commit to user 175
175 Lebih lanjut, dari analisa terhadap realitas media kelompok ‘lagu abu-
abu’, hanya diperoleh temuan bahwa terdapat dua nilai, yaitu nilai love cinta dan nilai loyalty kesetiaan dalam lagu-lagu tersebut yang dianggap sebagai
nilai yang sesungguhnya di kalangan informan dalam penelitian ini. Sementara itu, dari analisa terhadap realitas media kelompok ‘lagu hitam’,
diperoleh temuan bahwa semua nilai-nilai romantic relationship yang ditampilkan dalam lagu-lagu tersebut dipercaya sebagai nilai-nilai yang
sesungguhnya oleh sebagian besar informan dalam penelitian ini. Analisa mengenai realitas subjektif khalayak terkait nilai-nilai romantic
relationship yang sesuai dengan realitas media kelompok ‘lagu abu-abu’ bisa
dilihat pada penjelasan berikut ini:
1. Kelompok ‘lagu abu-abu’
a. Nilai cinta
Dalam realitas media kelompok ‘lagu abu-abu’, cinta digambarkan sebagai berikut:
Cinta sepenuh hati tetapi diberikan pada kekasih gelap
Cinta yang seperti tersebut di atas bisa dilihat dari potongan lirik lagu Kekasih Gelapku oleh Ungu seperti di bawah ini:
Ku mencintaimu lebih dari apapun
meskipun tiada satu orang pun yang tah cinta storge ku mencintaimu sedalam-dalam hatiku
meskipun engkau hanya kekasih gelapku penyimpangan
cinta storge sumber: lirik lagu Kekasih Gelapku oleh Ungu
Seperti apa yang tertulis di atas, dalam realitas media cinta digambarkan sebagai perasaan suci yang sepenuh hati. Hal ini
commit to user 176
176 tentunya sesuai dengan prinsip cinta storge dalam realitas objektif.
Namun, pada bagian selanjutnya, diketahui bahwa cinta sepenuh hati tersebut diberikan kepada kekasih gelap, bukan kepada kekasih
sejati. Hal ini tentunya merupakan penyimpangan dari nilai cinta storge yang telah ditampilkan pada baris sebelumnya dalam
potongan lirik lagu di atas. Di level khalayak, nilai cinta dipercaya sejalan dengan nilai
cinta seperti yang ditampilkan dalam realitas media seperti tersebut di atas. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh salah satu
informan, yaitu Oki 20 dalam petikan wawancaranya di bawah ini:
“….yang penting kan perasaannya, bukan kepada siapa perasaan itu diberikan
… Mau cinta buat pacar beneran atau pacar selingkuhan, sama aja
sih… gitu sih…” sumber: wawancara dengan Oki, Jumat, 17 Oktober 2010
Pendapat di atas tampaknya sejalan dengan penggambaran nilai cinta dalam
realitas media, yaitu pada kelompok ‘lagu abu-abu’. Pendapat informan tersebut menunjukkan bahwa cinta storge bukan
merupakan suatu hal yang harus diberikan kepada kekasih sejati. Hal ini tampak dari kalimatnya,
“… Mau cinta buat pacar beneran atau pacar
selingkuhan, sama
aja
sih….”. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa cinta storge wajar saja bahkan jika diberikan
kepada ‘pacar selingkuhan‟, bukan pada ‘pacar beneran‟ seperti apa yang diungkapkan oleh informan tersebut.
Di sisi lain, dalam realitas objektif, cinta digambarkan sebagai cinta storge, yang merupakan cinta yang melibatkan perasaan halus,
commit to user 177
177 tenang, damai, dan penuh kasih sayang Duck, 2007. Dari analisa di
atas tampak bahwa khalayak lebih mempercayai nilai cinta yang ditampilkan di media sebagai nilai yang baik dan bisa diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari, daripada nilai cinta yang seperti terdapat dalam realitas objektif.
b. Nilai kesetiaan