102
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dimana desain ini hanya menjelaskan hubungan keterkaiatannya saja, maka peneliti tidak dapat
menjelaskan hubungan sebab akibatnya. Walaupun demikian desain ini dipilih karena paling sesuai dengan tujuan penelitian dan sangat efektif dalam
segi waktu. 2. Pemeriksaan kejadian dermatitis kontak kosmetik hanya dilihat secara umum
dari gejala yang dirasakan responden dan pemeriksaan fisik yang dibantu oleh dokter, tanpa menggunakan uji tempel untuk memperkuat hasil. Hal
tersebut dikarenakan keterbatasan biaya dan waktu penelitian sehingga peneliti tidak dapat menentukan manifestasi klinisnya.
3. Peneliti tidak dapat meneliti konsentrasi yang terdapat dalam produk yang digunakan, karena keterbatasan waktu dan biaya.
4. Hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh kejujuran responden dalam menjawab kuesioner yang diberikan.
6.2 Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik
Dermatitis Kontak Kosmetik adalah dermatitis yang disebabkan oleh produk atau bahan kosmetik dan bukan oleh obat atau bahan kimia lain Internationa journal
of dermatology, 2003. Gejala klinis dermatitis kontak kosmetik dapat berupa kemerahan, perubahan warna kulit, rasa terbakar, pedih dan gatal. Dermatitis kontak
kosmetik memiliki beragam manifestasi klinis, yaitu dermatitis kontak iritan DKI, dermatitis kontak alergi DKA, dermatitis foto kontak alergi DFKA, urtikaria
kontak, perubahan pigmen, abnormalitas kuku, kerusakan rambut dan erupsi akneiformis. Dermatitis yang sering ditemui adalah dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergi Widhyasti dkk, 2008. Hasil penelitian menunjukan bahwa 61,2 dari 85 penari studio fantasi di
Dunia Fantasi Ancol, Jakarta-Utara tahun 2013 mengalami dermatitis kontak kosmetik dengan manifestasi klinis Dermatitis kontak kosmetik iritan dan dermatitis
kontak kosmetik alergi. Untuk menegakan hasil diagnosis tersebut hanya menggunakan gambaran klinis tanda dan gejala serta hasil anamnesis didapatkan
48,2 pekerja mengalami dermatitis kontak kosmetik iritan dan 12,9 pekerja mengalami dermatitis kontak kosmetik alergi. Hal ini sejalan dengan studi Udayana
Dhermato Venerology yang memperlihatkan bahwa 27,2 dari 59 orang pengguna kosmetik 66,1 mengalami dermatitis iritan dan 33,9 orang pengguna kosmetik
mengalami dermatitis kontak alergi fransisca dkk,2007 dan sejalan pula dengan hasil studi epidemiologi di indonesia dimana 97 dari 389 kasus adalah dermatitis