senja yang jingga. Di samping itu terlihat pula matahari yang terlihat utuh menghiasi langit jingga tersebut. Laiknya gurun pada umumnya, tidak
terlihat awan di dalam scene ini. Terdengar lanjutan lagu tema karena scene ini bagian dari rangkaian ilustrasi dari lagu tema tersebut.
Gambar 4.57 Scene Gurun
Analisis
Pola gerak scene ini sama dengan scene Gunung. Dilakukannya panning untuk memberi kesan kamera bergerak mengitari subjek. Akan
tetapi, terdapat perbedaan meski tidak terlalu signifikan. Jika pada scene Gunung pola panning saling berlawanan arah, pada scene Gurun panning
lebih terkesan searah karena dua subjek yang dimungkinkan untuk dilakukan panning yaitu subjek bukit pasir dan mata hari tidak semua
bergerak. Hanya bukit pasirnya yang digerakkan dengan kecepatan sangat lambat, sedangkan matahari cenderung diam. Namun demikian, kesan
kamera bergerak memutari subjek sudah cukup terasa. Dari sisi paduan warna, scenen ini sangat monoton. Hal tersebut
dikarenakan range paduan warnanya sangat sempit, hanya antara kuning hingga jingga. Akan tetapi, yang menjadi kelebihan dari teknik perpaduan
warna dalam scene ini adalah keberhasilan shading yang membuat gambar seolah timbul volume.
Dari sudut pandang fungsinya, scene ini cukup memberi gambaran dari lagu tema yang menceritakan keagungan ciptaan tuhan. Scene ini
sebagai petanda bahwa gurun adalah salah satu tempat yang diciptakan tuhan dengan memiliki keajaiban-keajaiban tersendiri.
37. Scene Sungai
Gambar 4.58 Scene Sungai
Deskripsi
Terlihat sebuah sungai yaang masih jernih airnya samapai warnanya terlihat biru merefleksikan langit. Terlihat pula rimbunan semak
rerumputan, belukar dan pepohonan yang tumbuh di sekitar sungai. Terlihat juga sebuah balok kayu hanyut di aliran sungai. Lagu tema masih
berlanjut di scene ini dan berakhir di scene berikutnya yaitu scene Metamorfosisi Kupu-kupu.
Analisis
Berbeda dengan dua scene sebelumnya yang bertumpu pada gerak kamera, scene ini memiliki gerak yang bertumpu pada subjek. Balok kayu
adalah satu-satunya subjek yang bergerak secara masif. Ia bergerak seolah
dari arah hulu sungai yang menuju ke arah hilir. Oleh karena sorot kamera melalui titik pandang hulu, maka semakin lama balok kayu semakin terlihat
jauh sehingga diperlihatkan semakin mengecilnya balok kayu tersebut meuju garis horison.
Dari segi paduan warna, scene ini memiliki unsur-unsur dengn paduan warna gradatif. Jangkauan warnanya juga cukup sempit yaitu
antara biru hingga hijau dengan dominasi warna hijau untuk mengesankan kesan asri mengingat scene ini menggambarkan subjek sungai yang masih
jernih airnya sebagai tanda lingkungannya belum banyak terjamah manusia. Akan tetapi, penulis memilih warna-warna dengan intensitas
tinggi agar tidak terlihat monoton. Dari segi tipe sorot kamera, penulis menggolongkannya dalam tipe
long shot. Meski apa yang disoroti secara khusus pada awalnya cukup ambigu, akan tetapi setelah kemunculan subjek balok kayu apa yang
menjadi centre of interst menjadi tertuju pada balok kayu tersebut yang tersorot secara utuh dengan porsi space yang cukup kecil.
Mengenai transisi dari secene ini dan kedua scene sebelumnya, ketiganya menggunakan tipe transisi yang sama untuk mengawali
kemunculannya yaitu dissolve. Penulis biasa menggunakan jenis transisi ini untuk memberi kesan damai dan santai karena tempo transisi yang memang
cukup lambat. Akan tetapi terkhusus unutuk scene ini, transisi akhir menggunakan wipe untuk menandai perbedaan squence dengan scene
berikutnya yaitu scene Metamorfosis Kupu-kupu.