58
d. Keanggotaan Kelompok Tani Sisandi
Saat ini Kelompok Tani Sisandi memiliki anggota sebanyak 22 orang. Latar belakang pendidikan para anggota ini terdiri dari SD, SLTP, SLTA, dan
perguruan tinggi PT. Berdasarkan data yang diperoleh, latar belakang pendidikan petani didominasi oleh lulusan SLTA sebanyak 13 orang, SD
sebanyak empat orang, SLTP sebanyak tiga orang, perguruan tinggi sebanyak satu orang, dan tidak sekolah sebanyak satu orang.
Namun berdasarkan usia, petani anggota kelompok ini didominasi oleh petani yang sudah berumur 40 tahun lebih sebanyak 15 orang. Sedangkan yang
berusia muda hanya berjumlah tujuh orang. Tingkat usia berpengaruh terhadap tingkat produktivitas. Semakin tua usia petani maka tingkat produktivitas akan
semakin menurun. Untuk lebih jelasnya gambaran sumberdaya manusia dalam Kelompok Tani Sisandi dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9.
Tingkat Usia dan Pendidikan Anggota Kelompok Tani Sisandi
Usia tahun Jumlah orang
Pendidikan Jumlah orang
20-30 2 Tidak sekolah
1 30-40
5 SD 4
40-50 4 SLTP
3 50-60
8 SLTA 13
60-70 3 PT
1
Sumber: Hasil Wawancara dengan Anggota Kelompok Tani.
Aktivitas penunjukan staf merupakan bagian dari manajemen sumber daya manusia. Pengurus dipilih berdasarkan rapat seluruh anggota dan ditinjau dari
kemampuan yang dimiliki. Sementara keanggotaan di kelompok tani ini bersifat terbuka. Artinya setiap petani yang berada di sekitar Dusun Sisandi dapat
bergabung menjadi anggota dengan syarat bermata pencarian sebagai petani.
e. Pengendalian
Pengendalian merujuk pada semua aktivitas kelompok tani yang diarahkan untuk memastikan bahwa operasi yang terjadi sesuai dengan perencanaaan.
Fungsi pengendalian dilakukan oleh ketua, terutama dalam hal kegiatan produksi. Ketua kelompok tani melakukan pemantauan terhadap aktivitas anggota
khususnya dalam menerapkan program yang telah direncanakan.
59
6.1.2. Keuangan
Keuangan merupakan salah satu aspek penting dalam melakukan usaha, begitu juga halnya dalam kelompok tani. Sumber keuangan kelompok tani ada
dua yaitu: dari luar kelompok tani berupa bantuan pemerintah atau pinjaman dan dari dalam kelompok tani berupa iuran anggota. Kelompok Tani Sisandi berdiri
pada tahun 1992 dan pada tahun yang sama kelompok tani ini mendapat bantuan modal dari pemerintah dengan adanya Program KUT Kredit Usaha Tani. Modal
pertama yang diperoleh oleh kelompok ini adalah sebesar dua juta rupiah. Modal ini dibagikan kepada anggota dan dipergunakan untuk membeli pupuk.
Pengembalian modal dilakukan setiap musim panen dan peminjaman dapat dilakukan kembali dengan syarat melunasi pinjaman sebelumnya.
Kelompok Tani Sisandi telah mendapat bantuan modal KUT sejak tahun 1992-2000. Bantuan modal yang diperoleh berkisar dua juta rupiah hingga 20 juta
rupiah. Pada tahun 2000 Kelompok Tani Sisandi mendapat bantuan modal KUT sebesar 20 juta rupiah. Bantuan modal pada tahun 2000 merupakan bantuan modal
terakhir yang diterima oleh kelompok tani karena macetnya pembayaran angsuran KUT oleh anggota. Pembayaran KUT yang macet disebabkan oleh adanya kabar
yang beredar dan kesalahpahaman diantara anggota yang beranggapan bahwa KUT tersebut merupakan bantuan pemerintah yang tidak perlu dikembalikan lagi.
