puncak usia seorang dapat terkena dermatitis kontak kosmetik pada usia 60 tahunan untuk perempuan dan usia 70-an untuk laki-laki.
Hal ini disebabkan karena penggunaan produk-produk kosmetik yang mengandung bahan kimia yang dapat memicu terjadinya
dermatitis kontak kosmetik. Untuk mengurangi kejadian dermatitis kontak perlu diikut
sertakannya pekerja laki-laki maupun perempuan dalam program pendidikan terkait informasi mengenai kulit sehat dan penyakit kulit
yang terkait dengan pekerjaan, selain itu pengenalan diri terhadap penyakit kulit dan menggunakan prosedur perlindungan, sebagai
contoh program perlindungan kulit pada pekerja adalah “program basah” yaitu mencuci wajah dengan air mengalir dan sabun
pembersih wajah denga PH yang rendah kemudian basuh dan keringkan dengan sempurna.
Perlu diperhatikan juga ialah menghindari menggunakan perhiasan berupa anting dan cincin saat bekerja menggunakan
kosmetik, karena dermatitis kontak kosmetik umumnya dimulai pada daerah telinga yang menggunakan anting dan jari yang
menggunakan cincin sebagai akibat reaksi terhadap iritan yang terjebak dibawah kedua perhiasan tersebut. Sebab, pembersih wajah
yang bersifat iritan akan turut berperan terhadap perkembangan
dermatitis kontak kosmetik menjadi dermatitis kontak di bagiantelinga dan leher serta tangan.
6.3.2.4 Riwayat Alergi dengan Kejadian Dermatitis kontak kosmetik
Beberapa pendapat menyatakan bahwa dermatitis kontak terutama dermatitis kontak alergi akan lebih mudah timbul jika
terdapat riwayat alergi sebelumnya. Dalam melakukan diagnosis dermatitis kontak dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Diantaranya adalah dengan melihat sejarah dermatologi termasuk riwayat penyakit pada keluarga, aspek pekerjaan atau tempat kerja,
sejarah alergi misalnya alergi terhadap obat-obatan tertentu, dan riwayat lain yang berhubungan dengan dermatitis Erliana 2008.
Riwayat alergi dalam penelitian ini merupakan penari studio fantasi yang sebelumnya pernah mengalami alergi kosmetik, debu,
tanaman, obat dan makanan yang dikategorikan menjadi dua yaitu memiliki riwayat alergi dan tidak memiliki riwayat alergi.
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan distribusi frekuensi penari studio fantasi 42,4pekerja memiliki riwayat alergi. Berdasarkan hasil uji
statistik dengan menggunakan uji chi square diketahui ada hubungan
antara variable riwayat alergi dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada penari studio fantasi di Dunia Fantasi Ancol
Jakarta Utara tahun 2013.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fatma Lestari 2008 di PT Inti Panjta Industrihasil uji statistik
dengan Pvalue sebesar 0,383 yang menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara riwayat alergi dengan kejadian
dermatitis kontak. Adanya hubungan antara riwayat alergi dengan kejadian
dermatitis kontak kosmetik ini diperoleh melalui diagnosis, seperti melihat sejarah dermatologi responden termasuk riwayat penyakit
pada keluarga, aspek pekerjaan maupun sejarah alergi yang ada pada responden.
Apabila terdapat reaksi berulang pada penari yang memiliki riwayat alergi, maka bahan kimia yang terdapat dalam kosmetik
dapat lebih mudah merusak struktur lunak pada sel kulit. Ketika kulit telah mengalami gangguan pajanan dari bahan kimia yang
lemahpun dapat menyebabkan inflamasi pada kulit. Besar intensitas dari inflamasi tergantung pada konsentrasi dari iritan dan lamanya
pajanan dengan bahan kimia yang terdapat dalam kosmetik. Pajanan yang terus menerus dapat dan berulang akan dapat menimbulkan
reaksi dermatitis kontak yang akut. Untuk mengurangi terjadinya dermatitis kontak kosmetik
pada pekerja, maka hendaknya managemen memberikan kuesioner
kepada pekerja agar mengetahui jenis alergi apa saja yang dimiliki pekerja, agar alergi tersebut dapat dihindari oleh para pekerja.
Selain itu dapat juga dilakukan program kesehatan berupa pemahaman infeksi yang berhubungan dengan lesi dan bercak
merah sebagai tanda awal dermatitis kontak kosmetik. Dengan harapan tidak terjadinya dermatitis akut dan tetap bebas dari infeksi
yang diakibatkan oleh dermatitis kontak kosmetik. Hal ini dikarenakan pekerja yang memiliki riwayat alergi akan lebih mudah
terkena dermatitis kontak kosmetik akut.
6.2.3.5 Riwayat Atopik denga Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik
Penderita Atopik rentan terhadap efek iritasi, Trans- epidemal Water Loss TEWL lebih tinggi pada subjek dengan
riwayat dermatitis setelah pajanan bahan kimia. Abnormalitas sawar kulit atopi dan menurunnya ambang iritasi merupakan faktor
penyebab kerentanan terhadap iritasi Lamintauta K, Maibach, 2002.
Riwayat atopik dalam penelitian ini merupakan penari studio fantasi yang peka pada bahan kosmetik yang diakibatkan oleh
faktor keturunan atau genetika, seperti asma, rhinitis alergi atau konjungtivitis alergi yang dikategorikan menjadi dua yaitu memiliki
riwayat atopik dan tidak memiliki riwayat atopik. Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan distribusi frekuensi dari 85 sampel penari studio
fantasi 37 pekerja memiliki riwayat atopik 43,5. Hasil uji
statistik dengan menggunakan uji chi square diketahui tidak ada hubungan
antara variable riwayat atopic dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada penari studio fantasi di Dunia
Fantasi Ancol Jakarta Utara tahun 2013.
Hasil penelitian iniini sejalan dengan penelitian Annisa 2010 kepada pekerja TPA Cipayung didapatkan Pvalue sebesar
0,471. Demikian juga dalam penelitian Fatma,dkk 2007 pada pekerja di PT Inti Pantja Press yang menyatakan tidak adanya
hubungan yang signifikan anatara riwayat atopik dan dermatitis kontak kosmetik.
Tidak adanya hubungan pada penelitian ini dikarenakan sedikitnya pekerja yang memiliki riwayat penyakit yang diturunkan
oleh keluarganya, namun banyaknya pekerja yang mengalami dermatitis kontak kosmetik, hal ini disebabkan bukan hanya
pengaruh dari riwayat penyakit yang diturunkan oleh keluarga tiap pekerja, namun adanya kontak dengan bahan kimia secara terus
menerus dalam waktu yang lama dan bahan kimia yang sama yang dapat mengakibatkan terjadinya dermatitis kontak kosmetik.