11 yang dapat diolah secara organik yaitu: lahan yang baru dibuka dan lahan
pertanian yang telah diolah secara anorganik yang dikonversi menjadi lahan organik. Lama masa konversi tergantung pada sejarah penggunaan pupuk, lahan,
pestisida, dan jenis tanaman. Menurut Departemen Pertanian, konversi lahan padi sawah anorganik membutuhkan waktu minimal tiga tahun untuk menjadi lahan
organik. Masa konversi ini dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung situasi dan kondisi lahan, namun tidak boleh kurang dari 12 bulan
8
. c. Pengolahan kesuburan tanah
Peningkatan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan sistem daur ulang nutrisi tanaman secara alami, dengan cara antara lain:
Menghindari penggunaan pupuk anorganik dan zat pengatur tumbuh. Menambah bahan organik ke dalam tanah seperti kompos, pupuk organik.
Melakukan rotasi tanaman yang teratur dan penanaman tanaman legume. Melakukan multikultur.
Memberikan air yang bebas dari bahan kimia anorganik. d. Pengendalian hama, penyakit, dan gulma secara mekanis.
Pengendalian hama dilakukan dengan cara mekanis untuk mendorong keseimbangan hubungan inangpredator dan memperbesar populasi serangga yang
menguntungkan. e. Pasca panen
Penanganan pasca panen dan pengawetan bahan pangan dilakukan dengan cara yang alami. Kegiatan ini diusahakan untuk menghindari kontaminasi dengan
bahan kimia anorganik sehingga keorganikan produk dapat dipertahankan.
2.3. Perkembangan Pertanian Organik di Indonesia
Menurut Andoko 2006 Indonesia mengenal pertanian organik pada tahun 1990-an. Padahal sebenarnya pertanian organik bukanlah sesuatu hal yang
baru. Para leluhur kita sudah sejak lama bercocok tanam tanpa menggunakan pupuk dan pestisida anorganik.
8
Departemen Pertanian. 2007. Panduan penyusunan cara budidaya yang baik good agriculture practices GAP pertanian organik.
http:docs.google.comgview?a=vq=cache:yGrLXEU1HgAJ:agribisnis.deptan.go.idxplorevie w.php3Ffile3DPENGOLAHAN-
HASILO2BukuGAPPO.pdf+lama+masa+konversi+lahan+non+organikhl=idgl=id diunduh tanggal 11 Agustus 2009.
12 Program operasional pengembangan pertanian organik di Indonesia telah
dimulai sejak dicanangkannya program Go Organic 2010 Departemen Pertanian tahun 2001. Program ini merupakan salah satu program untuk mempercepat
terwujudnya pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan eco-agribisnis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Misi dari
program Go Organic 2010 adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan alam Indonesia dengan mendorong berkembangnya
pertanian organik yang berdaya saing dan berkelanjutan. Visi dari program nasional ini adalah mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan
pengekspor pangan organik utama di dunia pada tahun 2010 Deptan, 2005. Perkembangan pertanian organik di Indonesia ditandai dengan munculnya
perkumpulan petani organik di beberapa daerah seperti Ngudi Mulyo dan Kelompok Peduli Lingkungan di Klaten Jawa Tengah, Yayasan Bina Sarana
Bakti di Bogor Jawa Barat, Kelompok Tani Usaha Bersama di Padang Sumatera Barat dan Surya Antab mandiri di Magetan Jawa Timur. Selain
dalam bentuk wadah kelompok petani, banyak juga petani organik yang berusaha sendiri yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia seperti Sleman, Karanganyar,
Sragen, Grobogan, dan Boyolali. Kegiatan pertanian organik di Indonesia juga didukung oleh banyak pihak,
diantaranya ialah LSM Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli lingkungan serta pemerintah daerah seperti di Sragen yang turut berpartisipasi dengan
memasarkan beras organik produksi petani kepada pegawai di lingkungan pemerintah daerah.
Tahapan proses pengembangan pertanian organik di Indonesia merupakan proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan program Go Organic 2010.
Tahapan ini terdiri dari enam tahap dimana tahap pertama atau langkah awal dimulai pada tahun 2001 yang diawali dengan melakukan sosialisasi kepada
masyarakat hingga industrialisasi dan perdagangan. Tahapan pengembangan pertanian organik merupakan suatu sistem yang
saling berkaitan antara satu sama lain sehingga keberhasilan suatu tahap akan mempengaruhi keberhasilan tahap berikutnya. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada Gambar 1 di bawah ini.