Selain bantuan KUT Kelompok Tani Sisandi memiliki sumber keuangan berupa iuran yang harus dibayar anggota setiap panen dalam bentuk produk yaitu
padi. Adapun besarnya iuran yang harus dibayar adalah 11 kg. Namun iuran ini hanya berlangsung sampai tahun 1994. Iuran ini tidak terkumpul lagi akibat
kurangnya kesadaran anggota terhadap peranan kelompok tani. Selain bantuan modal berupa KUT, kelompok tani juga pernah mendapat
bantuan dari Dinas Pertanian setempat sebanyak 15 juta rupiah untuk modal koperasi, namun sumberdaya manusia yang ada dalam kelompok tani tidak
mampu untuk mengelola dana ini sehingga modal tersebut habis dengan sia-sia. Kondisi di atas menggambarkan meskipun Kelompok Tani Sisandi didominasi
oleh lulusan SLTA namun sumberdaya manusia tersebut kurang kompeten. Saat ini kelompok tani tidak mempunyai sumber keuangan baik dari dalam
maupun dari luar kelompok tani. Namun beberapa anggota kelompok tani secara
60 individu berinisiatif mendapat bantuan modal dari pemerintah dalam bentuk
Kredit Usaha Rakyat KUR yang diperoleh dari Bank Rakyat Indonesia BRI. Modal ini digunakan untuk melancarkan kegiatan produksi dimana pinjaman
modal tersebut dipertanggungjawabkan secara pribadi bukan atas nama kelompok tani. Hal ini menggambarkan bahwa kelompok tani masih terkendala dalam
modal.
6.1.3. Produksi dan Operasi
Petani anggota Kelompok Tani Sisandi mengusahakan tanaman padi di lahan sendiri dan lahan sewa. Pada lahan sewa sistem bagi hasil dilakukan dengan
perbandingan 70:30, dimana 70 persen buat petani penyewa dan 30 persen buat petani pemilik. Kelompok tani telah memiliki teknologi produksi yang terdiri dari
traktor, mesin perontok malai, dan mesin pembersih bulir yang disimpan di rumah ketua kelompok tani. Mesin-mesin ini merupakan hadiah dari Dinas Pertanian
setempat atas prestasi yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sisandi. Sistem gotong royong yang lebih dikenal dengan istilah “marsiadapari”
bagi orang Batak masih berlaku di kelompok tani ini. Kegiatan marsiadapari ini hanya dilakukan oleh ibu-ibu atau tenaga kerja perempuan dimana mereka saling
membantu proses produksi khususnya pada penanaman dan penyiangan sehingga biaya produksi langsung dapat dihemat. Dalam “marsiadapari” tenaga dibayar
dengan tenaga bukan dengan uang. Sementara itu, tenaga kerja pria lebih banyak diberdayakan pada proses pengolahan lahan dan pemanenan karena pada proses
tersebut dibutuhkan tenaga kerja yang lebih kuat dan bertenaga. Hari orang kerja HOK di kelompok tani ini lebih lama jika
dibandingkan dengan HOK di daerah Jawa. Hari orang kerja untuk satu hari di Dusun Sisandi adalah delapan jam, dimana jam kerja dimulai dari pukul
08.00-18.00 WIB dengan selang waktu istirahat selama dua jam. Pemberian upah kepada tenaga kerja pria dan wanita tidak sama. Tenaga kerja pria dibayar lebih
mahal daripada tenaga kerja wanita sebesar Rp 40.000 per HOK sedangkan tenaga kerja wanita dibayar lebih murah yaitu sebesar Rp 30.000 per HOK.
Proses produksi padi terdiri dari kegiatan pengolahan lahan hingga pemanenan. Setiap proses tersebut akan dijelaskan lebih lengkap pada uraian
berikut.
61 a. Pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan setelah tanah diberakan selama empat bulan. Masa bera lahan di kelompok tani ini lebih lama jika dibandingkan dengan
kelompok tani lainnya dan hal ini sudah menjadi kebiasaaan di Kelompok Tani Sisandi. Masa bera lahan yang lama mengakibatkan kelompok tani ini hanya
dapat menikmati panen sebanyak tiga kali dalam dua tahun sementara di daerah lain pemanenan dapat dilakukan empat kali selama dua tahun. Pengolahan lahan
dilakukan dengan menggunakan traktor. b. Pembenihan
Varietas padi yang dibudidayakan di kelompok tani ini merupakan varietas hibrida yang diperoleh dari Dinas Pertanian setempat maupun petani padi dari
desa lain. Beberapa jenis padi yang pernah dibudidayakan adalah IR64, sipandan, membramo, ciherang, dan mekongga.
