Pemasaran yang kurang efisien Kurang konsistennya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya

80

b. Mayoritas lahan petani merupakan lahan sewa

Berdasarkan data yang diperoleh, Kelompok Tani Sisandi mengusahakan lahan seluas 13,8 ha. Dari total lahan yang diusahakan sebanyak 50,7 persen atau sebanyak 7 ha merupakan lahan sewaan dan 49,3 persen atau 6,8 ha merupakan lahan milik sendiri. Status kepemilikan lahan yang didominasi oleh lahan sewaan merupakan salah satu kelemahan yang terdapat dalam kelompok tani dalam pengembangan padi organik. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan para petani untuk menerapkan budidaya padi organik karena petani harus membayar sewa lahan kepada pemilik lahan.

c. Petani kurang mampu mengimplementasikan budidaya padi organik

Sejak kelompok tani ini dibentuk, kegiatan budidaya padi dilakukan dengan mengandalkan pupuk dan pestisida kimia. Kelompok tani ini belum pernah mengusahakan padi secara organik dikarenakan belum menguasai budidaya padi secara organik. Meskipun ketua telah mengikuti beberapa pelatihan yang berhubungan dengan pertanian organik ternyata belum mampu mengimplementasikannya di lapangan. Hal ini diakibatkan teknologi ini membutuhkan kerjasama yang baik diantara para anggota kelompok tani. Sementara para anggota kelompok tani lainnya kurang menguasai budidaya padi organik dan kurang yakin dengan teknologi tersebut.

d. Pemasaran yang kurang efisien

Sistem pemasaran produk dilakukan dari petani kepada pengumpul, selanjutnya dari pengumpul akan diberikan kepada pedagang besar. Sistem pemasaran ini juga masih dilakukan secara individu bukan berkelompok sehingga kekuatan kelompok tani untuk meningkatkan posisi tawar petani tidak digunakan. Umumnya pemasaran produk dilakukan dengan menggunakan kaleng yang ukurannya tidak sama sehingga besar kemungkinannya petani dapat ditipu oleh para pengumpul. Selain itu, tidak jarang pemasaran ini dilakukan setelah petani meminjam modal dari pengumpul yang digunakan untuk mendanai usahataninya. Dimana modal yang dipinjam disertai dengan bunga tinggi yang harus dibayar oleh petani. 81

e. Kurang konsistennya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya

Pada awal pendiriaanya struktur kelompok ini terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara yang dipilih oleh anggota kelompok tani. Namun, beberapa pengurus kurang mampu menghasilkan kinerja yang memuaskan. Kondisi ini memaksa ketua melakukan tugas yang seharusnya dilakukan oleh sekretaris dan bendahara. Tahun 1992-2000 kelompok tani ini sering mendapatkan bantuan modal dari pemerintah berupa KUT, namun kurangnya kepercayaan dan koordinasi mengakibatkan angsuran anggota macet sehingga kelompok tani tidak mendapat bantuan lagi. Akibatnya kelompok tani ini hanya dipimpin oleh seorang ketua yang merangkap sebagai sekretaris dan bendahara. Banyaknya tugas yang harus dilakukan oleh ketua berdampak terhadap keadaan kelompok tani. Akibatnya tidak semua anggota kelompok tani mendapat informasi terkait kegiatan yang akan dilakukan atau adanya program baru. Banyak anggota kelompok tani yang beranggapan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh ketua hanya untuk kepentingan pribadi ketua. Akibatnya timbul kesalah pahaman dan rasa kurang percaya diantara anggota kelompok tani dan ketua kelompok tani.

f. Sumberdaya manusia petani kurang kompeten