Masa Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak

uji chi square diketahui tidak ada hubungan antara variable jenis kelamin dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada penari studio fantasi di Dunia Fantasi Ancol Jakarta Utara tahun 2013. Penelitian ini sejalan dengan penelian yang dilakukan Annisa 2010 di TPA cipayung yang menunjukan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian dermatitis kontak dengan Pvalue sebesar 1,000. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Goh di Singapura 1985 yang melaporkan prevalensi dermatitis kontakalergi pada 2471 pasien yang positif terhadap uji kulit terdiri dari 49,2 perempuan dan 49,8 laki-laki. Berbeda dengan hasil yang dilakukan oleh Dr. Sardjito 2006 di RSUP yang menyebutkan faktor sensitifitas pekerja yang menggunakan kosmetik terdapat pada perempuan dibandingkan laki-laki sebesar 3-4:1, dengan jumlah frekuensi alergi akibat kosmetik perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki sebesar 80 untuk perempuan dan 20 laki-laki.Berdasarkan penelitian kasus dermatitis kontak kosmetik di klinik kulit dan kelamin RS. Dr. Sardjito pada tahun 2005-2006 adalah 208 kasus 43,6 dari seluruh kasus dermatitis, terdiri dari 182 38,16 perempuan dan 26 5,45 laki-laki Prasari, 2009. Yang didukung dengan sebuah teori yang menyatakan perempuan memiliki tingkat prevalensi dua kali lipat terkena dermatitis kontak dibandingkan laki-laki Iwan,2003. Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik ini terjadi karena responden pekerja yang ada di studio fantasi di dominasi oleh laki-laki. Dimana pada pekerja studio fantasi laki-lakipun harus menggunakan kosmetik hingga kontak dengan bahan kimia tidak dapat dipisahkan lagi sama halnya dengan perempuan yang ada. Selain itu,walaupun laki-laki memiliki sensitivitas kulit yang rendah dibandingkan dengan perempuan, laki-laki pun akan lebih mudah terkena dermatitis kontak kosmetik apabila melihat dari jangka waktu pekerja kontak dengan kosmetik memiliki rata-rata 4 jamharinya dengan jumlah frekuensi penggunaan kosmetik 2 hariminggu akan menyebabkan kulit lebih mudah terkena reaksi bahan kimia yang terdapat dalam kosmetik secara terus menerus dan berulang dengan jenis bahan kimia yang sama hingga menurunkan fungsi sawar kulit dan menimbulkan dermatitis kontak kosmetik. Tidak hanya itu, jika dihubungkan dengan variable usia berkisar antara 20-39 tahun untuk perempuan dan usia 40-60 tahun rentan mengalami dermatitis kontak kosmetik dan umumnya puncak usia seorang dapat terkena dermatitis kontak kosmetik pada usia 60 tahunan untuk perempuan dan usia 70-an untuk laki-laki. Hal ini disebabkan karena penggunaan produk-produk kosmetik yang mengandung bahan kimia yang dapat memicu terjadinya dermatitis kontak kosmetik. Untuk mengurangi kejadian dermatitis kontak perlu diikut sertakannya pekerja laki-laki maupun perempuan dalam program pendidikan terkait informasi mengenai kulit sehat dan penyakit kulit yang terkait dengan pekerjaan, selain itu pengenalan diri terhadap penyakit kulit dan menggunakan prosedur perlindungan, sebagai contoh program perlindungan kulit pada pekerja adalah “program basah” yaitu mencuci wajah dengan air mengalir dan sabun pembersih wajah denga PH yang rendah kemudian basuh dan keringkan dengan sempurna. Perlu diperhatikan juga ialah menghindari menggunakan perhiasan berupa anting dan cincin saat bekerja menggunakan kosmetik, karena dermatitis kontak kosmetik umumnya dimulai pada daerah telinga yang menggunakan anting dan jari yang menggunakan cincin sebagai akibat reaksi terhadap iritan yang terjebak dibawah kedua perhiasan tersebut. Sebab, pembersih wajah yang bersifat iritan akan turut berperan terhadap perkembangan