Daftar Bahan Kosmetik yang Dapat Menyebabkan Dermatitis

nitrosamides yang dicurigai sebagai bahan karsinogen. Konsentrasi bronopol untuk uji tempel standar adalah 0,5 dalam petrolatum. 7. Dimethyloldimethyl Hydantoin DMDM hydantoin melepaskan formaldehid 0,5-2 dan konsentrasi aman DMDM hydantoin dalam kosmetik 0,1-1. Konsentrasi bahan ini dalam uji tempel standar sebesar 1 dalam aqua. Dimethyloldimethyl Hydantoin mempunyai spektrum antimikroba yang luas dan sangat larut dalam air sehingga dipakai sebagai pengawet sampo. 8. Methylisothiazolinone MCIMI Bahan pengawet ini merupakan campuran dari MCI dan MI dengan perbandingan 3:1. MCIMI bersifat sensitizer poten, tetapi dalam konsentrasi di atas 200 ppm bersifat iritan. Penelitian prevalensi sensitisasi pada periode tahun 1985- 2000 yang dilakukan di Inggris sebesar 0,4, di Itali 11,5 dan di Amerika antara 1,8-3. Untuk kepentingan uji tempel dipakai konsentrasi 100 ppm kandungan aktif dalam air. Reaksi silang dapat terjadi dengan golongan isothiazolinone lainnya. Konsentrasi MCIMI yang masih diperbolehkan untuk produk kosmetik di Eropa 15 ppm, sedangkan di Amerika 7,5 ppm dalam produk leave-on dan 15 ppm dalam produk rinse-off. Kosmetik dengan kandungan MCIMI yang paling banyak menyebabkan dermatitis kontak alergi adalah yang dipakai sebagai produk leave-on misalnya krim moisturizer, lotion, dan gel rambut. 9. MethyldibromoglutaronitrilePhenoxyethanol Konsentrasi yang dibolehkan dalam kosmetik antara 0,0075 sampai 0,06. Phenoxyethanol dipakai sebagai pengganti MCIMI karena penelitian pada binatang tidak bersifat sensitizer, sehingga saat ini di Jerman bahan ini merupakan pengawet kosmetik terlaris. Tetapi pada penelitian observasi yang dilakukan di Eropa tahun 2000 dijumpai prevalensi sensitisasi sebesar 3,5 sedangkan di Amerika pada periode tahun 1994-1996 sebesar 1,5, pada periode tahun 1996-1998 sebesar 2,7 dan pada periode tahun 1998-2000 sebesar 3,5. Konsentrasi Phenoxyethanol untuk uji tempel sebesar 2,5 dalam petrolatum. Lesi dermatitis kontak alergi yang ditimbulkan umumnya eksematous dan sebagian besar disebabkan oleh produk kosmetik yang leave-on seperti lotion, moist toilet paper, gel rambut, gel mata, hair mousse, conditioner rambut, krim tabir surya dan sebagainya. 10. Iodopropylnyl Buthylcarbamate IPBC Pada tahun 1990 bahan ini dipakai sebagai pengawet kosmetik dengan konsentrasi maksimal 0,1. Pengawet ini didapatkan pada make-up, krim, losion pelembab, sampo, produk bayi, pembersih kontak lens dan kertas toilet. Selain pengawet kosmetik di atas, terdapat pula bahan-bahan kimia lain yang digunakan PT.Cosmar Indonesia dan berpotensi untuk menyebabkan dermatitis kontak pada pekerja, diantaranya p-phenylenediamine PPD dan p-toluenediamine pada pembuatan pewarna rambut, petrolatum, paraffin, cetyl alcohol, propylene glycol, isopropyl alcohol pada pembuatan krim wajah, sodium hydroxine pada pembuatan sabun dan sodium lauryl ether sulfate pada pembuatan sampo Prasari Sotya, 2009

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak Kosmetik

2.5.1 Faktor Langsung

2.5.1.1 Lama Kontak

Dermatitis kontak akan muncul pada permukaan kulit jika zat kimia tersebut memiliki jumlah, konsentrasi dan durasi lama pajanan yang cukup. Dengan kata lain semakin lama besar jumlah, konsentrasi dan lama pajanan, maka semakin besar kemungkinan pekerja tersebut terkena dermatitis kontak. Pekerjaan pada proses realisasi menggunakan bahan kimia dalam jumlah yang cukup besar dalam waktu yang lama 8 jam kerja. Sehingga terlihat jelas bahwa proses realisasi memiliki potensi terkena dermatitis kontak yang lebih besar. Hal ini karena pada proses realisasi pekerja terpajan bahan kimia dengan konsentrasi yang cukup tinggi dan dalam waktu yang lama John Wiley Sons Inc. 1999 dalam Lestari, 2007. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pekerja yang terkena pajanan bahan kimia di perusahaan otomotif didapatkan responden dengan bahan kimia sebanyak 8 jamhari terjadi pada 45 pekerja 83, rata-rata 6 jamhari 1 orang 2, rata-rata 3 jamhari 1 orang 2, dan ratarata 2 jamhari 7 orang 13 Wisnu dkk, 2008

