Unsur-Unsur Pertanian Organik Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

10 yang utuh berdasarkan satu perangkat proses yang menghasilkan ekosistem yang berkelanjutan sustainable, pangan yang aman, gizi yang baik, kesejahteraan hewan dan keadilan sosial. Dengan demikian, pertanian organik lebih dari sekedar sistem produksi yang memasukkan atau mengeluarkan input tertentu, namun juga merupakan satu filosofi yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas dari komunitas yang saling berhubungan dari kehidupan tanah, tanaman, hewan, dan manusia Apriantono, 2008. Namun pertanian organik belum dapat diterapkan secara murni karena kendala yang dihadapi cukup banyak. Tahap awal penerapan pertanian organik masih diperlukan pupuk kimia atau pupuk mineral, terutama pada tanah yang miskin hara. Pupuk kimia masih sangat diperlukan agar jumlah pupuk organik yang dibutuhkan tidak terlalu banyak sehingga mempermudah dalam pengelolaannya. Sejalan dengan proses pembangunan kesuburan tanah dengan menggunakan pupuk organik, secara berangsur kebutuhan pupuk kimia yang berkadar hara tinggi dapat dikurangi Sutanto, 2002.

2.2. Unsur-Unsur Pertanian Organik

Pertanian organik umumnya mendaur ulang unsur hara di lahan organik, kontrol hayati pada lahan organik, menghindari penggunaan pupuk dan pestisida anorganik. Tujuan utama pertanian organik adalah mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas mahluk hidup dalam tanah, tumbuhan, hewan, dan manusia Deptan, 2007a. Pertanian organik memiliki unsur-unsur yang sama dengan pertanian anorganik. Unsur-unsur tersebut terdiri dari: benih, lahan, pengolahan kesuburan tanah, pengendalian hama, dan pasca panen. a. Benih Benih yang digunakan untuk produksi pertanian organik adalah benih yang berasal dari pertanian organik, bukan berasal dari produk hasil rekayasa genetika. Selain itu, penyemaian benihbibit harus dilakukan tanpa menggunakan bahan anorganik. b. Lahan Lahan yang dapat diandalkan untuk mendukung produksi pertanian organik adalah lahan yang bebas cemaran pupuk dan pestisida anorganik, tergolong subur serta mempertimbangkan sumber air. Terdapat dua pilihan lahan 11 yang dapat diolah secara organik yaitu: lahan yang baru dibuka dan lahan pertanian yang telah diolah secara anorganik yang dikonversi menjadi lahan organik. Lama masa konversi tergantung pada sejarah penggunaan pupuk, lahan, pestisida, dan jenis tanaman. Menurut Departemen Pertanian, konversi lahan padi sawah anorganik membutuhkan waktu minimal tiga tahun untuk menjadi lahan organik. Masa konversi ini dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung situasi dan kondisi lahan, namun tidak boleh kurang dari 12 bulan 8 . c. Pengolahan kesuburan tanah Peningkatan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan sistem daur ulang nutrisi tanaman secara alami, dengan cara antara lain:  Menghindari penggunaan pupuk anorganik dan zat pengatur tumbuh.  Menambah bahan organik ke dalam tanah seperti kompos, pupuk organik.  Melakukan rotasi tanaman yang teratur dan penanaman tanaman legume.  Melakukan multikultur.  Memberikan air yang bebas dari bahan kimia anorganik. d. Pengendalian hama, penyakit, dan gulma secara mekanis. Pengendalian hama dilakukan dengan cara mekanis untuk mendorong keseimbangan hubungan inangpredator dan memperbesar populasi serangga yang menguntungkan. e. Pasca panen Penanganan pasca panen dan pengawetan bahan pangan dilakukan dengan cara yang alami. Kegiatan ini diusahakan untuk menghindari kontaminasi dengan bahan kimia anorganik sehingga keorganikan produk dapat dipertahankan.

2.3. Perkembangan Pertanian Organik di Indonesia