPE PROBING PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT PRIBADI MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TIPE PROBING PROMPTING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2

0 0 14

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SMP KELAS VII SEMESTER GENAP DENGAN MENGGUNAKAN KURIKULUM 2013.

2 12 588

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII.

1 1 337

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PERBANDINGAN UNTUK SISWA KELAS VII DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

3 17 21

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL PROBING-PROMPTING BERBASIS ETNOMATEMATIKA UNTUK MELATIHKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA.

4 10 127

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION MATERI ARITMETIKA SOAIAL UNTUK SISWA KELAS VII SMP.

0 0 53

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN ENDEED TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DAN SEGITIGA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 KISARAN

0 1 7

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI KUBUS DAN BALOK

0 1 8