commit to user 177
177 tenang, damai, dan penuh kasih sayang Duck, 2007. Dari analisa di
atas tampak bahwa khalayak lebih mempercayai nilai cinta yang ditampilkan di media sebagai nilai yang baik dan bisa diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari, daripada nilai cinta yang seperti terdapat dalam realitas objektif.
b. Nilai kesetiaan
Adanya kebahagiaan dalam romantic relationship, namun pesimis dengan hubungan tersebut
Dalam realitas media kelompok ‘lagu abu-abu’, nilai kesetiaan digambarkan dengan adanya elemen emotif, yaitu rasa
bahagia. Namun terdapat juga penyimpangan elemen kognitif, yaitu adanya pesimisme dalam menjalani hubungan tersebut. Hal ini bisa
ditemui dalam lagu Lelaki Buaya Darat oleh Ratu seperti apa yang tertulis dalam potongan lirik lagu tersebut di bawah ini:
Lihatlah, pada diriku Aku cantik dan menarik nilai kesetiaan
dan kau mulai dekati aku
… Tapi untungnya
penyimpangan
Aku masih punya kekasih yang lain nilai kesetiaan
sumber: lirik lagu Lelaki Buaya Darat oleh Ratu Dalam lirik tersebut di atas, pada bait pertama tampak salah
satu elemen dari nilai kesetiaan dimunculkan, yaitu elemen emotif, yang diwujudkan dengan adanya kebahagiaan. Pada bait pertama
tersebut tampak aura kebahagiaan sedang dirasakan oleh seseorang yang sedang didekati oleh orang lain.
commit to user 178
178 Namun, pada bagian selanjutnya terdapat penyimpangan
elemen kognitif yaitu adanya pesimisme dalam menjalani romantic relationship. Pesimisme tersebut diwujudkan dengan memiliki
kekasih lain yang bukan kekasih sejatinya. Hal tersebut dilakukan sebagai persiapan jika hubungannya dengan kekasih sejatinya tidak
berjalan dengan baik. Di level khalayak, nilai kesetiaan dipercaya sejalan dengan
nilai tersebut seperti yang ditampilkan dalam realitas media, utamanya pada potongan lirik lagu di atas. Hal ini seperti apa yang
diungkapkan oleh salah satu informan, yaitu Citra 22 dalam petikan wawancaranya di bawah ini:
“… toh kan masih pacaran ini… Kalo kita punya pacar, trus kita jatuh cinta dengan orang selain pacar kita, mungkin
emang pacar kita bukan the best, jadi, nggak masalah,
…” sumber: wawancara dengan Citra, Sabtu, 19 Oktober 2010
Pendapat informan di atas menunjukkan bahwa tidak ada rasa optimis pada dirinya mengenai romantic relationship yang
dijalaninya dengan pasangannya. Karena tidak ada rasa optimis tersebut, maka bisa dikatakan bahwa anggapan ini bertolak belakang
dengan elemen dari nilai kesetiaan yang kedua, yaitu elemen kognitif.
