warna analogus biru-hijau-kuning. Penampakan tokoh pun mengalami zoom in dengan tempo cepat hingga tersorot secara big close-up setelah
terdengar suara aneh mirip dengan suara tangisan binatang. Hal ini bertujuan untuk memberi efek kejut yang dramatis exaggeration. Kesan
dramatis tersebut semakin kuat dengan penambahan efek suara chord piano F bertempo cepat dan pitch yang sangat rendah yaitu DE mol standar
Tiny Piano 0.8e.
8. Scene Zahra Menduga
Gambar 4.29 Scene Zahra Menduga
Deskripsi
Zahra pun lantas menduga-duga. Ia berfikir suara itu berasal dari balik semak belukar. Ia langsung mengatakannya pada Junda. Latar Zahra
melakoni adegan serupa dengan scene sebelumnya.
Analisis
Komposisi secara keseluruhan mulai dari tipe tata letak hingga paduan warna latar sama dengan scenen sebelumnya. Perbedaannya adalah
penggunaan sudut
pandangnya. Jika
dalam scene
sebelumnya menggunakan sudut pandang mata elang, kali ini tokoh utama dalam scene
ini yaitu Zahra di sorot dengan sudut pandang mata cacing perspektif dari
bawah. Agar menimbulkan antusiasme lebih, maka penulis sedikit melakukan gerak kamera agar menguatkan suasana.
9. Scene - Pemukulan Kucing
Gambar 4.30 Scene Pemukulan Kucing
Deskripsi
Di dalam scene ini diceritakan bahwa Raka sedang dipergoki oleh Zahra dan Junda saat tengah menyiksa seekor kucing putih di balik semak
belukar di sudut jalan. Raka memukulinya dengan ranting pohon. Pukulan itu sebenarnya tidak terlalu menyakitkan, namun demikian perlakuan itu
tetap menggagu si kucing. Kucing yang Raka siksa tidak bisa banyak melakukan perlawanan.
Ia hanya mengeong dan mencoba menangkis dengan sisia tenaga berharap Raka berhenti memukulinya.
Terlihat seperti semacam bayangan horisontal di bagian atas dan bawah setelah objek dua tokoh di dalam scene ini terlihat sempurna.
Analisis
Scene ini ditinjau dari segi komposisi tata letak latarnya yang cenderung simetris. Akan tetapi, tata letak tokoh di dalamnya yaitu Raka
dan kucing putih mengurangi mengubahnya menjadi asimetris.