73
b. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
Langkah ini memiliki kekhasan yaitu refleksi kritis yang meliputi ingatan dan kreatifitas. Dalam refleksi ini peserta diajak untuk memperdalam pengalaman
faktual yang telah diungkapkan dalam langkah pertama. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam langkah ini yaitu mengantar peserta pada kesadaran kritis
akan keterlibatan mereka, akan asumsi dan alasanpemahaman, motivasi, sumber historispengenangan, kepentingan dan konsekuensi yang disadari dan hendak
diwujudkanimajinasi. Dengan refleksi kritis pada pengalaman konkret peserta diharapkan sampai pada nilai dan visinya yang pada langkah keempat akan
dikonfrontasikan dengan pengalaman iman Gereja sepanjang sejarah Tradisi dan Visi Kristiani Groome, 1997: 5-6.
Pada tahap ini pendamping bertanggung jawab untuk menciptakan suasana pertemuan yang menghormati dan mendukung setiap gagasan serta
sumbangan saran peserta, untuk mengundang refleksi kritis setiap peserta, untuk mendorong peserta supaya mengadakan dialog dan penegasan bersama yang
bertujuan memperdalam, menguji pemahaman, kenangan, imajinasi peserta, mengajak setiap peserta untuk berbicara tetapi tidak memaksa. Pendamping
menggunakan pertanyaan yang menggali tidak menginterogasi dan mengganggu harga diri dan apa yang dirahasiakan peserta serta menyadari kondisi peserta,
lebih-lebih mereka yang tidak biasa melakukan refleksi kritis terhadap pengalaman hidupnya Sumarno Ds., 2014: 20.
c. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani
Langkah ini memiliki sedikit perbedaan dengan langkah pertama dan langkah kedua. Dalam langkah ini peserta tidak lagi banyak berbicara melainkan
pendamping yang lebih banyak berbicara karena dalam langkah ini merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
penyampaikan akan Tradisi dan Visi Kristiani. Tradisi yang disampaikan tidak terbatas pada pengajaran Gereja dogma tetapi juga merangkum Kitab Suci,
spiritualitas, devosi, kebiasaan hidup beriman, aneka kesenian Gereja, liturgi, kepemimpinan, dsb. Visi merefleksikan harapan dan janji, mandat dan tanggung
jawab yang muncul dari tradisi suci yang bertujuan untuk mendorong dan meneguhkan iman jemaat dalam keterlibatannya untuk mewujudkan kehadiran
nilai-nilai Kerajaan Allah Groome, 1997: 6. Tujuan yang hendak dicapai dari langkah ini ialah mengkomunikasikan
nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar belakang kebudayaan berlainan
Sumarno Ds., 2014: 20. Peran pendamping pada langkah ini yaitu membantu peserta dalam
menafsirkan Tradisi Gereja atau Kitab Suci sehingga nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani menjadi milik peserta. Pendamping berusaha secara kritis, berdasar
kehidupan konkret peserta, menafsirkan Tradisi Gereja dan Visi Kristiani dan juga harus menggunakan metode yang tepat sehingga dapat menarik perhatian peserta,
mengantar peserta ke tingkat kesadaran; tidak mengulang-ulang rumusan; tidak bersikap sebagai “guru”, adakalanya bersikap sebagai “murid” yang siap belajar.
Sebagai pendamping juga mau memberikan kesaksian iman, harapan dan hidupnya sendiri dalam memberikan tafsiran Sumarno Ds., 2014: 21.
d. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret
Langkah ini lebih menekankan interpretasi yang dialektis antara tradisi dan visi faktual peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani yang akan melahirkan
kesadaran sikap dan niat baru sebagai jemaat Kristiani. Kekhasan dalam langkah ini adalah mengajak peserta sampai pada pengalaman iman.