Keunggulan Pembelajaran dengan Animasi Aqidah Islam 1. Pengertian Aqidah Islam

Dua bagan yang ditampilkan pada halaman 32 dan 33 adalah bahasa rupa yang digagas Permadi Tabrani. Akan tetapi, penulis menemukan metode-metode lain dalam mengungkapakan bahasa rupa yang di antaranya adalah dissolve, pan to dan insert. Utomo, 2008 a. Dissolve Gambar lambat laun menghilang ditumpuk dengan rangkaian gambar, mulai dengan pudar yang makin nampak jelas. Sering digunakan untuk pergantian waktu dan suasana. b. Pan to Kamera mengikuti gerakan melintasi set atau memberikan gambaran situasi untuk kemudian mendapatkan seorang pelaku sebagai sosok sentral. c. Insert Sisipan adegan yang tidak merupakan bagian dari kejadian utama. Misalnya, sepasang kekasih sedang bermesraan di taman, kemudian diselingi dengan adegan orang lain yang senyum sendirian.

D. Keunggulan Pembelajaran dengan Animasi

Menurut Agus Suheri, 2001:6 teknisi multimedia pembelajaran, keunggulan pembelajaran dengan media animasi anatara lain: 1. Dalam proses belajar-mengajar dibutuhkan komunikasi yang efektif dan efesien. Untuk itu dibutuhkan media komunikasi yang murah, cepat, akurat, berkualitas dan mudah dalam penyelenggaraan proses belajar- mengajar baik secara mandiri atau dikelas. 2. Media ajar yang mampu memaparkan materi yang membutuhkan daya imajinasi atau menjelaskan sesuatu yang kasat mata 3. Media ajar yang dapat digunakan ketika belajar dengan bantuan pengajar atau tanpa pengajar 4. Perangkat pembangun berupa hardware dan perangkat lunak berbasis multimedia

E. Pendidikan Anak Usia Dini PAUD 1. Pengertian PAUD

Menurut Prof. Majory Ebbeck, seorang pakar anak usia dini dari Australia menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir sampai usia 8 delapan tahun. S. Rahman, 2002:2 Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1990 tentang pendidikan usia dini prasekolah menyatakan bahwa pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu menumbuhkembangkan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur sekolah atu pendidikan luar sekolah. Dari dua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa PAUD memiliki makna sebagai upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-8 tahun dengan tujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Keterencanaan dan sistematika yang disusun matang ini menunjukkan bahwa PAUD sangatlah urgen. Prof. Dr. Soegeng Santoso, M. Pd. memaparkan dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini sembilan urgensi PAUD dalam Pendidikan Anak Usia Dini, 2002 yaitu: a. Menciptakan berbagai jenis permainan yang mengandung nilai agama, kedisiplinan, moral, keterampilan, kesehatan, sosial dan hal-hal yang menyenangkan. b. Menanamkan pentingnya kesehatan, gizi dan olahraga bagi anak usia dini melalui kegiatan, wisata, jalan-jalan dan pengenalan alam atu lingkungan. c. Membentuk pribadi anak melalui cerita, dongeng, nyanyian, contoh perilaku dan film yang edukatif. d. Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang cukup, supaya anaka usia dini dapat bermain, berimajianasi atau berkhayal dan kreatifitas secara bebas. Sarana atau media media pendidikan ini dapat dibuat sendiri dengan mengguanakan benda atau barang yang ada di lingkungannya. e. Menyiapkan tenaga pendidik dan profesiaonala yang mampu dan terampil mendidik, membimbing dan mengelola pendidikan anak usia dini. f. Membuka sekolah tinggi setingkat Sekolah Menengah Kejuruan tamatannya dapat medidik, membimbing anak usia dini, sebelum mereka melanjutkan program Diploma atau jenjang Strata 1. g. Merintis program wajib belajar mulai usia empat tahun usia taman kanak-kanak h. Menyediakan dana yang cukup untuk pendidikan usia dini di tiap propinsi dan pusat, dana itu selain untuk menunjang program, juga untuk biaya penelitian. i. Menentuka beberapa propinsiuntuk dijadikan uji coba pengembangan program PAUD dengan berbagai model.

