81
e. Kurang konsistennya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya
Pada awal pendiriaanya struktur kelompok ini terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara yang dipilih oleh anggota kelompok tani. Namun, beberapa
pengurus kurang mampu menghasilkan kinerja yang memuaskan. Kondisi ini memaksa ketua melakukan tugas yang seharusnya dilakukan oleh sekretaris dan
bendahara. Tahun 1992-2000 kelompok tani ini sering mendapatkan bantuan modal
dari pemerintah berupa KUT, namun kurangnya kepercayaan dan koordinasi mengakibatkan angsuran anggota macet sehingga kelompok tani tidak mendapat
bantuan lagi. Akibatnya kelompok tani ini hanya dipimpin oleh seorang ketua yang merangkap sebagai sekretaris dan bendahara.
Banyaknya tugas yang harus dilakukan oleh ketua berdampak terhadap keadaan kelompok tani. Akibatnya tidak semua anggota kelompok tani mendapat
informasi terkait kegiatan yang akan dilakukan atau adanya program baru. Banyak anggota kelompok tani yang beranggapan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan
oleh ketua hanya untuk kepentingan pribadi ketua. Akibatnya timbul kesalah pahaman dan rasa kurang percaya diantara anggota kelompok tani dan ketua
kelompok tani.
f. Sumberdaya manusia petani kurang kompeten
Tingkat pendidikan para aggota kelompok tani didominasi oleh lulusan SMA sebanyak 59 persen. Namun tingkat pendidikan yang cukup tinggi kurang
mendukung kualitas sumberdaya manusia kelompok tani. Anggota kelompok tani masih kurang kompeten. Hal ini dapat dilihat dari ketidaksediaan anggota
melakukan regenerasi kepengurusan dan sulit untuk menerima perubahan teknologi. Para petani juga kurang mampu mengelola sumber daya berupa modal
yang telah diberikan oleh dinas pertanian. Selain itu, petani juga mudah untuk diperdaya oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan kelompok tani ini
berkembang. Contohnya para pengumpul yang membeli hasil panen dengan menggunakan kaleng yang ukurannya bervariasi sehingga besar kemungkinannya
petani dirugikan.
82
7.1.3. Peluang
Berdasarkan identifikasi lingkungan eksternal, Kelompok Tani Sisandi memiliki delapan peluang, yaitu: hubungan yang baik dengan dinas pertanian,
tersedianya sarana produksi pertanian organik seperti pupuk, bibit, dan pestisida organik yang sudah bersertifikat, adanya lembaga TB Silalahi Center yang
perduli pada pertanian di Tobasa, meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat, peluang pasar yang masih
luas baik domestik maupun mancanegara, potensi sumberdaya alam yang mendukung, dan adanya Program pemerintah Go Organic 2010.
a. Hubungan baik dengan Dinas Pertanian setempat
Dinas Pertanian merupakan suatu instansi yang bertanggung jawab dalam hal pertanian, baik dalam penelitian maupun dalam pengembangannya. Dinas
Pertanian bertanggung jawab terhadap keadaan dan perkembangan kelompok tani yang ada di Kabupaten Tobasa. Kelompok Tani Sisandi telah menjalin hubungan
yang baik dengan Dinas Pertanian setempat. Hal ini didorong berkat keaktifan ketua kelompok tani berinteraksi dengan Dinas Pertanian setempat. Baik dalam
melaporkan masalah yang dihadapi oleh kelompok tani maupun dalam bertanya tentang informasi baru terkait pertanian. Adanya hubungan baik ini sangat
membantu kedua belah pihak. Kelompok tani ini telah mendapatkan banyak penyuluhan terkait budidaya
padi dari Dinas Pertanian. Bahkan setiap ada program baru ataupun ada pihak lain yang menawarkan program terkait di bidang pertanian maka Kelompok Tani
Sisandi merupakan kelompok tani pertama yang akan dianjurkan oleh Dinas Pertanian melalui Badan Penyuluh Pertanian BPP.
b. Adanya konsultan pertanian yang memahami pertanian organik dan mau membina petani.