Rasa pesimis itu jugalah yang akhirnya mendorongnya untuk memiliki anggapan bahwa selama masih berpacaran, jatuh cinta
dengan orang lain selain pasangannya adalah hal yang wajar dan diperbolehkan, bahkan hal itu bisa saja dilakukan dengan perasaan
commit to user 179
179 bahagia dan senang tanpa rasa bersalah sedikit pun. Padahal, di sisi
lain, jika terdapat rasa optimisme yang tinggi terhadap hubungan yang dijalaninya tersebut, tentu setelah berpacaran, nantinya akan
terpikirkan tahapan selanjutnya, yaitu pernikahan. Sehingga, tidak mungkin terpikir untuk mengijinkan hatinya terpikat atau merasakan
jatuh cinta pada orang lain. Pemahaman mengenai nilai kesetiaan yang sama dengan
bagaimana nilai tersebut ditampilkan media juga dialami oleh informan lain, yaitu Joan 23. Hal ini bisa dilihat dari pendapatnya
berikut ini:
“…ya… wajar aja lah, masih muda, masanya mencoba- coba
kan? So… ndak apa-apa menurut saya kalo misalnya punya pacar banyak… jadi ya fine fine aja lah…”
sumber: wawancara dengan Joan, 19 Oktober 2010
Pendapat di atas secara jelas menyebutkan bahwa memiliki pasangan kekasih lebih dari satu selama menjalin romantic
relationship adalah merupakan suatu hal yang wajar, diperbolehkan, dan membahagiakan. Hal tersebut tentunya tidak menunjukkan rasa
optimis akan kelangsungan hubungannya sampai pada tahap yang lebih serius. Lebih lanjut, jika masa muda dianggap sebagai masa
mencoba- coba, maka hal itu tidak bisa menjamin bahwa ‘mencoba-
coba’ yang dilakukannya tersebut tidak akan menyakiti hati orang lain.
Hal ini tentunya tidak bijaksana dan bukan hal yang patut untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, utamanya dalam
commit to user 180
180 menjalani romantic relationship dengan orang lain. Jika diamati,
pendapat di atas tidak sesuai dengan salah satu elemen dalam nilai kesetiaan, yaitu elemen kognitif, di mana elemen ini bisa diwujudkan
dengan optimisme terhadap kelangsungan hubungan yang dijalin oleh seseorang. Walaupun tahapan hubungan yang dijalani adalah romantic
relationship dan belum menuju pada tahap pernikahan, nilai kesetiaan juga perlu diaplikasikan secara benar, sesuai dengan prinsip yang
seharusnya terdapat dalam nilai tersebut. Pendapat informan tersebut di atas serupa dengan
penggambaran nilai kesetiaan dalam realitas media, utamanya pada lagu Lelaki Buaya Darat oleh Ratu yang termasuk dalam kelompok
‘lagu abu-abu’. Pada lagu tersebut, nilai kesetiaan digambarkan dengan rasa pesimis terhadap hubungan namun tetap mengedepankan
rasa kebahagiaan di dalam hubungan tersebut. Analisa di atas menunjukkan bahwa khalayak memiliki
anggapan bahwa nilai kesetiaan yang terdapat di media, yaitu pada kelompok ‘lagu abu-abu’ merupakan nilai kesetiaan yang
sesungguhnya, nilai yang benar, dan bisa diaplikasikan dalam sebuah romantic relationship pada kehidupan nyata. Padahal di sisi lain,
dalam realiats objektif, nilai kesetiaan merupakan sebuah nilai dalam romantic relationship yang diwujudkan dengan beberapa elemen, di
antaranya elemen afektif kebahagiaan, dan elemen kognitif
commit to user 181
181 optimisme terhadap hubungan yang dijalani Levine Moreland
dalam Van Vugt Hart, 2004. Dari ketiga pendapat informan di atas, bisa diketahui bahwa
terdapat anggapan yang sama dengan apa yang ada dalam realitas media, utamanya pada kelompok ‘lagu abu-abu’, mengenai nilai-nilai dalam
romantic relationship. Informan lebih mempercayai perihal nilai cinta dan nilai kesetiaan
yang ditampilkan dalam kelompok ‘lagu abu-abu’ daripada nilai-nilai tersebut yang terdapat dalam realitas objektif. Hal ini tentunya
menunjukkan bahwa terjadi pembentukan realitas subjektif mengenai nilai- nilai romantic relationship, utamanya nilai cinta dan nilai kesetiaan di
kalangan khalayak lagu pop Indonesia, lebih fokusnya lagi, kelompok ‘lagu abu-abu’.
Bagian selanjutnya di bawah ini merupakan temuan data mengenai realitas media kelompok ‘lagu hitam’ yang dipercaya sebagai realitas yang
sesungguhnya di kalangan khalayak terkait dengan nilai-nilai romantic relationship.
2. Kelompok ‘lagu hitam’