Metode Pembelajaran Teori Kognitif Bloom

12 menggunkaan model inkuiri adalah guru sebagai penanya sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. 4. Prinsip Belajar untuk Berpikir, belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir learning how to think yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. 5. Prinsip keterbukaan, pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

3. Jenis-jenis Metode Inkuiri

Sund dan Trowbridge dalam Mulyasa, 2006: 109 mengemukakan tiga macam metode inkuiri sebagai berikut. a. Inkuiri Terbimbing Guided Inquiry Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Salah satu metode inkuiri yang dalam penerapan pembelajarannya masih membutuhkan bantuan guru dalam memberikan bimbingan dan pengarahan bagi siswa. b. Inkuiri Bebas Free Inquiry Pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan sehingga peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Selama proses tersebut, bimbingan guru sangat sedikit diberikan bahkan tidak sama sekali. c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi modified free inquiry Pada inkuiri guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. Model inkuiri merupakan kolaborasi antara pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. 13 Metode inkuiri terdapat tiga macam jenis, di antaranya jenis inkuiri terbimbing, jenis inkuiri bebas, dan jenis inkuiri bebas yang dimodifikasi. Metode yang akan diguanakan dalam penelitian ini adalah inkuiri terbimbing karena anak usia sekolah dasar masih memerlukan bimbingan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri.

4. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran dimana guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa Amien, 1987: 137. Guru memberikan petunjuk yang cukup luas kepada siswa bagimana menyusun dan mencatat. Langkah sebelum memberikan petunjuk kepada siswa, guru terlebih dahulu harus mengarahkan siswa untuk membuat rumusan hipotesis. Merumuskan hipotesis merupakan salah satu langkah dalam metode inkuiri terbimbing. Dalam merumuskan hipotesis, rumusan dituliskan dengan menggunakan kata tanya “apakah”. Kata tanya “apakah” digunakan sebagai dasar untuk menjawab hipotesis penelitian. Dalam metode inkuiri terbimbing guided inquiry siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing Mulyasa, 2007: 109. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, inkuiri terbimbing guided inquiry adalah langkah pembelajaran inkuiri yang masih melibatkan guru untuk membimbing dalam proses pembelajaran.

5. Langkah-langkah Metode Inkuiri Terbimbing

Langkah-langkah metode pembelajaran inkuiri meliputi a inkuiri, b merumuskan masalah, c mengajukan hipotesis, d mengumpulkan data, e menguji hipotesis, dan f merumuskan kesimpulan Sanjaya, 2006: 198-202. Keenam langkah tersebut akan diuraikan sebagai berikut. a. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah 1 menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar 14 yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, 2 menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilaksanakan oleh siswa untuk mencapai tujuan, 3 menjelakan pentingnya topik dan kegiatan belajar Sanjaya, 2006: 199. Pada tahap orientasi hal yang dilakukan oleh guru adalah mengkondisikan siswa supaya siswa siap untuk mengikuti proses pembelajaran. b. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, yaitu 1 masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa, 2 masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti, 3 konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa Sanjaya, 2006: 199-200. c. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis Sanjaya, 2006: 200-201. d. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pada tahap mengumpulkan data dibutuhkan motivasi yang kuat dalam dalam belajar, ketekunan, dan kemampuan menggunakan potensi berpikir. Peran guru pada tahap ini adalah memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan-pertanyaan secara merata pada seluruh siswa sehingga siswa terangsang untuk berpikir Sanjaya, 2006: 201. 15 e. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses mennetukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Jawaban yang diberikan tidak berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus disrtai data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan Sanjaya, 2006: 201-202. f. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis Sanjaya, 2006: 201. Merumuskan kesimpulan merupakan tahap terakhir dalam proses pembelajaran. Sanjaya, 2006: 202 untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru menunjukkan data-data yang relevan. Pendapat lain dikemukakan oleh Dewey dalam Ngalimun 2012: 35-38 menyatakan bahwa proses inkuiri meliputi 1 penerimaan dan pendefinisian masalah, 2 pengembangan hipotesis, 3 pengumpulan data, 4 pengujian hipotesis, dan 5 penarikan kesimpulan. Pendapat serupa dikemukakan oleh Sudjana dalam Trianto, 2009: 172 yang menyatakan ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yakni 1 merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa, 2 menerapkan jawaban sementara atau dikenal dengan hipotesis, 3 mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan, 4 menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi, dan 5 mengaplikasikan kesimpulan. Berdasarkan pendapat para ahli mengenai langkah-langkah dalam inkuiri, peneliti menerapkan langkah-langkah sebagai berikut: orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi.

