commit to user 87
2. Kepercayaan
Menjalin hubungan dengan orang lain berarti menjadikan seseorang sebagai bagian dari hidup kita. Sehingga, diharapkan kita bisa
mengandalkan pasangan kita untuk bisa memiliki perilaku yang pro- relationship, dan merespon kebutuhan kita, dan sebaliknya juga begitu.
Kita juga harus bisa menjadi andalan pasangan kita, sehingga kita pun harus siap sedia manakala pasangan membutuhkan. Kepercayaan adalah
mengenai hal-hal tersebut Rusbult, et.al. dalam Fletcher Clark 2003. Kepercayaan juga menjadi nilai yang terdapat dalam sebuah
relationship. Ini juga merupakan suatu hal yang mendasar dalam suatu hubungan. Dengan kita mempercayai orang lain, maka kita bisa
menjalankan hubungan
dengan lebih
baik, karena
trust bisa
menghindarkan diri kita dari hal-hal negatif yang lain. Salah satunya adalah kecurigaan.
a. Kepercayaan untuk menghindari curiga
Tanpa adanya kepercayaan, kecurigaan bisa muncul dalam sebuah hubungan. Selanjutnya, dengan munculnya kecurigaan, maka bisa
memicu hal-hal yang tidak diinginkan dalam sebuah hubungan. Sehingga, tak heran rasa percaya juga menjadi hal yang penting dalam
hubungan. Faizah
22 mengungkapkan
mengenai hal
ini dalam
wawancaranya berikut ini:
commit to user 88
“… saling percaya.. jadi nggak ada curiga-curiga gitu… Kalo udah curiga, udah deh.. muncul salah paham.. muncul
miscommunication.. ”
sumber: wawancara dengan Faizah, 22 Juni 2010 Menurut Faizah, rasa percaya dengan orang-orang yang terlibat
dalam suatu hubungan tertentu menjadi hal yang bisa mengerem atau menghindarkan munculnya konflik maupun hal-hal yang tidak
diinginkan yang mungkin bisa terjadi. Hal-hal tersebut dipicu oleh adanya kecurigaan, yang merupakan gangguan dalam suatu hubungan.
Salah paham dan miscommunication dianggap sebagai hal-hal negatif yang memiliki kemungkinan bisa mengganggu suatu hubungan, jika tak
ada kepercayaan di dalamnya. b.
Kepercayaan untuk mewujudkan reciprocity saling timbal balik Dalam sebuah hubungan, saling timbal balik merupakan hal yang
dibutuhkan agar individu yang terlibat di dalamnya memiliki rasa dipercaya, sehingga bisa memunculkan rasa nyaman dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Saling percaya ini merupakan salah satu hal yang bisa menunjukkan rasa timbal balik antar pasangan Nowak, et.al dalam
Millon Lerner, 2003. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Anggi 22 dalam
wawancaranya berikut ini:
“…misalnya saling percaya.. jadi.. jadi.. apa ya… masing- masing itu nyaman gitu jalanin apa-apanya
…” sumber: wawancara dengan Anggi, 23 Juni 2010
Dalam pendapat Anggi di atas terdapat kata „saling percaya‟,
bukan hanya „percaya pada orang lain‟. Hal ini dikarenakan,
commit to user 89
mempercayai pasangan atau individu lain yang terlibat dalam relationship dengan kita tidak cukup untuk mewujudkan kondisi yang
bagus dan berkualitas. Lebih lanjut, dengan mempercayai orang lain, maka orang lain juga akan membalasnya dengan mempercayai diri kita.
Jika sudah begitu, maka bisa muncullah perasaan nyaman dalam menjalani hubungan dan kehidupan yang ada.
c. Kepercayaan untuk mewujudkan self disclosure keterbukaan diri
Adalah sebuah hal yang wajar jika seorang individu memiliki sesuatu yang disembunyikannya dari orang lain, atau bisa disebut juga
menyimpan rahasia. Namun bagaimanapun, sebagai makhluk sosial yang memiliki relasi dengan orang lain, tak ada ruginya membuka diri
pada mereka. Kepercayaan juga bisa menjadi awal dari sebuah keterbukaan.
Dengan percaya pada orang lain, tentu kita akan dengan lebih tenang mengungkapkan sedikit apa yang kita alami atau kita rasakan pada
orang lain Duck, 2007. Fahmi 19 menyoroti mengenai kepercayaan untuk mewujudkan
self disclosure seperti pada ungkapannya berikut ini:
“… harus ada saling percaya.. salah satu hal kelebihan kita bisa percaya sama.. sama orang lain adalah kita punya keyakinan,
kalo orang yang kita percayai itu bisa ikut nyimpen rahasia kita
… Enak kan, nggak harus nyimpen semuanya sendiri?” sumber: wawancara dengan Fahmi, 19 Agustus 2010.
Mempercayai orang lain dipercaya memberikan keuntungan. Ternyata, keuntungan di sini tidak melulu hanya berhubungan dengan
commit to user 90
apa yang kita dapatkan saja, tetapi juga berhubungan dengan apa yang kita berikan pada orang lain. Dengan memberikan kepercayaan pada
orang lain ternyata menguntungkan diri kita, karena kita bisa dengan leluasa menceritakan dan membagi hal-hal yang mungkin tidak
mungkin diungkap secara publik. Dalam keterbukaan dengan orang lain itu, akan memberikan rasa
lega, karena walaupun dengan berbagi kita tidak serta merta mendapatkan solusi jika apa yang dibagi dengan orang lain itu adalah
sebuah permasalahan, namun dengan membaginya pada orang lain, beban yang awalnya menghimpit kita juga ikut kita transfer pada orang
yang kita bagi permasalahan kita tersebut. d.
Kepercayaan untuk mewujudkan keadilan Hubungan yang baik adalah yang terdapat keadilan di dalamnya
Montada dalam Millon Lerner, 2003. Maksudnya, antara satu individu dengan individu yang lain, yang terlibat dalam sebuah
romantic relationship, harus mendapatkan keadilan. Salah satunya adalah dengan kepercayaan ini.
Desma 21 mengungkapkan mengenai hal ini dalam pernyataannya berikut:
“… rasa percaya harus ada.. cenderung mutlak ya?.. nggak adil kan, kalo nggak dapet kepercayaan dari pasangan kita
.. dan..
mm.. nggak adil juga kalo kalo kita nggak ngasih kepercayaan ke orang yang kita sayangi
.” sumber: wawancara dengan Desma, 22 Juli 2010
commit to user 91
Ternyata tidak hanya diperlukan, tetapi kepercayaan juga harus ada dalam sebuah romantic relationship menurut Desma. Hal ini
diperjelasnya dengan penggunaan kata ‘cenderung mutlak’, sehingga, secara implisit, romantic relationship yang dibangun tanpa ada rasa
percaya di antara invidu yang terlibat di dalamnya tidak akan bisa berjalan ataupun jika bisa berjalan, maka tidak akan bisa bertahan untuk
waktu yang lama atau jangka panjang.
3. Kesetiaan