Benih yang akan ditanam ditampi terlebih dahulu untuk memilih benih yang terbaik. Selanjutnya benih dikecambahkan dahulu dengan cara benih
dimasukkan ke dalam karung plastik dan direndam dalam air selama dua hari agar benih dapat menyerap air. Setelah benih direndam dua hari, benih diangkat dan
diperam selama dua hari agar berkecambah. Benih yang sudah berkecambah disebarkan secara hati-hati ke permukaan tanah persemaian. Benih disebarkan
secara merata dan tidak tumpang tindih. Untuk setiap hektar tanah yang akan ditanami dibutuhkan benih sebanyak
55-60 kg. Sementara Dinas Pertanian menganjurkan penggunaan benih hanya sebanyak 25-30 kg per ha. Benih yang ditanam anggota kelompok tani dua kali
lebih banyak dari jumlah kebutuhan benih yang disarankan oleh pemerintah. Namun jika dibandingkan dengan petani yang berada di desa lain di Kabupaten
Tobasa, kebutuhan benih di Kelompok Tani Sisandi merupakan jumlah yang paling kecil. Berdasarkan pengamatan, penggunaan benih di tanah Batak sangat
banyak mencapai 143 kg per hektar. Hal ini disebabkan adanya anggapan para petani bahwa semakin banyak benih yang ditanam maka hasilnya akan semakin
memuaskan. Selain itu petani Batak umumnya memiliki watak yang keras dan sulit untuk menerapkan informasi yang baru diterima.
62 c. Penanaman
Proses penanaman dilakukan setelah benih berumur maksimal 20 hari. Umumnya kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja wanita karena tenaga kerja
wanita karena dinilai lebih teliti dan berhati-hati dalam bekerja dibanding tenaga kerja pria.
Proses penanaman di Kelompok Tani Sisandi berbeda dengan petani lainnya karena kelompok tani ini menggunakan sistem nanam maju bukan sistem
nanam mundur nandur. Hal ini diakibatkan, para anggota kelompok tani sudah menggunakan teknologi tanam jajar legowo baris empat. Dimana sebelum proses
menanam, lahan akan digarisi terlebih dahulu dengan menggunakan alat penggaris yang telah ditempah sendiri oleh petani. Selanjutnya tenaga kerja
wanita melakukan penanaman mengikuti garis dengan arah maju. Jarak tanam yang digunakan oleh para petani adalah 10 x 20 cm.
Teknologi legowo ini sangat membantu petani dalam hal menghemat kebutuhan benih, pemberantasan hama seperti tikus, penyulaman, penyiangan, dan
pemupukan. d. Penyiangan
Seperti halnya proses penanaman, penyiangan lebih mengandalkan tenaga kerja wanita daripada tenaga kerja pria. Karena tenaga kerja wanita lebih teliti dan
lebih rajin dalam memberantas gulma. Umumnya dalam satu musim tanam, penyiangan dilakukan hanya sekali saja setelah tanaman berumur 10 Hari Setelah
Tanam HST. Namun frekuensi penyiangan ini dapat berubah tergantung ada atau tidaknya gulma di lahan sawah.
e. Pemupukan Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara dalam tanah.
Kelompok tani telah mendapatkan pelatihan penggunaan pupuk berimbang. Dalam satu musim tanam pemupukan dilakukan sebanyak dua kali padahal dalam
pelatihan para petani disarankan untuk melakukan pemupukan sebanyak tiga kali.. Dalam aplikasinya pupuk yang digunakan terdiri dari urea, TSP, dan ZA.
