Patofisiologi Dermatitis Kontak Kosmetik Iritan

urushiol secara cepat 10 menit masuk melewati kulit dan berikatan dengan protein permukaan sel langerhans di epidermis dan sel makrofag di dermis. Sell langerhans kemudian member sinyal kepada sel limfosit mengenai informasi antigen kemudian sel limfosit berproloferasi menghasilkan sel T limfosit tersensitisasi. Setelah sistem imun tersensitisasi, maka dengan pemaparan selanjutnya akan menginduksi hipersensitifitas tertunda tipe IV, yang merupakan reaksi yang dimediasi oleh sel dan membutuhkan waktu 24-48 jam atau lebih. Dermatitis yang tertangani dan tidak tertangani, secara alami akan sembuh dalam 10-21 hari, karena adanya sistem imun. Crowe, M.A James W.D, 2001, dalam Sumantri, dkk, 2008

2.3.2.6 Tanda dan Gejala Dermatitis Kontak Kosmetik Iritan

Dermatitis kontak iritan biasanya lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak bahan kimia. Gejala terbagi dua yaitu menjadi akut dan kronis. Saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan sampai terasa perih bahkan lecet, luas kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena, berbatas tegas. Saat kronis gejala dimulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang akhirnya menjadi menebal, Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal hiperkeratosis dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris fisur, misalnya pada kulit tumit. Dan pada Dermatitis kontak iritan ini gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa dibandingkan dengan tipe dermatitis kontak alergi Partogi,2008

2.3.2.7 Tanda dan Gejala Dermatitis Kontak Kosmetik Alergi

Penderita dermatitis kontak alergi pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi basah. Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga campuran.Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48 jam, bahkan sampai 72 jam.

2.3.2.8 Diagnosis

Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran klinis. Dermatitis kontak iritan akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga penderita pada umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya, dermatitis kontak iritan kronis, timbulnya lambat serta mempunyai variasi gambaran klinis yang laus, sehingga ada kalanya sulit dibedakan dengan dermatitis kontak alergi. Untuk ini diperlukan uji temple dengan bahan yang dicurigai.Pada tipe alergi, dokter dapat meminta untuk dilakukan tes tempel patch testing menggunakan zat yang dicurigai mencetus alergi dan biasanya dokter memeriksa IgE dan Eosinofil untuk membedakan tipe alergi dengan yang tipe iritan. “Patch test” adalah cara uji klinis untuk menentukan , apakah suatu bahan kimia bersifat sensitizer atau tidak. Terdapat banyak cara untuk melakukan “patch test”. Patch test dapat digunakan sebagai alat diagnostik ataupun preventif. Sebagai alat diagnostik, bahan dalam konsentrasi sangat rendah dibiarkan kontak dengan kulit dan ditutup dengan plester. Bila penderita peka, timbullah tanda kelainan di kulit. Sebagai alat preventif dimaksudkan untuk menguji suatu bahan yang akan diproduksi oleh suatu industri, apakah bahan itu bersifat sensitizer atau tidak. Untuk maksud tersebut bahan dalam kadar rendah dibiarkan kontak dengan kulit dan ditutup dengan plester untuk kira-kira 5 hari. Lalu plesternya dibuka dan bahannya dibersihkan sekali. Biarkan dahulu untuk waktu 10 hari. Kemudian bahan yang sama dikontakkan pula di kulit. Bila reaksi timbul, berarti bahan itu sensitizer. Demikian pula faktor psikis tidak jarang menimbulkan kesulitan dalam menegakkan diagnosis dermatitis akibat kerja ataukah suatu kelainan yang latar belakangnya penyakit psikosomatis. Untuk mengatasi hal demikian kadang-kadang diperlukan konsultasi kepada psikiater Suma’mur, 2009. Menurut Depkes 2008 langkah-langkah diagnosa dermatitis akibat kerja, yaitu :