2. Cara Belajar Anak Usia Dini

Seorang akademisi di bidang PAUD, Dra. Hibana S. Rahman menjelaskan dalam Konsep Dasar Pendidikan Anaka Usia Dini, 2002 perkembangan cara belajar anak usia dini semenjak lahir hingga delapan tahun sebagai berikut: 1. Usia 0-1 tahun Anak belajar dengan mengandalkan kemampuan panca inderanya, yakni pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan perasa. Secara bertahap panca indera anak difungsikan lebih sempurna. Hingga usia satu tahun anak ingin mempelajari apa saja yang dilihat dengan mengerahkan seluruh panca indera. Hal itu Nampak pada aktivitas anak memasukkan segala macam benda ke dalam mulutnya sebagai bagian dari proses belajar. 2. Usia 2-3 tahun Anak melakukan proses belajar dengan lebih sungguh-sungguh. Ia memperhatikan apa saja yang ada di lingkungannya untuk kemudian ditiru. Jadi cara belajar anakyang utama pada usia ini adalah meniru. Meniru segala hala yang ia lihat dan ia dengar. Selain itu perkembangan bahasa anak pada usia tersebut sudah mulai berkembang. Anak mengmbangkan emampuan bahasa juga dengan meniru. 3. Usia 4-6 tahun Kemampuan bahasa anak semakin baik. Begitu anak mampu berkomunikasi dengan baik maka akan segera diikuti proses belajar anak dengan bertanya. Anak akan menanyakan apa saja yang ia saksiakan. Pertanyaan yang tiada putus. Saat demikian kognisi anak berkembang pesat dan keinginan anak untuk belajar sanagt tinggi. Anak balajar melalui bertanya dan berkomunikasi. 4. Usia 7-8 tahun Perkembangan anak dari berbagai aspek sudah semakin baik. Walau demikian proses perkembangan anak terus berlanjut. Anak melakukan proses belajar dengan cara yang semakin komplek. Ia menggunakan panca inderanya untuk menangkap informasi dari luar. Anak mulai mapu membaca dan berkomunikasi secara luas. Hal itu menjadi bagian dari proses balajar anak. Berdasarkan penjelasan tingkat penerimaan pembelajaran oleh anak usia dini tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa seorang anak dapa mencerap sebuah pengajaran dengan metode interaktif dalam usia di atas 4 tahun. Anak usia tersebut mampu mengikuti pembelajaran dengan metode tersebut dengan jalan bertanya sebagai wujud dari kemampuan kemampuan berkomunikasi yang cukup baik.

F. Aqidah Islam 1. Pengertian Aqidah Islam

Opini yang berkembang di masyarakat menggambarkan bahwa Islam sebagai entitas agama yang sama dengan agama-agama lain terutama dalam prinsip peletakkan keyakinannya aqidah. Aqidah Islam dinilai sebagai dogma-dogma semata. Hal ini juga didukung dengan banyaknya kajian Islam yang pertama, Telah diketahui bahwa kaum Badui adalah kaum yang sangat primitif dalam pola pikir. Kecerdasan mereka tidak seperti suku-suku yang lainnya. Jika disetarakan dengan seorang badui dewasa memiliki tingkat kecerdasan seperti anak-anak suku yang lain-misalkan suku Quraisy. Akan tetapi, mereka mampu membuktikan eksistensi Allah dengan logika yang sangat sederhana walau terkesan fulgar. Metode inilah yang penulis akan terapkan dalam penyampaian keimanan dengan pembuktian-pembuktian eksistensi Allah dengan logika- logika yang mampu dicerap oleh manusia yang masih sangat lugu sekalipun. Jadi, logika tentang tahi onta dan keberadaan ontanya akan penulis sampaikan dalam bentuk yang lebih elegan dan bersesuaian dengan daya pikir anak-anak yang menjadi target sasaran mengingat pola logika ini adalah pola logika yang dapat dicerap oleh orang badui yang identik dengan pola pikir seorang anak.

BAB III METODE BERKARYA

A. Media Berkarya