Pemupukan tahap pertama dilakukan setelah tanaman berumur dua minggu, dengan komposisi 100 kg urea, 150 kg TSP, dan 50 kg ZA. Ketiga jenis
pupuk tersebut dicampur dan diaduk sehingga ketiga jenis pupuk tersebut
63 tercampur merata. Campuran pupuk urea, TSP, dan ZA siap untuk ditabur di
lahan. Pemupukan tahap kedua dilakukan sebulan setelah pemupukan pertama. Pemupukan kedua hanya menggunakan pupuk urea dan ZA dengan komposisi
125 kg urea dan 50 kg ZA. Seperti pemupukan pertama, kedua jenis pupuk ini dicampur dan diaduk agar tercampur secara merata. Proses pemupukan pada
umumnya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga karena mudah dilakukan dan tidak butuh banyak tenaga.
f. Pengairan Pengairan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
budidaya tanaman padi. Ada tidaknya air di lahan akan sangat mempengaruhi produktivitas tanaman. Pengairan di dusun ini berasal dari sungai yang mengalir
sepanjang hari. Sebelum dibajak lahan akan diairi terlebih dahulu dan dibiarkan tergenang
agar mempermudah proses pengolahan lahan. Sebaliknya pada proses penanaman lahan akan dikeringkan, jika tidak air akan menghapus garis yang sengaja dibuat
untuk membantu proses penanaman. Selain itu, pengeringan juga bertujuan untuk mencegah hama keong. Pengeringan ini dilakukan setelah penanaman selama dua
minggu. Setelah tanaman berumur dua minggu, lahan diari kembali setinggi 2 cm
yang akan digunakan dalam proses pemupukan. Selanjutnya dua minggu kemudian lahan tidak dialiri air dengan tujuan tanah dapat menyerap pupuk yang
telah diberikan. Setelah dua minggu, lahan diairi kembali hingga pemupukan kedua. Setelah pemupukan kedua dilakukan lahan tidak dialiri air dengan tujuan
tanah dapat menyerap pupuk. Selanjutnya lahan akan diari kembali sampai fase pembungaan. Pengeringanan lahan dilakukan selama tiga minggu sebelum panen.
Hal ini akan menghentikan pembentukan anakan dan mempercepat pemasakan biji.
g. Pemberantasan hama dan penyakit Tiga tahun terakhir ini, hama yang paling sering menggangu tanaman padi
adalah tikus. Jenis hama ini sangat merugikan petani karena mengurangi produksi padi. Para anggota kelompok tani melakukan pemburuan, memasang jebakan, dan
64 memasang plastik di sekeliling pematang sawah untuk memberantas hama tikus
tersebut. Selain itu, petani
juga menggunakan pestisida anorganik untuk memberantas hama dan penyakit padi. Pestisida anorganik ini digunakan dengan
cara disemprotkan dimana frekuensi penyemprotan tergantung pada banyak atau tidaknya serangan hama dan penyakit.
h. Pemanenan Pemanenan merupakan tahap yang paling dinantikan petani. Semangat
kerja petani lebih besar ketika memanen dibandingkan dengan tahap lainnya, apalagi jika hasilnya sangat memuaskan. Berbeda dengan proses penanaman dan
penyiangan, pemanenan lebih mengandalkan tenaga kerja pria dibandingkan wanita. Bahkan petani hanya mengupah tenaga kerja pria dan tidak menggunakan
tenaga kerja wanita kecuali tenaga kerja wanita tersebut berasal dari dalam keluarga. Hal ini didasarkan karena pemanenan membutuhkan tenaga kerja yang
kuat dan bertenaga. Perontokan malai dilakukan dengan menggunkan sabit. Malai padi yang
telah rontok kemudian dikumpulkan pada terpal plastik. Selanjutnya malai ini akan dirontokkan dengan menggunakan mesin perontok untuk menghasilkan bulir
padi. Kemudian bulir padi dibersihkan dengan menggunakan mesin pembersih bulir yang akan memisahkan bulir yang berisi dan bulir yang kosong. Pemanenan
dengan menggunakan mesin-mesin ini sangat membantu petani, karena dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan lebih berkualitas.