6. Keunggulan Metode Inkuiri

Keunggulan-keunggulan jika metode inkuiri diterapkan dalam pembelajaran Sanjaya, 2006: 206, adalah sebagai berikut. 16 a. Metode inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih bermakna. b. Metode inkuiri dapat memberkan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c. Metode inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembanagn psikologi belajar moderen yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d. Keuntungan lain adalah metode ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

2.1.1.4 Teori Kognitif Bloom

Bloom dalam Anderson Krathwohl, 2010: 6-7 menjelaskan kategori- kategori pada dimensi proses kognitif. Dimensi proses kognitif dibagi menjadi beberapa kategori pengklasifikasian beberapa proses kognitif yang terdapat pada tujuan pendidikan. Dalam taksonomi Bloom yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl, 2010: 99-113 terdapat 6 level dalam proses kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta yaitu sebagai berikut. a. Mengingat Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Level ini merupakan level proses kognitif yang paling sederhana. Proses mengingat meliputi proses mengenali dan mengingat kembali. Mengingat kembali melibatkan proses mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian Anderson Krathwohl, 2010: 99-105. b. Memahami Proses memahami adalah proses yang di dalamnya terdapat proses pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan kerangka- kerangka kognitif yang telah ada. Level ini meliputi proses menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan Anderson Krathwohl, 2010: 105-106. 17 c. Mengaplikasikan Proses mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Level ini meliputi proses mengeksekusi dan mengimplementasi. Mengeksekusi melibatkan proses menerapkan prosedur ketika menghadapi tugas yang sudah familiar. Mengimplementasi melibatkan proses memilih dan menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familiar Anderson Krathwohl, 2010: 116-119. d. Menganalisis Proses menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian, antar setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Proses menganalisis meliputi proses membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Membedakan melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen komuinikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur yang koheren. Mengatribusikan melibatkan proses menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi Anderson Krathwohl, 2010: 120-125. e. Mengevaluasi Proses mengevaluasi adalah proses membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Proses mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik. Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk. Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal Anderson Krathwohl, 2010: 125. f. Mencipta Proses mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Proses mencipta berisikan tiga proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat pilihan atau hipotesis 18 yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Merencanakan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu Anderson Krathwohl, 2010: 128-133. Peneliti membahas lebih lanjut mengenai kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta, karena dalam penelitian ini kedua kemampuan tersebut merupakan variabel dependen.

2.1.1.5 Kemampuan Mengevaluasi

Menurut Anderson dan Krathwohl 2010: 125-127, proses mengevaluasi adalah membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Kriteria- kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Proses mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik di jelaskan sebagai berikut. a. Memeriksa Proses memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk. Memeriksa melibatkan proses menentukan seberapa baik rencana itu berjalan. Nama lain memeriksa adalah menguji, mendeteksi, dan memonitor. b. Mengkritik Proses mengkrtitik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk dan membuat keputusan setidaknya sebagian berdasarkan ciri-ciri tersebut. Nama lain dari mengkritik adalah menilai. Kritikannya dapat didasarkan pada kriteria-kriteria positif, negatif, atau keduanya dan menghasilkan konsekuensi-konsekuensi positif atau negatif.

2.1.1.6 Kemampuan Mencipta

Menurut Anderson dan Krathwohl 2010:128-133, proses mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang 19 koheren atau fungsional. Proses mencipta berisikan tiga proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi dijelaskan sebagai berikut. 1. Merumuskan Proses merumuskan ini melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Merumuskan di sini dibatasi dalam pengertian yang sempit. 2. Merencanakan Proses ini melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. 3. Memproduksi Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu. Dalam memproduksi, siswa diberi gambaran tentang suatu produk dan harus menciptakan sebuah produk yang sesuai dengan gambaran tersebut.

2.1.1.7 Pembelajaran IPA

IPA merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. Artinya, IPA sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam Supriyono dalam Tampubolon, 2003: 148. Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan Susanto, 2013: 167. Nash dalam Samatowa, 2011: 3 menambahkan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara satu fenomena dengan fenomena lain. Powler dalam Samatowa, 2011: 3 mengatakan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Prihantoro dalam Trianto, 2010: 130 mengungkapkan bahwa IPA merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. IPA sebagai produk dapat diartikan 20 sebagai sekumpulan pengetahuan, konsep, dan bagan konsep. IPA sebagai proses dapat diartikan sebagai proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan, dan mengembangkan produk sains. IPA sebagai aplikasi dapat diartikan sebagai teori-teori IPA yang melahirkan teknologi yang berguna bagi kehidupan manusia. Bedasarkan pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dengan cara mengamati secara langsung.

2.1.1.8 Materi tentang IPA

Standar Kompetensi IPA kelas IV yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya. Kompetensi Dasar penelitian ini adalah 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu. Berikut ini diuraikan materi tentang wujud benda dan sifat-sifatnya. Berdasarkan wujudnya benda dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yakni benda padat, benda cair, dan benda gas Rositawaty Muharam, 2008: 83. Masing-masing benda tersebut memiliki sifat yang dapat membedakan jenis benda yang satu dengan benda yang lainnya. 1. Benda Padat Benda padat mempunyai sifat yang berbeda dengan benda cair atau benda gas. Sifat-sifat dari benda padat di antaranya adalah wujudnya tetap, dapat diubah bentuknya dengan cara tertentu, dan mempunyai massa Sulistyanto Wiyono, 2008: 75. a. Bentuknya tetap Buku dan pensil tidakakan berubah bentuk jika kita pindahkan dari suatu tempat ke tempatyang lain. Penggaris yang memanjang tidak mengikuti bentuk gelas. Hal itu menunjukkan bahwa setiap benda yang berwujud padat bentuknya selalu tetap. b. Benda padat dapat diubah dengan cara tertentu Benda-benda yang digunakan sehari-hari bentuknya sudah berubah dari bentuk aslinya, misalnya baju. Bentuk semula adalah sehelai kain,

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 0 202

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 213

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

2 26 214

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 6 192

Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 210

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 210

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 162

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 0 156

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 1 173

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA

0 0 195