4 tahun 2007 produksi padi sawah meningkat menjadi 133.633 ton 81,1 persen.
Untuk lebih jelasnya, peningkatan produksi tanaman pangan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Tobasa Tahun
2005-2007 dalam ton
No. Tanaman Pangan
2005 2006
2007
1. Padi Sawah
113.542 119.113
133.633
2. Padi Ladang
2.817 2.599
3.170 3.
Jagung 12.968
15.257 15.236
4. Ubi Kayu
8.787 12.106
9.933 5.
Ubi Jalar 5.957
3.027 2.816
Total 144.071
152.102 164.788
Sumber: Harian Mandiri 2008
6
Kelompok Tani Sisandi merupakan salah satu kelompok tani yang berada di Desa Baruara, Kecamatan Balige, Kabupaten Tobasa. Kelompok tani ini
dibentuk pada tahun 1992 dan saat ini memiliki anggota sebanyak 22 orang. Anggota kelompok tani ini merupakan petani yang membudidayakan tanaman
padi. Keberadaan petani padi dan Kelompok Tani Sisandi menjadi peluang yang besar untuk mengembangkan padi organik apalagi padi organik merupakan
produk yang baru di Kabupaten Tobasa. Sehingga produk ini sangat layak untuk dikembangkan di Kelompok Tani Sisandi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
penelitian terkait strategi pengembangan padi organik di Kelompok Tani Sisandi, Kabupaten Tobasa.
1.2. Perumusan Masalah
Kelompok Tani Sisandi mengadopsi teknologi revolusi hijau dengan mengandalkan benih hibrida, pupuk anorganik, pestisida anorganik, dan
pengolahan lahan yang menggunakan traktor. Penggunaan input luar seperti benih hibrida, pupuk dan pestisida anorganik telah merusak struktur tanah, mencemari
lingkungan, menimbulkan polusi air, bahkan membunuh beragam mikroba tanah. Kerusakan struktur tanah, polusi air, dan pencemaran lingkungan akibat
penggunaan pupuk dan pestisida anorganik menghasilkan produk-produk pertanian yang mengandung racun. Kerusakan struktur tanah mengakibatkan
6
Harian Mandiri Online . 2008. Pertanian Memakmurkan Masyarakat Tobasa. http:harianmandiri.wordpress.com20081126pertanian-memakmurkan-masyarakat- tobasa
diunduh tanggal 7 Februari 2009.
5 penurunan produktivitas. Penurunan produktivitas lahan sawah ini juga terjadi di
Tobasa. Tahun 2007 produktivitas menurun mencapai 5,5 persen dibandingkan tahun 2006 Tabel 5.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, penurunan produktivitas juga dialami oleh Kelompok Tani Sisandi. Namun penulis tidak mendapatkan data
yang lebih detail untuk mengambarkan penurunan produktivitas ini diakibatkan tidak adanya arsip pencatatan jumlah produksi maupun produktivitas di Kelompok
Tani Sisandi. Penurunan produktivitas lahan ini mengakibatkan petani kurang bersemangat mengolah lahannya bahkan dalam kurun waktu dua tahun terakhir
2008-2009 banyak petani yang tidak mengolah lahan karena kecewa akibat hasil panen yang kurang memuaskan.
Tabel 5. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Lahan Sawah di Kabupaten
Tobasa
Tahun Luas Panen ha
Produksi ton Produktivitas tonha
2004 20.397
103.412 5,07
2005 20.575
113.542 5,51
2006 21.575
119.113 5,52
2007 24.328
133.633 5,49
Sumber : BPS Kabupaten Tobasa 2008
Selain masalah lingkungan, penggunaan pupuk dan pestisida anorganik juga menimbulkan masalah kesehatan.
