commit to user 190
190 tetangga kan emang lebih hijau‟ seakan dijadikan kalimat
pembenaran atas perbuatannya berselingkuh tersebut. Hal ini tentunya menjadi suatu bentuk tipe cinta ludus, seperti definisi
cinta tipe ini yang melibatkan ketidakseriusan dan keinginan untuk bersenang-senang saja.
Berdasarkan dua pendapat para informan seperti tersebut di atas, tampak jelas bahwa nilai cinta yang tergambar
dalam realitas media kelompok ‘lagu hitam’ sebagai cinta ludus atau cinta tanpa keseriusan dan hanya sebagai ajang permainan
saja, merupakan konsep cinta yang dipercaya oleh khalayak sebagai sesuatu yang sesungguhnya dan wajar apabila
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kepercayaan
1 Sikap tidak pro-relationship terdapat dalam sebuah romantic
relationship
Dalam realitas medi a kelompok ‘lagu hitam’, nilai
kepercayaan ditampilkan dengan adanya sikap yang tidak pro- relationship dalam sebuah romantic relationship. Hal ini bisa dilihat
dari potongan lirik lagu Selingkuh Sekali Saja oleh SHE berikut ini:
Iijinkan aku sekali saja Rasakan cinta yang lain
sumber: lirik lagu Selingkuh Sekali Saja oleh SHE.
Potongan lirik lagu di atas menunjukkan adanya sikap dan perilaku yang tidak pro-relationship, seperti halnya sikap yang
merupakan perwujudan dari sebuah kepercayaan. Hal ini tampak
commit to user 191
191 jelas pada kalimat
„ijinkan aku sekali saja rasakan cinta yang lain’. Meminta ijin kepada kekasihnya untuk berselingkuh dengan orang
lain hanya demi memuaskan rasa penasaran dan ingin tahu bukanlah suatu sikap yang pro-relationship.
Pada level pendengar, persepsi mereka mengenai nilai kepercayaan dalam sebuah romantic relationship juga sama dengan
bagaimana nilai tersebut ditampilkan di media, yaitu seperti yang terdapat pada lagu Selingkuh Sekali Saja oleh SHE seperti yang
tertulis di atas. Salah satu informan yang memiliki persepsi semacam itu adalah Intan 22, dan hal ini bisa dilihat dari petikan
wawancaranya berikut:
“… sekali-kali yaa… bolehlah hehe…” Sumber: wawancara dengan Intan, 19 Oktober 2010
Pendapat informan di atas yang mengutarakan bahwa selingkuh adalah hal yang wajar jika hanya dilakukan ‘sekali-kali’
merupakan hal yang serupa dengan apa yang terdapat dalam lagu Selingkuh Sekali Saja oleh She. Keduanya sama-sama tidak
menunjukkan adanya sikap pro-relationship. Dari analisa di atas, tampak jelas bahwa informan tersebut
memiliki anggapan bahwa nilai kepercayaan yang tergambar di media kelompok ‘lagu hitam’ adalah nilai kepercayaan yang
sesungguhnya dan wajar jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, nilai kepercayaan seperti yang terdapat
commit to user 192
192 dalam realitas objektif, yaitu yang melibatkan sikap pro-
relationship, tidak dianggap sebagai nilai yang sesungguhnya.
2 Tidak responsif terhadap kebutuhan pasangan dalam romantic
relationship
Selain digambarkan dengan sikap yang tidak pro- relationship, dalam realitas media kelompok ‘lagu hitam’, nilai
kepercayaan juga digambarkan dengan adanya sikap yang tidak responsif dengan pasangan. Hal ini bisa dilihat dari potongan lirik
lagu Pudar oleh Rossa di bawah ini:
Maafkan aku jika kau kecewa Cintamu bukanlah untuk diriku
Jika memang semua akan jadi cerita Kutahu kau semakin terluka
sumber: lirik lagu Pudar oleh Rossa
Pada lirik lagu di atas, hubungan yang terjalin antar pasangan dalam romantic relationship tidak menampakkan adanya
kepercayaan yang ideal. Hal ini bisa dilihat dari kalimat yang dicetak tebal,
„kau kecewa‟ dan „ku tahu kau semakin terluka‟. Jika terdapat salah satu pihak yang merasa kecewa dalam hubungan
romantis yang telah terjalin, maka sebagai wujud responsif terhadap kebutuhan pasangannya itu seharusnya ada hal-hal yang
bisa diupayakan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi rasa kecewa yang melanda pasangannya tersebut.
Pada level khalayak, nilai kepercayaan juga dipercaya sebagai sesuatu yang sama seperti apa yang terdapat pada lagu
Pudar oleh Rossa tersebut. Hal ini bisa dilihat dari apa yang
commit to user 193
193 diungkapkan oleh salah satu informan, yaitu Bangkit 20 dalam
petikan wawancaranya berikut ini:
“… ya kadang sebel juga masih pacaran udah minta anter ke sini lah… ke situ lah… kan kita juga punya
kebutuhan sendiri mbak, masak semuanya mesti ama kita. Kalo pacaran jadinya… apa… bawaannya rugi mulu juga
males kali ya…” sumber: wawancara dengan Bangkit, 20 Oktober 2010
Pendapat yang tersebut di atas sama sekali tidak menunjukkan adanya nilai kepercayaan yang sesuai dengan prinsip
yang seharusnya, yaitu apa yang terdapat dalam realitas objektif. Responsif menjadi salah satu prinsip dalam nilai kepercayaan,
namun dalam pendapat di atas, nilai kepercayaan ini justru dimaknai sebagai suatu harga yang cukup mahal untuk dibayarkan
dalam sebuah romantic relationship. Hal ini tampak dari kalimat, ‘kadang sebel juga masih pacaran udah minta anter ke sini lah…
ke situ lah ’. Sebagai pasangan dalam sebuah romantic relationship,
responsif terhadap kebutuhan pasangan menjadi hal yang penting. Akan bijaksana jika kita bisa menjadi orang yang sebisa mungkin
merespon kebutuhan pasangan. Namun, pendapat tersebut serupa dengan realitas media,
utamanya dalam kelompok ‘lagu hitam’, yaitu lagu Pudar oleh Rossa. Nilai kepercayaan dalam lagu tersebut digambarkan dengan
tidak responsif terhadap kebutuhan pasangan. Hal tersebut yang diyakini oleh informan sebagai hal yang benar dan wajar
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
commit to user 194
194 Dari dua pendapat para informan di atas, terlihat bahwa realitas
media dalam kelompok ‘lagu hitam’ mengenai nilai kepercayaan, dianggap sebagai nilai yang sesungguhnya dan wajar diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari oleh khalayak. Di sisi lain, realitas media tersebut tidak sesuai dengan prinsip nilai kepercayaan dalam realitas
objektif. Menurut Rusbult dan koleganya dalam Fletcher Clark, 2003, nilai kepercayaan diwujudkan dengan perilaku yang pro-
relationship, dan adanya respon terhadap kebutuhan pasangan. Kita harus bisa diandalkan oleh pasangan, begitu juga sebaliknya.
c. Kesetiaan