siswa merangkum presentasi materi oleh guru dan kemampuan siswa secara individual mengerjakan kuis pada akhir siklus.
B. Saran
1. Penelitian ini berlangsung hanya dalam satu siklus sehingga masih terbuka
kemungkinan untuk siapa saja yang berminat untuk melakukan peneliatian tindakan kelas sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini ke siklus
berikutnya, sebagai upaya perbaikan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa yang masih bisa ditingkat.
2. Partisipasi siswa dalam bertanya atau mengungkapkan ide dalam diskusi kelas
nampak belum maksimal. Banyak siswa ingin bertanya tetapi malu dan belum tahu bagaimana merumuskan suatu pertanyaan dalam kegiatan belajar
mengajar atau bagaimana mengungkapkan pendapat tentang suatu hal. Hal ini bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi guru partner penelitian dan siapa saja
yang berminat melanjutkan penelitian ini, agar upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran semakin baik dan efektif.
3. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe learning together dalam
kegiatan belajar mengajar sungguh memberdayakan siswa. Dalam penelitian ini, siswa mengalami bahwa dengan model pembelajaran ini sungguh
menyenangkan di mana mereka dapat saling membantu memecahkan suatu persoalan secara bersama, saling belajar dan saling berbagi pendapat serta
pengetahuan. Partisipasi siswa dalam kelompok jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok besar diskusi kelas. Hal ini menjadi modal dasar bagi guru
untuk terus menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif.
Untuk itu, peneliti menyarankan agar model pembelajaran ini bisa terus dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk membiasakan siswa
belajar bersama sebagai suatu kelompok sosial dalam kegiatan pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
C. Keterbatasan
Peneliti sekaligus pengamat menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Kemampuan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat dalam
diskusi kelas masih lemah. Dalam penelitian ini, aspek ini kurang mendapat perhatian serius dari guru dan peneliti sehingga peningkatan keterlibatan siswa
dalam aspek ini belum optimal. Oleh karena itu masih diperlukan upaya di masa mendatang untuk mengatasi ketidak optimalan tersebut.
2. Dalam hubungan dengan pembagian kelompok kooperatif, guru dan peneliti
menggabungkan dua aspek yang disarankan oleh Kagan 1994: 15 yaitu aspek kemampuan dan ketertarikan. Dalam pembagian kelompok peneliti
tidak hanya berkonsultasi dengan guru tetapi dikomunikasikan juga kepada siswa. Akibatnya ada kelompok yang tidak seimbang jika dilihat dari aspek
kemampuan akademis. Dan hal ini ternyata berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, terutama kemampuan siswa mengerjakan kuis. Oleh karena itu, perlu