71
terkandung suatu proses kesatuan dialegtis dan teori. Praxis sendiri memiliki tiga komponen yang saling berkaitan yaitu: aktivitas, refleksi, dan kreativitas
Groome, 1997: 2; bdk. Sumarno Ds., 2014: 15. Ketiga komponen tersebut berfungsi membangkitkan berkembangnya imajinasi, meneguhkan kehendak, dan
mendorong praksis baru yang secara etis dan moral dapat dipertanggung jawabkan.
Praxis dalam pengertian model katekese Shared Christian Praxis SCP bukan hanya suatu praktek saja, tetapi suatu tindakan yang sudah direfleksikan
Sumarno Ds., 2014: 15. Perbuatan atau tindakan yang dimaksud meliputi seluruh keterlibatan manusia dan segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia
dengan tujuan tertentu atau dengan sengaja. Praxis merupakan suatu praktek yang didukung oleh refleksi teoritis dan sekaligus suatu refleksi teoritis yang didukung
oleh praktek. Selain itu, praxis juga merupakan suatu ungkapan seseorang meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual, spiritual dari hidup manusia.
2. Langkah-langkah Katekese Model Shared Christian Praxis
Shared Christian Praxis SCP sebagai model berkomunikasi tentang makna pengalaman hidup para peserta dalam berkatekese. Model katekese ini
memiliki lima langkah yang berurutan dan saling berkaitan satu sama lain. Kelima langkah tersebut dapat digabung tetapi tidak boleh ada satu langkah pun yang
dihilangkan atau dilewati karena langkah awal sampai akhir saling berkaitan. “Yang paling pokok adalah bahwa semua langkah itu mengalir dalam suatu
kesatuan yang menyeluruh dan bukan langkah- langkah yang terlepas” Sumarno
Ds., 2014: 23. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
a. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
Kekhasan pada langkah I adalah sharing, dimana peserta membagikan to share pengalaman hidup yang sungguh-sungguh dialami dan tidak boleh
ditanggapi sebagai suatu laporan. Sharing yang diungkapkan oleh peserta merupakan pengalaman hidupnya sehari-hari entah yang dialami oleh diri sendiri
maupun menceritakan pengalaman orang lain atau keadaan masyarakatnya Groome, 1997: 5.
Salah satu tujuan langkah ini yaitu untuk mendorong peserta sebagai subyek utama menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkret
yang selanjutnya dijadikan sebagai tema dasar pertemuan. Dengan demikian tema dasar pertemuan yang diangkat mencerminkan pokok-pokok kehidupan para
peserta dan sesuai dengan kebutuhan peserta. Dialog dalam langkah ini tidak mengharuskan peserta untuk berbicara menyampaikan pendapatnya tetapi dialog
dapat juga dilakukan dengan diam karena “diam” pun merupakan salah satu cara berdial
og. “Diam” tidak sama dengan tidak terlibat. Pada tahap ini pendamping sebagai fasilitator yang menciptakan suasana
pertemuan menjadi hangat dan mendukung peserta untuk membagikan praxis hidupnya berkaitan dengan tema dasar. Ia diharapkan dapat merumuskan
pertanyaan-pertanyaan yang jelas, terarah, tidak menyinggung harga diri seseorang, sesuai dengan latar belakang peserta, dan bersifat terbuka dan obyektif
misalnya: gambaran, lukisan, atau ceritakan apa yang Anda temui, lihat, dengar, dan lakukan? Sumarno Ds., 2014: 19.