2.5.1.2 Frekuensi Kontak

Frekuensi kontak yang berulang untuk bahan yang mempunyai sifat sensitisasi akan menyebabkan terjadinya dermatitis kontak jenis alergi, yang mana bahan kimia dengan jumlah sedikit akan menyebabkan dermatitis yang berlebih baik luasnya maupun beratnya tidak proporsional Cohen DE, 1999. Berdasarkan penelitian Ruhdiat 2006, proporsi pekerja yang mengalami dermatitis kontak dengan frekuensi kontak ≥5 kalihari sebesar 96.3, sedangkan proporsi pekerja yang mengalami dermatitis kontak dengan frekuensi kontak 5 kalihari adalah sebesar 79.4. Dan hasil penelitian Nuraga, dkk 2008 menemukan bahwa Kejadian dermatitis kontak dengan frekuensi kontak 15x terjadi pada dermatitis kontak akut sebanyak 14 responden 100, sub akut 17 responden 81 dan kronis 4 responden 80 dengan nilai p= 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kejadian dermatitis kontak dengan frekuensi kontak.

2.5.1.3 Bahan kimia

Paparan bahan kimia ditentukan oleh banyak faktor termasuk lama kontak durasi, frekuensi kontak, konsentrasi bahan dan lain-lain Agus R, 2006 dalam Nuraga,2008. Sehingga terjadinya resiko kontak bahan kimia perlu dikendalikan dan dikontrol seperti membatasi jumlah kontak yang terjadi. Oleh karena itu bahan kimia merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak Djuanda, 1987. Bahan kimia cair asam berbeda cara kerjanya dengan basa. Asam menimbulkan luka bakar luas dengan efek panas dengan proses perusakan jaringan lunak. Cairan korosif memerlukan pH yang rendah atau sangat tinggi untuk menyebabkan korosi, namun pada paparan awal tidak timbul rasa sakit Haminton, 2003. Menurut Klinik Kulit dan Kelamin RS. Dr. Sardjito Yogyakarta kontak bahan kimia yang dapat mnimbulkan Dermtitis Kontak Kosmetik antara lain adalah perawatan kulit, pewarna dekoratif, perawatan rambut, terapeutik, parfum dan deodorant, tabir surya dan oral hygine. Untuk lengkapnya dapat dilihat dalam table 1 Alergen yang dapat menimbulkan DKK. 2.5.2 Faktor Tidak Langsung 2.5.2.1 Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, DKI secara signifikan lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki. Tingginya frekuensi ekzem tangan pada wanita dibanding pria karena faktor lingkungan, bukan genetik Hogan, 2009. Berdasarkan Penelitian kasus Dermatitis kontak kosmetik di Klinik Kulit dan Kelamin RS. Dr. Sardjito pada tahun 2005-2006 adalah 208 kasus 43,6 dari seluruh kasus dermatitis, terdiri dari 182 38,16 perempuan dan 26 5,45 laki-laki Prasari, 2009.

2.5.2.2 Usia

Menurut Potts Ro dkk dalam bukunya Pharmacologfy menyatakan, Kerentanan kulit terhadap efek iritasi menurun seiring dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan karena menurunnya fungsi sawar kulit. Penelitian menunjukan bahawa iritabilitas kulit terhadap bahan kimia mencapai puncaknya selama masa kanak-kanak dan menurun saat dewasa, dimana lokasi reaktifitas tertinggi adalah sekitar paha, punggung atas dan lengan bawah. Menurut Fatma Lestari dalam penelitiannya, Hasil analisis hubungan antara usia pekerja dengan kejadian dermatitis kontak diperoleh bahwa sebanyak 26 60,5 dari 43 pekerja yang berusia ≤30 tahun terkena dermatitis kontak, sedangkan diantara pekerja yang berusia 30 tahun hanya sekitar 13 orang 35,1 yang terkena dermatitis kontak. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa pekerja muda lebih mudah terkena dermatitis kontak. Hasil uji statistik menunjukan nilai p value sebesar 0,042 hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan proporsi penyakit dermatitis yang bermakna antara pekerja muda ≤30 tahun dengan pekerja tua 30 tahun. Selain itu pada tingkat kepercayaan 95 nilai odds ratio yang dihasilkan sebesar 2,824, artinya pekerja muda mempunyai peluang 2,824 2,8 kali terkena dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja tua.