6.1.4. Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan distribusi produk dari tangan produsen ke tangan konsumen. Proses pemasaran ini terdiri dari produk, harga, distribusi, dan
promosi. Hingga saat ini produk yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Sisandi merupakan padi yang diusahakan secara anorganik dengan menggunakan pupuk
dan pestisida anorganik. Harga penjualan padi tersebut ditentukan berdasarkan harga pasar. Berdasarkan pengamatan harga penjualan padi di daerah Kabupaten
Tobasa saat ini Mei 2009 adalah Rp 3.300 per kg. Saluran pemasaran kelompok ini belum efisien. Para petani masih
memasarkan padinya secara individu kepada para pengumpul kemudian
65 pengumpul akan memasarkan lagi kepada pedagang besar dan selanjutnya
pedagang besar akan memasarkan kepada konsumen. Kelompok tani ini belum pernah memasarkan produknya secara kolektif. Hal ini disebabkan karena
kelompok tani tidak mempunyai modal untuk membeli hasil panen para anggota. Saluran distribusi kelompok tani ini dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 : Saluran Distribusi Padi Kelompok Tani Sisandi
Para pedagang pengumpul tidak susah untuk ditemui para anggota kelompok tani, karena lokasi usahanya tidak jauh dari lokasi pertanian Kelompok
Tani Sisandi. Umumnya penjualan padi di daerah Tobasa termasuk Kelompok Tani Sisandi menggunakan kaleng yaitu sebuah wadah yang berbentuk balok
dengan sisi terbuka pada bagian atasnya. Umumnya 1 kaleng sama dengan 11 kg, namun ukuran kaleng para pengumpul tidak selalu sama karena tidak ada suatu
tetapan yang menetukan ukuran kaleng. Walaupun demikian perbedaan ukuran ini tidak mencolok. Perbedaan ukuran kaleng memungkinkan terjadinya perbedaan
harga sekitar Rp 500 per kaleng. Pembayaran hasil panen dapat dilakukan sebelum padi diangkut atau setelah padi diangkut. hasil panen yang telah dijual
kepada pengumpul diangkut dengan menggunakan mobil bak milik pengumpul. Untuk kegiatan promosi, kelompok tani ini belum melakukan promosi
melalui media apapun untuk memasarkan produknya. Produk padi Kelompok Tani Sisandi relatif sama dengan padi lainnya yang ada di Kabupaten Tobasa.
Anggota kelompok tani tidak pernah mengalami kesulitan dalam menjual produknya karena banyak pedagang pengumpul yang siap menampung hasil
panen petani. Anggota
kelompok tani Pengumpul
Pedagang besar
Konsumen akhir
66
6.1.5. Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan yang telah dilakukan dalam kelompok tani masih berupa uji multilokasi atau demplot. Beberapa demplot yang telah dilakukan di kelompok
tani ini meliputi penggunaan pupuk berimbang, tabur benih langsung tabela, dan teknologi tanam jajar legowo. Penggunaan pupuk berimbang dilakukan dengan
komposisi 225 kg urea, 150 kg TSP, dan 100 kg ZA per ha untuk satu musim tanam. Sementara itu, masih banyak kelompok tani lain yang menggunakan pupuk
berdasarkan pengalaman dan ketersediaan modal, bukan berdasarkan anjuran pemerintah dikarenakan kurangnya informasi serta adanya pemahaman bahwa
pupuk yang diberikan berdasarkan pengalaman telah tepat dosisnya. Kelompok Tani Sisandi merupakan satu-satunya kelompok tani yang hingga saat ini 2008
menerapkan teknologi tanam jajar legowo baris empat 4:1 di Kecamatan Balige.
Tabel 10. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Kelompok Tani Sisandi
Lingkungan Internal Kekuatan
Kelemahan
1. Manajemen Memiliki
ketua kelompok tani yang aktif
dan dinamis. Sumberdaya manusia
petani kurang
kompeten. Kurang konsistennya
anggota organisasi
terhadap tugas-
tugasnya. 2. Keuangan
- Modal
kerja yang
terbatas. 3. Produksi dan operasi
Memiliki peralatan
pertanian yang
mendukung. Telah
Mengikuti pelatihan
budidaya pertanian
ramah lingkungan.
Telah mengikuti
pelatihan budidaya padi yang baik.
Lahan yang
dekat dengan rumah petani.
Mayoritas lahan petani merupakan
lahan sewaan.
Petani kurang mampu mengimplementasikan
budidaya padi organik.
4. Pemasaran Lokasi
usaha yang
strategis. Pemasaran
yang kurang efisien.
5. Penelitian dan
pengembangan -
-
67
6.2. Analisis Lingkungan Eksternal