Scene Perkenalan dan Pengawalan Cerita

keseluruhan cenderung simetris. Hal ini dikarenakan ketika melihat scene ini, pandangan akan lebih terfokus pada tokoh yang melakukan adegan. Akan tetapi kesan asimetris kembali ada ketika kedua tokoh melakukan adegan melambaikan tangan. Keduanya melambaikan tangan kanan mereka. Padahal, penulis bisa mempertahankan konsistensi komposisi simetris ketika salah satu tokoh melambaikan tangan kirinya. Penulis bermaksud tetap menjaga etika ketimuran dengan mengambil langkah ini. Secara berurutan, adegan ini diawali dengan penampakan kupu- kupu yang mendarat di atas bunga mata hari. Kemudian, terjadi disolve menuju frame yang menampakan Zahra dan Junda dalam sorot long shot sedang memberi salam. Setelah itu, transisi cut menuju frame mid close-up dimana kedua tokoh utama memperkenlakan nama dan hubungan famili mereka. Cut kembali dilakukan menuju frame close-up menyoroti Junda saja dan kemudian dilakukan alih gerak kamera ke arah Zahra dengan pendekatan sorot yang sama. Keduanya saling mendukung dalam menyampaikan kepada penonton bahwa mereka memiliki cerita menarik. Terakhir, dilakukan zoomout hingga mereka tersorot secara medium long shot. Disolve kembali penulis gunakan walau hanya di awal dengan harapan penulis bisa menyajikan sisa kesan santai dari scene sebelumnya barulah kemudian penulis bisa melakukan transisi-transisi yang lebih memiliki tempo sedang hingga cepat seperti pada transisi cut dari adegan salam, perkenalan, dan close-up wajah Junda secara berurutan, dilanjutkan denga alih gerak kamera kepada wajah Zahra dan terakhir zoomout yang penulis maksudkan untuk memberikan hiearki urgensi pesan yang disampaikan dalam semua dialog. Tingkat hierarki penulis citrakan dengan jauh dekatnya kamera menyoroti subjek adegan. Dengan demikian, dari yang paling diharapkan penulis untuk diperhatikan hingga adegan yang penulis harapkan hanya sebagai aksen sebagai berikut; a. Penyampaian Junda tentang kepemilikannya akan sebuah cerita yang menarik dan penegasan urgensi cerita itu hubungannya dengan pelajaran yang akan didapat oleh Zahra. Frame ini merupaka inti dari scene ini. Disinilah kemudian penonton diberikan pengantar menuju cerita utama dalam film ini. Oleh karena itu, penulis memberi peringkat pertama kepada frame ini untuk disematkan ke benak penonton. b. Ajakan kedua tokoh untuk menyimak cerita mereka. Jika paparan urgensi cerita sudah tersampaikan, maka penonton pun perlu untuk diajak mengikuti cerita ini. Maka dari itu, penulis memberi peringkat kedua pada frame ini dalam rangakaian adegan. c. Perkenalan nama dan hubungan famili antar kedua tokoh. Meski dimungkinkan pengenalan tokoh dapat menempati peringkat kedua, penulis menganggap perkenalan dalam adegan ini hanya sebagai penegasan dan sedikit pendetilan karena di scene sebelumnya nama tokoh sudah diperkenalkan kepada penonton melalui sisipan cuplikan yang diberikan teks berisi nama-nama tokoh. d. Salam pembuka adalah peringkat terakhir dalam rangkaian adegan dalam scene ini. Ia hanya sebagai aksen untuk menegaskan bahwa film ini adalah film dengan tema Islam karena sudah dicitrakan keislamnnya melalui lagu tema dan desain kostum tokoh-tokohnya.

5. Scene Perjalanan Pulang

Gambar 4.26 Scene Perjalanan Pulang Deskripsi Di scene ini diceritaka bahwa Zahra dan Junda pulang dari sholat ashar. Dinampakkan matahari dan langit senja kemudian pandangan dialihkan ke dua tokoh utama tersebut yang sedang menikung. Kejadian ini berada di latar Tikungan Jalan yang terbentuk dari latar belakang masjid putih dan latar depan berupa semak belukar. Di scene ini, kedua tokoh memakai kostum khas yaitu baju yang biasa dikenakan saat sholat. Zahra memakai mukena putih dengan tutup kepala merah dan Junda memakai sarung biru bergaris, baju koko ungu, serban dan peci biru. Keduanya beralaskaki sandal jepit berwarna hitam Analisis Komposisi pembukaan scene ini sangat didominasi oleh latar yang cenderung asimetris dengan kesatuan yang cukup kuat. Tentang perpaduan warna latar, sebelumnya sudah disinggung di sub-bab Latar halaman 77. Sedangkang perpaduan warna kostum tokoh memiliki alasan-alasan tertentu. Perpaduan warna kostum Junda adalah perpaduan warna ungu dan biru dengan pendekatan analogus. Penulis bermaksud mengkontraskan tokoh dengan larah agar lebih terlihat. Warna latar yang didominasi warna jingga dan hijau melatarbelakangi penulis memberi warna ungu untuk memberikan kekontrasan secara triadik. Sedangkan untuk kostum Zahra, penulis memilih warna mokromatik dengan dominan warna putih berhubungan dengan alasan kultural. Pada umumnya perempuan Indonesia mengenakan mukena berwarna putih ketika melaksanakan ibadah sholat. Secara keseluruhan, pakaian yang dikenakan tokoh bersifat seremonial sehubungan dengan adegan dilakukan setelah sholat. Junda mengenakan peci, baju koko, serban dan sarung bercorak garis vertikal dengan perpaduan warna yang telah dibahas sebelumnya dan Zahra mengenakan mukena putih. Frame pertama, penampakan langit senja jingga dan matahari dengan aksen cahaya putih kartunal berbentuk segi enamyang dipadukan dengan garis putih dengan arah memusat ke matahari. Segi enam ini merupakan representasi dari lenseflare, sedangkan garis putih adalah representasi dari sinar matahari itu sendiri. Selain itu, awan putih pun turut menjadi aksen langit senja. Ia bergerak pelan seperti kapas putih. Kemudian, dilakukan alih gerak kamera ke bawah menyoroti dua tokoh utama yang sedang berjalan di tikungan jalan. Selain gerakan