Lembar Kegiatan Siswa LKS

24 mengoptimalkan hasil belajar peserta didik dan meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa LKS adalah panduan rangkaian kegiatan yang sistematis dan terpadu yang harus dilakukan oleh siswa yang berupa penyelidikan dan pemecahan masalah dengan melibatkan keaktifan siswa untuk pembentukan konsep berdasarkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. 2 Struktur LKS yang baik Menurut Depdiknas 2008:23-24, struktur LKS yang baik secara umum adalah sebagai berikut. a Judul b Petunjuk belajar c Kompetensi yang akan dicapai d Informasi pendukung e Langkah-langkah kegiatan f Latihan-latihan g Penilaian 3 Kriteria Kualitas Lembar Kerja Siswa Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis 1992:41-46 mengatakan bahwa keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. 25 a Syarat- syarat didaktik Mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa. LKS yang berkualitas harus memenuhi syarat- syarat didaktik yang dapat dijabarkan sebagai berikut : 1 Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran 2 Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep 3 Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai dengan ciri KTSP 4 Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa 5 Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi b Syarat konstruksi Syarat-syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan, yang pada hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu anak didik. Syarat-syarat konstruksi tersebut yaitu: 1 Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. 26 2 Menggunakan struktur kalimat yang jelas. 3 Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Apalagi konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks, dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dulu. 4 Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas. 5 Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa. 6 Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS. Memberikan bingkai sehingga anak dapat menuliskan jawaban atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan. Hal ini dapat juga memudahkan guru untuk memeriksa hasil kerja siswa. 7 Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang tidak menjamin kejelasan instruksi atau isi. Namun kalimat yang terlalu pendek juga dapat mengundang pertanyaan. Gunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata- kata lebih dekat pada sifat “formal” atau abstrak sehingga lebih sukar ditangkap oleh anak. Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat. Memiliki tujuan yang jelas serta 27 bermanfaat sebagai sumber motivasi. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya, kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya. c Syarat teknis 1 Tulisan a Gunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi. b Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah. c Gunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris. d Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa. e Usahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi. 2 Gambar Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesanisi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS. 3 Penampilan Penampilan sangat penting dalam LKS. Anak pertama-tama akan tertarik pada penampilan bukan pada isinya. 28 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa LKS yang baik adalah LKS yang memenuhi syarat didaktik, konstruksi, dan teknis

4. Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa Abdul Majid, 2014:180. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah proses pembelajaran yang diawali dengan mengambil kejadian atau permasalahan pada kehidupan sehari-hari siswa kemudian diangkat ke dalam konsep yang sedang dibahas. Proses ini dapat dilakukan dengan kegiatan mensimulasikan, menceritakan, berdialog, atau tanya jawab. Fakta dan permasalahan yang diperoleh dari konteks atau lingkungan kehidupan siswa merupakan awal untuk mempelajari konsep sekaligus sebagai objek penerapan konsep itu sendiri Wina Sanjaya, 2009: 255. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Johnson 2002: 25: “The CTL system is an educational process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by connecting academic subjects with the context of their daily lives, that is, with the context of their personal social and cultural circumstances. 29 Dari kutipan di atas, diketahui bahwa Pembelajaran kontekstual merupakan proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna di dalam materi akademik yang dipelajari dengan menghubungkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari dalam lingkungan personal, sosial, dan budaya. Menurut Masnur Muslich 2007:43, pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama sebagai berikut. a. Constructivism konstruktivisme, membangun, membentuk Komponen ini merupakan landasan filosofis pendekatan CTL. Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap dipraktikkannya. Manusia harus mengkontruksinya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya. b. Questioning bertanya Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa. Pada sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa pemerolehan pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya.

Dokumen yang terkait

MEDIA POP-UP UNTUK MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMP

6 56 17

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DAN PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT (PT

0 1 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT PRIBADI MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TIPE PROBING PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT PRIBADI MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TIPE PROBING PROMPTING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2

0 0 14

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SMP KELAS VII SEMESTER GENAP DENGAN MENGGUNAKAN KURIKULUM 2013.

2 12 588

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII.

1 1 337

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PERBANDINGAN UNTUK SISWA KELAS VII DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

3 17 21

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL PROBING-PROMPTING BERBASIS ETNOMATEMATIKA UNTUK MELATIHKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA.

4 10 127

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION MATERI ARITMETIKA SOAIAL UNTUK SISWA KELAS VII SMP.

0 0 53

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN ENDEED TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DAN SEGITIGA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 KISARAN

0 1 7

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI KUBUS DAN BALOK

0 1 8