Sosial Budaya Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

72 Data diatas menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan PDRB Kabupaten Tobasa. Sektor ini memberikan sumbangan yang paling besar jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada tahun 2006 sektor ini memberikan sumbangan terhadap PDRB sebesar Rp 536.306,42 juta dan tahun berikutnya mengalami peningkatan menjadi Rp 565.559,19 juta. Data ini membuktikan bahwa pembangunan Kabupaten Tobasa sangat tergantung pada pertanian, lumpuhnya sektor pertanian akan berdampak negatif pada perputaran perekonomian Kabupaten Tobasa. Berdasarkan PDRB perkapita, kesejahteraan penduduk Kabupaten Tobasa mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 PDRB per kapita Kabupaten Tobasa mencapai Rp 11.104,91 juta menurun 13,23 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi Rp 11.947,36 juta atau tumbuh sebesar 8,44 persen dari tahun 2004. Selanjutnya pada tahun 2006 PDRB per kapita mencapai Rp 12.311,68 atau tumbuh sebesar 9,83 persen dari tahun 2005. Untuk lebih jelasnya, peningkatan PDRB per kapita ini dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. PDRB per Kapita Kabupaten Tobasa Tahun 2004-2007 Tahun Nilai Rp 000 Pertumbuhan 2004 11.104,91 -13,23 2005 11.947,36 8,44 2006 12.311,68 9,83 2007 14.268,53 - Sumber : BPS Kabupaten Tobasa 2008 angka sementara

c. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya terdiri dari sikap, gaya hidup, adat-istiadat dan kebiasaan orang-orang di lingkungan eksternal yang dapat berubah-ubah. Kabupaten Tobasa merupakan daerah yang terkenal di kawasan nusantara karena potensi keindahan wisata alamnya. Salah satu wisata alam yang sangat terkenal baik dalam negeri maupun luar negeri terdapat di daerah ini adalah Danau Toba. Danau ini merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Tobasa. Setiap tahunnya jumlah wisatawan yang ingin menikmati keindahan panorama Danau Toba 73 mengalami peningkatan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing Tabel 14. Peningkatan jumlah wisatawan akan sangat mendukung pengembangan padi organik karena para wisatawan berpotensi sebagai konsumen organik. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan penjualan padi organik. Tabel 14. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Tobasa Tahun Asing Domestik Total 2004 5.856 19.575 25.431 2005 6.541 30.801 37.322 2006 7.921 36.761 44.677 2007 8.370 42.839 51.209 Sumber: BPS Kabupaten Tobasa 2008 Jumlah penduduk di Kabupaten Tobasa mengalami peningkatan setiap tahun. Tingkat pertumbuhan paling tinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 170.015 jiwa yaitu sekitar 0,84 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2005 yang berjumlah 168.596 jiwa. Besarnya rata-rata pertumbuhan di Kabupaten Tobasa mencapai 0.68 persen. Pertumbuhan peningkatan penduduk akan meningkatkan permintaan beras organik. Pertumbuhan penduduk Tobasa dari tahun 2004-2007 dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tobasa Tahun 2004-2007 No. Tahun Perempuan jiwa Laki-laki jiwa Total jiwa Pertumbuhan persen 1. 2004 85.171 82.736 167.907 - 2. 2005 85.549 83.047 168.596 0,41 3. 2006 86.268 83.747 170.015 0,84 4. 2007 86.883 84.492 171.375 0,79 Rata-rata 0,68 Sumber : BPS Kabupaten Tobasa 2008 Proses produksi beras sangat rentan terhadap pengaruh iklim dan cuaca. Beras memiliki sifat yang mudah rusak. Proses produksi ini terdiri dari pengolahan lahan hingga pemanenan. Proses ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti tingkat kesuburan tanah, curah hujan, dan ketersediaan air. Lahan sawah yang digunakan untuk membudidayakan tanaman padi ini merupakan lahan yang bebas dari limbah industri maupun rumah tangga karena 74 terletak di derah yang jauh dari lokasi industri. Berdasarkan data dari stasiun pengamatan, rata-rata curah hujan yang terjadi di Kabupaten Tobasa adalah sebesar 155 per bulan pada tahun 2007 dengan jumlah hari hujan sebanyak 14 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April sebesar 260 mm sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 85 mm. Tingkat curah hujan ini mampu mempengaruhi kegiatan produksi di lapangan. Menurut AAK 2003, tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata 200 mm per bulan atau lebih dengan distribusi selama empat bulan. Rata- rata curah hujan yang fluktuatif atau cuaca yang tidak menentu akibat pemanasan global merupakan ancaman bagi pengembangan padi organik. Petani kurang mampu membaca alam, petani kurang tahu kapan musim kemarau dan kapan musim hujan akibatnya masa tanam dilakukan pada waktu yang kurang tepat sehingga mengurangi produktivitas. Selain ancaman cuaca yang tidak menentu, Kelompok Tani Sisandi memiliki peluang yang besar dalam mengembangkan padi organik. Diantaranya adanya lembaga TB Silalahi Center yang didirikan oleh anak daerah, Letjend Purn DR TB Silalahi SH, yang telah diresmikan pada tahun 2008. Lembaga TB Silalahi Center merupakan pusat pelestarian nilai-nilai adat Batak sekaligus upaya membentuk karakter masyarakat, terutama generasi muda Batak agar memiliki mental pekerja keras yang profesional di berbagai sektor ekonomi seperti pertanian, perikanan dan perindustrian. Di TB Silalahi Center dibangun perpustakaan Batak, museum Batak ruang tertutup indoor, museum Batak ruang terbuka outdoor, rumah bolon Batak yang asli dan perkampungan Batak yang berisi rumah-rumah desa lengkap dengan peralatan-peralatan ekonomi masyarakat Batak di sekitar Danau Toba seperti alat pertanian, alat penangkap ikan, alat-alat tenun hingga senjata-senjata yang digunakan untuk berburu. Lembaga TB Silalahi Center juga menaruh perhatian pada perkembangan pertanian di daerah Tobasa. Pihak TB Silalahi Center berencana akan mengembangkan teknologi pertanian organik di daerah TobasaPengembangan padi organik di Kelompok Tani Sisandi juga didukung dengan adanya konsultan pertanian yang berada di daerah Tobasa yang 75 memahami pertanian organik dan mau membina serta melatih petani dalam menerapkan pertanian organik.

d. Teknologi