13
Gambar 1. Tahapan Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia
Sumber : Deptan 2007b
a. Sosialisasi dan temu usaha Kegiatan sosialisasi ini meliputi penyebarluasan informasi pertanian
organik yang telah dilakukan dengan cara temu usaha, seminar, pameran, dan publikasi. Publikasi pengembangan pertanian organik telah dilakukan sejak 2001
melalui media leaflet, brosur, poster, buku, majalah, tabloid, radio, dan televisi. b. Pengembangan sumberdaya manusia
Kegiatan ini dilakukan melalui pelatihan dan bimbingan teknis untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam mengusahakan pangan
organik. c. Penyusunan regulasi
Terdapat empat regulasi yang telah diterbitkan untuk mendukung pengembangan pertanian organik, yaitu:
Standar Nasional Indonesia SNI Pangan Organik 2001.
Konsep Pedoman Umum Pertanian Organik 2003.
Konsep Pedoman Sertifikasi Pertanian Organik 2003.
Konsep Pedoman Inspeksi Pertanian Organik 2003.
14 d. Bantuan teknis
Beberapa bantuan teknis yang telah diberikan kepada masyarakat terdiri dari 1 bantuan dalam pembangunan Klinik Pertanian Organik, 2 membangun
percontohan pertanian organik di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Barat, dan 3 memberikan bantuan
berupa pembangunan industri kompos rakyat di beberapa wilayah. e. Fasilitasi pengembangan kelembagaan
Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan pertanian organik seperti
Masyarakat Pertanian Organik Indonesia Maporina, Asosiasi Produsen Organik Indonesia APOI. Kelembagaan ini diharapkan mampu meningkatkan posisi
tawar para petani yang mengusahakan pangan organik. f.
Fasilitasi sertifikasi dan akses pasar Kegiatan ini dilakukan dengan adanya pembinaan untuk sertifikasi
beberapa komoditas organik dan memfasilitasi pendirian outlet pemasaran produk organik untuk mendukung Go Organic 2010. Adanya sertifikasi ini akan
memudahkan para produsen dalam memasarkan produknya karena sertifikasi ini menjamin keaslian produk organik.
g. Inisiasipengenalan Penerapan pertanian organik juga dapat dilakukan melalui teknologi
System Rice Intensification SRI yang dapat menghemat pemakaian air dan benih. Teknologi ini dapat diterapkan di daerah yang irigasinya kurang lancar.
Tahapan yang telah dilakukan dapat dinilai tingkat kesuksesanya dengan adanya peningkatan pemahaman masyarakat terhadap sistem pertanian organik
yang akan berakibat pada adanya peningkatan lahan pertanian organik. Selain itu, Depertemen Pertanian juga memiliki indikator keberhasilan dalam pengembangan
pertanian organik seperti terlihat pada Tabel 7. Indikator ini merupakan penilaian tingkat keberhasilan dalam setiap tahapan pengembangan pertanian organik.
15
Tabel 6. Indikator Keberhasilan Pengembangan Go Organic 2010
No. Kegiatan Utama
Go Organic 2010 Indikator Keberhasilan
1. Sosialisasi dan pengembangan SDM:
National campaign. Pelatihan pengembangan SDM.
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pertanian organik.
Meningkatnya keterampilan pelaku usaha pertanian organik.
2. Pengembangan regulasi:
Penyusunan SNI pangan organik. Penyusunan buku pedoman.
Tersusunnya SNI pangan organik. Tersusunnya buku pedoman usaha pertanian
organik. Tersusunnya sistem sertifikasi dan inspeksi
pertanian organik. 3.
Fasilitasi bantuan teknis: Fasilitasi
penelitian dan
pengembangan. Fasilitasi pengembangan infrastuktur
kelembagaan. Fasilitasi pengembangan manajemen
usaha. Meningkatnya hasil-hasil penelitian tentang
pertanian organik. Terbangunnya infrastruktur pertanian organik
di masyarakat,
baik fisik
maupun kelembagaan.
Berkembangnya usaha pertanian organik di masyarakat.
4. Fasilitasi sertifikasi:
Fasilitas inspeksi usaha. Insentif ekonomi sertifikasi usaha
kecil. Terbentuknya
pelaku usaha
dalam pelaksanaan inspeksi pertanian organik.
Terbantunya pelaku usaha kecil untuk mendapatkan sertifikasi pertanian organik.
5. Fasilitas akses pasar Promosi
Promosi pasar. Layanan informasi.
Terbantunya pelaku
usaha dalam
mempromosikan produk pertanian organik di dalam pasar dan luar negeri.
Berdirinya outlet-outlet pemasaran pertanian organik.
Sumber : Deptan 2005
2.4. Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik