Teori Perkembangan Anak Kajian Pustaka .1 Teori-teori yang Mendukung

9 orang tua, atau teman sebaya yang berpengetahuan menyediakan perencah, dan kemudia anak berusaha menguasai materi Salkind, 2009: 379. Piaget dalam Santrock, 2014: 43 membagi proses belajar menjadi lima tahapan yakni skema, asimilasi, akomodasi, organisasi dan equilibrium. 1 Skema adalah tindakan atau representasi mental yang mengorganisasikan pengetahuan, 2 Asimilasi adalah proses memasukan informasi baru ke dalam pengetahuan skema yang ada, 3 Akomodasi adalah proses menyesuaikan skema pengetahuan yang sudah ada terhadap informasi baru, 4 Organisasi adalah pengelompokan perilaku atau pikiran yang terisolasi ke dalam sistem yang lebih tinggi, dan 5 Equilibrium adalah mekanisme perpindahan dari satu tahap pemikiran anak ke tahap pemikiran berikutnya. Jean Piaget memiliki pendapat tentang tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut; 1 sensori-motor berumur 0-2 tahun 2 pra- operasional berumur 2-7 tahun 3 operasional konkrit berumur 7-11 tahun, dan 4 operasi formal berumur 11 tahun. Tahap-tahap tersebut akan diuraikan sebagai berikut. 1. Tingkat sensori-motor Tingkat sensori motor dua tahun pertama dalam kehidupan. Pada tahap ini anak mengatur alamnya dengan indera sensori dan tindakannya motor. Pada tingkat ini anak tidak mempunyai konsepsi object performance. Bila suatu benda disembunyikan maka anak tidak akan bisa menemukannya Santrock, 2014:45. 2. Tingkat pra-operasional Tingkat ini ialah antara umur 2-7 tahun. Periode ini anak belum mampu untuk melaksanakan operasi mental, seperti menambah, mengurangi, dan lain- lain. Tingkat pra-operasional memiliki dua subtingkat. Sub tingkat pertama antara 2-4 tahun disebut tingkat pralogis, subtingkat kedua antara 4-7 tahun disebut dengan tingkat berpikir infuitif Santrock, 2014: 46. 3. Tingkat operasional konkret Periode operasional konkret adalah antara umur 7-11 tahun. Tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional. Itu berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah yang konkret Santrock, 2014: 49. 10 4. Tingkat operasional formal Tingkat operasional formal antara umur 11 tahun. Usia tersebut anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang kompleks. Pada tahap ini anak mempunyai kemampuan berpikir abstrak Santrock, 2014: 50. Berdasarkan tahap-tahap tersebut, peneliti menggunakan tahap perkembangan operasional konkret pada siswa SD kelas IV SD. Siswa kelas IV SD berumur antara 7-11 tahun. Menurut teori Piaget, anak yang berusia antara 7- 11 tahun sudah mampu berpikir secara logis mengenai hal-hal nyata dan konkret. Dalam pembelajaran seorang guru harus dapat memilih metode maupun media pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

2.1.1.2 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau pola yang khas dalam pemanfaatan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya terkait agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar Tampubolon 2014: 142. Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan pada pembelajaran di kelas Suyono dan Hariyanto, 2011: 19. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran supaya dapat tercapai dengan optimal, dengan mengimplementasi suatu rencana yang telah disusun dalam suatu kegiatan yang nyata Sanjaya, 2006: 145. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran metode pembelajaran adalah cara atau langkah yang digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.

2.1.1.3 Metode Inkuiri 1.

Pengertian Metode Inkuiri Pendekatan inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Tujuan utamanya adalah mengembangkan sikap dan 11 keterampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang mandiri Ngalimun, 2012: 33. Pendekatan inkuiri didasarkan atas tiga pengertian, yaitu siswa terlibat dalam kesempatan belajar dengan derajat “self-direction” yang tinggi; siswa dapat mengembangkan sikap yang baik terhadap belajar, juga siswa dapat menjaga dan menggunakan informasi untuk waktu yang lama Ellis dalam Ngalimun, 2012: 33. Seif dalam Ngalimun, 2012: 33 mengartikan bahwa inkuiri berarti mengetahui bagaimana menemukan sesuatu dan bagaimana mengetahui cara untuk memecahkan masalah. Menginkuiri tentang sesuatu berarti mencari informasi, memiliki rasa ingin tahu, menanyakan pertanyaan, menyelidiki dan mengetahui keterampilan yang akan membantunya memecahkan masalah. Metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan Sanjaya, 2006: 194. Strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri Gulo dalam Trianto, 2009: 166. Berdasarkan pendapat para ahli dapat dijelaskan bahwa metode inkuiri merupakan metode di mana siswa dituntut untuk berpikir secara aktif dan melibatkan dirinya secara langsung dalam proses pembelajaran guna mencari dan menemukan penyelesaian atas masalah yang dipertanyakan, sehingga siswa lebih termotivasi dalam menjalankan proses pembelajaran.

2. Prinsip Metode Inkuiri

Menurut Sanjaya, 2006: 197-199 metode inkuiri memiliki prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran inkuri yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yaitu sebagai berikut. 1 Berorientasi pada pengembangan intelektual, tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Strategi pembelajaran berorientasi pada hasil belajar juga proses belajar. 2. Prinsip interaksi, proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. 3. Prinsip bertanya, peran guru yang harus dilakukan dalam 12 menggunkaan model inkuiri adalah guru sebagai penanya sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. 4. Prinsip Belajar untuk Berpikir, belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir learning how to think yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. 5. Prinsip keterbukaan, pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

3. Jenis-jenis Metode Inkuiri

Sund dan Trowbridge dalam Mulyasa, 2006: 109 mengemukakan tiga macam metode inkuiri sebagai berikut. a. Inkuiri Terbimbing Guided Inquiry Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Salah satu metode inkuiri yang dalam penerapan pembelajarannya masih membutuhkan bantuan guru dalam memberikan bimbingan dan pengarahan bagi siswa. b. Inkuiri Bebas Free Inquiry Pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan sehingga peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Selama proses tersebut, bimbingan guru sangat sedikit diberikan bahkan tidak sama sekali. c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi modified free inquiry Pada inkuiri guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. Model inkuiri merupakan kolaborasi antara pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas.

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 0 202

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 213

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

2 26 214

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 6 192

Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 210

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 210

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 162

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 0 156

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 1 173

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA

0 0 195