Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani
78
1 Lingkungan Emosional
Keseluruhan suasana pertemuan harus merupakan suasana saling menerima, hangat dan terbuka. Dalam Shared Christian Praxis peserta perlu
merasa diterima, bebas, dan santai serta percaya bahwa sumbangan mereka dihargai dan diperhatikan Sumarno Ds., 2014: 24.
Hal di atas berkaitan erat dengan suasana percaya. Dialog yang terjadi dalam Shared Christian Praxis dibutuhkan rasa percaya serta dukungan dari
masing-masing peserta sehingga refleksi kritis, mendengarkan pengalaman, resiko mengambil keputusan dapat terjadi. Selain itu, dengan adanya rasa percaya satu
sama lain umat juga lebih bebas dalam mengungkapkan pengalaman imannya karena merasa dihargai dan diperhatikan.
2 Lingkungan Physis
St. Agustinus sebagaimana dikutip Sumarno Ds., 2014: 24 dalam De Catechizandis
Rudibus menekankan
bahwa lingkungan
belajar harus
menyenangkan secara physis bagi peserta. Lingkungan yang secara physis ideal untuk Shared Christian Praxis
adalah lingkungan yang “lembut”, yang berbeda dengan lingkungan yang keras, misalnya: lantai bertutup lebih cocok daripada
lantai kosong; kursi yang nyaman, tapi bukan kursi malas atau bangku. Untuk menciptakan lingkungan perlu juga memperhatikan cahaya, cara mengatur tempat
duduk, susunan warna, tutup lantai, hiasan, dll. Tidak hanya itu yang diperhatikan dalam lingkungan physis. Namun, besarnya kelompok juga perlu diperhatikan
sehingga para peserta dapat saling berkontak satu sama lain. Singkatnya kata, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
lingkungan physis diusahakan menyenangkan dan memberi kesan mesra, hangat, dan terbuka sehingga peserta merasa nyaman dalam kelompok.