Bahan aktif yang terkandung dalam pestisida sangat berbahaya bagi kesehatan. Tanpa disadari para petani, kontak
langsung dengan bahan aktif pupuk dan pestisida anorganik, menghirup, menelan secara tidak sengaja dan berulang kali dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit
seperti: kanker, penyempitan pembuluh darah, dan bayi lahir mati infant
mortality atau lahir cacat seperti yang diungkapkan oleh Prihandarini 2008. Menurut Sutanto 2002, dampak negatif aplikasi teknologi revolusi hijau
dapat diatasi dengan penerapan teknologi pertanian organik, dimana teknologi ini telah disosialisasikan kembali sejak tahun 2001. Namun, teknologi ini kurang
berkembang di Kelompok Tani Sisandi. Hal ini disebabkan kurangnya penguasaan petani terhadap teknologi pertanian organik terkait penyediaan sarana
produksi padi saprodi organik, budidaya, dan pemasarannya. Padahal berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Marhamah 2007 di Situgede,
Kota Bogor dapat diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan oleh petani anorganik
6 untuk membeli pupuk anorganik mencapai Rp 905.170 per musim per ha.
Sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh petani organik untuk membeli pupuk organik lebih murah, yaitu Rp 672.583 per musim per ha sehingga terdapat selisih
biaya sebesar Rp 232.587. Adanya selisih biaya sebesar Rp 232.587 menunjukkan bahwa biaya pembelian pupuk organik lebih kecil daripada biaya untuk membeli
pupuk anorganik. Selain itu, teknologi pertanian organik dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan petani yang sangat tinggi
terhadap pupuk dan pestisida anorganik. Apalagi input ini seringkali langka di pasaran ketika petani membutuhkannya, sehingga mengganggu kegiatan produksi
petani. Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang
telah menerapkan pertanian padi organik sejak tahun 2001. Pengembangan padi organik ini melibatkan 29 kelompok tani dengan jumlah petani sebanyak 639
orang pada tahun 2001. Berdasarkan kegiatan budidaya di lapangan, padi organik mampu mencapai produktivitas sebanyak 7-9 tonha sedangkan semi organik
mampu mencapai 8-11 tonha. Saat ini 2009, beras organik yang diproduksi petani Sragen berhasil menembus pasar internasional sebanyak 1.000 ton.
Pertanian organik sangat menguntungkan petani. Hal ini disebabkan biaya produksi padi organik lebih rendah daripada biaya produksi padi anorganik, yaitu
sekitar Rp 2.700.000ha. Petani dapat memanfaatkan kotoran hewan, jerami padi, dan bahan alami lain, sebagai bahan pupuk organik. Pestisida organik juga dapat
dibuat dari daun mimba Azadirachta indica yang direndam air selama 24 jam untuk membasmi hama. Disamping biaya produksi yang lebih rendah, beras
organik memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi daripada beras anorganik, harga jual beras organik di pasaran mencapai Rp 8.000kg, hampir dua kali lipat
dari harga beras anorganik. Sedangkan di kelompok tani, harga beras organik mencapai Rp 6.000kg
7
. Selain menguntungkan petani, pertanian organik menekankan penggunaan pupuk dan pestisida organik yang tidak merusak hara
tanah sehingga ekosistem tanah pertanian tetap seimbang. Melihat fakta di atas, pertanian organik dapat meningkatkan kesejahteraan
petani melalui biaya produksi yang lebih murah, harga jual yang lebih tinggi
7
Sragen. Sehat dengan konsumsi beras organik. http:www.sragenkab.go.idberitaberita.php?id=430 diunduh tanggal 11 Agustus 2009.
7 dibandingkan beras anorganik, serta tidak merusak hara tanah. Oleh sebab itu,
perlu dilakukan perumusan alternatif strategi pengembangan padi organik di Kelompok Tani Sisandi. Alternatif pengembangan padi organik ini diharapkan
mampu mengatasi masalah yang dihadapi kelompok tani agar dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Analisis strategi pengembangan padi organik di Kelompok
Tani Sisandi memerlukan analisis lingkungan internal dan eksternal. Berdasarkan uraian di atas, adapun permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana kondisi internal kekuatan dan kelemahan dan kondisi eksternal peluang dan ancaman Kelompok Tani Sisandi dalam strategi pengembangan
padi organik? 2.
Strategi apa yang perlu dirumuskan untuk mengembangkan padi organik di Kelompok Tani Sisandi dan bagaimana rancangan strategi dengan pendekatan
arsitektur strategik?
1.3. Tujuan Penelitian