commit to user 200
200
e. Saling ketergantungan
Romantic relationship didominasi oleh salah satu pihak sebagai pemegang kontrol
Dalam realitas media kelompok ‘lagu hitam’, nilai saling ketergantungan ditampilkan dengan adanya dominansi salah satu pihak
yang terlibat dalam sebuah romantic relationship. Hal ini bisa dilihat dari potongan lirik lagu Lelaki Cadangan oleh T2 berikut ini:
Kutuliskan sebuah cerita cinta segitiga Dimana akulah yang jadi peran utama
Aku tak dapat membohongi segala rasa Aku mencintai dia dan dirinya
sumber: lirik lagu Lelaki Cadangan oleh T2
Dalam lirik lagu di atas, terutama pada kalimat, „… akulah
yang jadi peran utama‟ menunjukkan bahwa dalam sebuah hubungan, hanya satu pihak yang memegang kontrol atas pasangannya, sekaligus
atas hubungan yang telah mereka jalin bersama-sama. Padahal di sisi lain, interdependence dalam potongan lirik lagu di atas merupakan
sebuah penyimpangan dari konsep nilai interdependence yang sesungguhnya.
Pada level khalayak, nilai saling ketergantungan ini juga dimaknai sama dengan apa yang tergambar dalam lirik lagu di atas,
seperti apa yang diungkapkan oleh salah satu informan, yaitu Intan 22 berikut ini:
“… emm… nggak deh kalo saling tergantung, kita patok aja,
gini gini… gini aja, lebih memunculkan kondisi, di mana
kita yang jadi tempat pasangan bergantung
, kan enak tuh…
em.. bisa menggerakkan dia sesuka kita
…” Sumber: wawancara dengan Intan, 19 Oktober 2010
commit to user 201
201 Anggapan mengenai nilai saling ketergantungan di atas
menampakkan adanya kontrol yang tidak seimbang, baik terhadap pasangan maupun terhadap hubungan yang terjalin itu sendiri. Saling
ketergantungan merupakan sesuatu yang timbal balik, dan tidak bisa dilakukan jika hanya salah satu pihak saja yang bergantung atau
menggantungkan diri. Hal tersebut tampaknya sesuai dengan apa yang tergambar di
media. Dalam kelompok ‘lagu hitam’, nilai saling ketergantungan digambarkan dengan adanya dominansi salah satu pihak dalam sebuah
romantic relationship. Di mana pihak yang mendominasi tersebut adalah pihak yang memegang kontrol atas pasangannya. Di sisi lain,
nilai ini bisa dimanifestasikan dengan sikap saling memberikan kontrol dan saling berusaha untuk mematok suatu standar tertentu yang sesuai
dengan keinginan individu-individu yang terlibat dalam sebuah romantic relationship Cook, 1993.
Dari penjelasan di atas bisa diketahui bahwa khalayak lebih mempercayai nilai saling ketergantungan sama seperti nilai tersebut
digambarkan dalam realitas media, dibandingkan dengan penggambaran nilai tersebut dalam realitas objektif.
Dari keseluruhan temuan data di atas mengenai bagaimana realitas media menampilkan nilai-nilai romantic relationship dan bagaimana
khalayak mempercayai nilai-nilai tersebut, diperoleh hasil bahwa terdapat pembentukan realitas subjektif khalayak mengenai nilai-nilai romantic
commit to user 202
202 relationship; yaitu nilai cinta dan nilai kesetiaan. Khalayak memiliki
kepercayaan bahwa kedua nilai tersebut di atas yang terdapat dalam lagu-lagu pop Indonesia kelompok ‘lagu abu-abu’ merupakan nilai-nilai yang
sesungguhnya dan wajar diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, utamanya dalam romantic relationship.
Sementara itu, dari temuan data di atas juga diperoleh hasil bahwa terdapat pembentukan realitas subjektif khalayak mengenai nilai-nilai
romantic relationship cinta, kepercayaan, komitmen, kesetiaan, dan saling ketergantungan. Khalayak memiliki kepercayaan bahwa nilai-nilai romantic
relationship tersebut di atas yang terdapat dalam lagu-lagu pop Indonesia kelompok ‘lagu hitam’, merupakan nilai-nilai yang sesungguhnya dan wajar
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, utamanya dalam sebuah romantic relationship.
commit to user 203
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Realitas Subjektif
Khalayak Mengenai Nilai-Nilai Romantic Relationship
Pada sub bab sebelumnya, telah dipaparkan mengenai realitas objektif, realitas simbolik, dan realitas subjektif mengenai nilai-nilai romantic
relationship. Lebih lanjut, pada sub bab realitas subjektif bisa diketahui bahwa khalayak memiliki anggapan tertentu mengenai realitas objektif. Menurut
mereka, realitas media, dalam hal ini lagu-lagu pop Indonesia era tahun 2000- an yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini
kelompok ‘lagu abu-abu’ dan ‘lagu hitam’ adalah realitas objektif. Sehingga, bisa dikatakan bahwa
terdapat pembentukan realitas subjektif di kalangan khalayak lagu-lagu tersebut.
Pembentukan realitas subjektif tersebut tidak terjadi dengan begitu saja, tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pada sub bab ini akan
dipaparkan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan pembentukan realitas subjektif tersebut. Realitas subjektif yang terbentuk di kalangan
khalayak lagu-lagu pop Indonesia era tahun 2000-an tersebut terjadi karena beberapa faktor, yaitu:
Faktor komunikasi; yaitu terpaan media dan komunikasi interpersonal.
Faktor non komunikasi; yaitu pengalaman langsung dan pengalaman di
lingkungan sekitar. Penjelasan mengenai faktor-faktor yang menentukan pembentukan
realitas subjektif di kalangan khalayak tersebut bisa dilihat pada bagian berikut ini: