Analisa Data Social change in fishing community of lamalera (perspectives of sociology, economics and ecology)

Teknik pengumpulan data utama dalam penelitian ini adalah pengamatan partisipatif. Peneliti hidup diantara subyek yang diteliti dalam waktu yang relatif cukup. Dalam pengamatan partisipatif, peneliti bukan hanya mengamati gejala- gejala yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang diteliti, tetapi juga melakukan wawancara, mendengarkan, merasakan dan pada batas-batas tertentu melakukan kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian. Wawancara yang diharapkan adalah wawancara yang terwujud secara dialog yang spontan berkenaan dengan topik penelitian. Karena setiap orang yang diwawancarai adalah orang yang memiliki emic pandangan dari kebudayaan itu sendiri, pengetahuan kebudayaan pribumi dalam berbagai tingkat kemampuan artikulasi, maka peneliti tidak menentukan sebelumnya, respon apa yang hendak diperoleh pada wawancara. Adapun data yang dikumpulkan dengan metode kualitatif yaitu mencakup data mengenai teknologi produksi masyarakat nelayan Lamalera, pola pemamfaatan sumberdaya serta kaitan atau pengaruh teknologi memanfaatkan sumberdaya tersebut terhadap aspek-aspek kebudayaan seperti sistem sosial politik, kepemimpinan, religi dan sistem ekonomi di masyarakat Lamalera. Wawancara secara mendalam diterapkan kepada tokoh-tokoh utama baik dari maspyarakat Lamalera, Instasi terkait serta pimpinan dan anggota LSM yang bergerak di bidang lingkungan yang ikut terlibat dalam penetapan kawasan konservasi Laut Solor-Lembata dan Alor. Selain melakukan pengumpulan data primer melalui observasi, wawancara mendalam serta dokumentasi, peneliti juga akan mengumpulkan data-data sekunder dan informasi mengenai proses penetapan kawasan konservasi Laut Solor-Lembata dan Alor.

3.3. Analisa Data

Data-data penelitian kualitatif kebanyakan adalah data-data yang tidak terstruktur. Analisis data menyangkut interpretasi eksplisit terhadap arti dan fungsi tindakan manusia berupa deskripsi dan penjelasan verbal. Data yang bersifat kualitatif ini akan diinterpretasi sebagai hasil pengertian bersama antara peneliti dan subyek penelitian. Analisa data akan mulai dilakukan sejak penelitian dilakukan. Analisa data dilakukan malalui beberapa tahapan yaitu pertama mengklasifikasikan data berdasarkan waktu, tempat, nama serta topik pembahasan sesuai dengan kebutuhan analisa data. Tahapan selanjutnya melakukan validasi data dengan melihat kesamaan data dan informasi dari sumber yang berbeda. Langkah terakhir yaitu menganalisa data dengan berpedoman pada teori yang digunakan dan menuliskan laporan penelitian. BAB IV SISTEM SOSIOKULTUR KOMUNITAS NELAYAN LAMALERA Masyarakat Lamalera membangun permukimannya di sepanjang pesisir pantai yang berbatu karang. Pemukiman penduduk ditata mulai dari bibir-bibir pantai hingga terus menaiki bukit karang. Rumah tinggal dibangun di tanah-tanah yang landai sedekat mungkin dengan pantai. Rumah-rumah dirancang agar bisa memberikan pemandangan yang jelas ke lautan Sawu. Daratan berbatu karang, musim panas yang lebih panjang, sungai-sungai yang hanya terbentuk ketika hujan dan sumber air yang terbatas, tidak memungkinkan tanaman-tanaman pertanian tumbuh dengan baik. Bentangan Laut Sawu yang luas dan kaya dengan ikan, lebih bisa diandalkan untuk menopangkan hidup dari pada mengolah tanah yang miskin. Masyarakat adat Lamalera dalam tatanan administratif pemerintahan dibagi menjadi dua desa, yaitu Desa Lamalera A Teti Lefo dan Desa Lamalera B Lefo Bela. Penamaan A dan B mengacu pada letak pemukiman. A untuk Lamalera Atas karena perumahan penduduk berada di dataran tinggi bagian barat pantai dan B untuk Lamalera Bawah karena awalnya pemukiman terkonsentrasi disekitar pantai, walaupun kemudian perumahan penduduk terus dibangun di lereng-lereng bukit karang. Desa A memiliki wilayah seluas 5,33 km² 19 , sedangkan luas wilayah Desa B sekitar 6,53 km². Masing-masing desa dibagi atas empat dusun, Desa Atas terdiri atas Dusun Fung-Fukalere, Lefolein, Lefololo dan Lamamanu. Desa Bawah dibagi atas Dusun Krokowolor, Futunglolo, Fusugolo, dan Lewobelen. Secara keseluruhan penduduk Lamalera berjumlah 1.695 jiwa. Sebaran penduduk di dua desa adalah 918 jiwa di Lamalera A dan 777 jiwa di Lamalera B. Desa Atas memiliki kepadatan penduduk lebih tinggi dibanding Desa 19 Luas wialayah ini kemungkinan akan berkurang karena ada rencana pemisahan Dusun Lamamanu dari Desa Lamalera A dan menjadi desa definitif sendiri. Letak Dusun Lamamanu terpisah jauh dari tiga dusun lainya. Ia terletak di daerah ketinggian dengan jarak tempuh sekitar 20 menit berjalan kaki dari tiga dusun lain. Pola kehidupan dan sistem kebudayaan masyarakat Dusun Lamamanu berbeda dengan Desa Lamalera secara umum. Suku yang ada di dusun tersebut juga berbeda dengan suku-suku di Lamalera. Bawah karena penduduk Desa A terkonsentrasi di satu kawasan pemukiman, sementara pemukiman penduduk Desa B lebih tersebar. Bagi masyarakat Lamalera 20 , Laut Sawu merupakan ladang kehidupannya. Perekonomian utama masyarakat dua desa ini adalah sebagai nelayan. Laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki keterlibatan yang besar dalam aktivitas ekonomi ini. Wilayah kerja laki-laki ada di laut dan pesisir pantai mulai dari membenahi perahu, mesin dan jaring pukat sampai ke berburu-menikam ikan dan mamalia laut serta berpukat malam. Sementara perempuan melanjutkannya pekerjaan ditempat kering mulai dengan membawa pulang pembagian hasil tangkapan dari pantai, mengolahnya dengan mengeringkan atau membakar serta melakukan transaksi tukar menukar barter dan jual beli terhadap hasil tangkapan tersebut. Selain memanfaatkan hasil laut, aktivitas ekonomi sampingan yang dilakukan di Lamalera adalah membuat garam, kapur sirih, bertanam pohon mete, serta berkebun singkong, jagung dan tanaman kebun lainnya di musim barat. Beternak ayam kampung, kambing dan babi juga dilakukan sebagai usaha sampingan. Pemeliharaan ternak dilakukan dalam skala rumah tangga dan biasanya dimanfaatkan untuk kegiatan adat seperti upacara kematian, perkawinan dan urusan adat lainnya. Perempuan Lamalera juga mengandalkan hasil tenun untuk menambah penghasilan keluarga. Beberapa orang tua dan orang cacat yang tidak lagi bisa berangkat ke laut membuat anyaman yang dijual di pasar atau kepada wisatawanyang datang berkunjung. Walaupun kehidupan hampir sepenuhnya bertopang dari hasil laut, namun nelayan Lamalera memiliki pesisir pantai yang landai dan berpasir untuk mendukung aktivitas melaut yang sangat terbatas. Pantai utama tempat semua tena laja dan sampan ditambatkan berada di daratan rendah yang strategis antara dua lefo. Kawasan ini disebut Fatta Bela, merupakan pusat aktivitas ekonomi. Fatta Bela adalah pantai yang sangat padat dengan bangsal perahu yang ditata rapi menghadap ke laut. Pesisir pantai kedua yang menjadi tempat tambatan sampan-sampan yaitu Kenafatang terletak di Dusun Futunglolo. Di pantai ini banyak batu-batu besar dan hanya tersisa kurang 3 tiga meter pantai berpasir. Lebih sering menjadi 20 Dalam pembahasan di penelitian ini, masyarakat Lamalera tidak termasuk Dusun Lamamanu. tempat disimpannya bero atau sampan kecil yang biasa dipakai untuk mencari ikan-ikan kecil. Sedangkan pantai ketiga, Lamaliong adalah pantai berbatu dan berkerikil, terdapat di Dusun Krokowolor yaitu kampung terakhir yang bergabung dengan Desa Lamalera B. Tidak banyak perahu nelayan yang disimpan di Kenafatang dan Lamaliong, bukan saja terbatas untuk menyimpan perahu tetapi juga tidak leluasa untuk memotong ikan sehingga baik tena laja, sampan besar ataupun sampan kecil berkumpul di pantai Fatta Bela.

4.1. Ekosistem Laut Sawu dan Pulau Lembata