Bantuan johnson sering diikuti dengan bantuan pukat. Salah satu bantuan pukat yang diterima datang dari PK, orang Lamalera yang menjadi perwakilan
masyarakat Lembata di Kab. Flores Timur. Bantuan itu diberikan pada saat Lembata mulai merintis otonomi untuk lepas dari kabupaten Flores Timur.
Pemerintahan Bupati pertama Lembata juga memberikan bantuan delapan mesin johnson kepada delapan kelompok yang dibentuk untuk menerima bantuan
tersebut. Selanjutnya juga diberikan mesin johnson kepada para janda dan orang jompo dari pemerintah di Kupang. Bantuan terakhir berbeda dengan bantuan
mesin sebelumnya adalah dua kapal penangkapan bermesin TS dari Dinas Kelautan dan Perikanan Lembata
31
. Pilihan penggunaan johnson selain karena mesin inilah yang pertama kali
mereka kenal, juga karena mesin ini sesuai dengan karakter laut dan pesisir pantai di Lamalera. Dengan kondisi arus yang kuat, ombak yang keras dan karakter
lingkungan lainnya, mesin yang dibutuhkan oleh nelayan adalah mesin yang bisa disimpan setiap kali mesin tidak digunakan. Atau dengan kata lain mesin yang
tidak sulit untuk disimpan, bisa dipasangkan ke dan dilepas dari tena laja atau sampan dengan mudah sehingga mudah pula mendorong kembali tena laja dan
sampan ke dalam naje. Saat ini selain mesin johnson, beberapa nelayan juga menggunakan mesin ketingting. Tapi pada dasarnya kedua mesin itu dipilih
karena sama-sama mudah dipindahkan, dibawa dan disimpan setelah melaut.
a. Penggunaan Mesin Johnson di Tena laja
Tidak sulit bagi nelayan Lamalera untuk mengenal dan mengasah kemampuan mengoperasikan mesin johnson karena dari awal mereka telah
didampingi oleh orang-orang yang ahli dalam menjalankan mesin tersebut. FAO datang dengan tenaga ahli dari Norwegia. Sementara itu, meskipun
teknik tembak dengan menggunakan harpoon dan koperasi nelayan tidak bertahan lama dalam masyarakat, tetapi kedatangan FAO yang mengenalkan
mesin dan pukat meninggalkan pengaruh yang berarti hingga kini. Nelayan
31
Bantuan diberikan masing-masing satu untuk Desa A dan Desa B. Kedua Kapal tidak pernah digunakan disebabkan karena nelayan tidak memiliki kemampuan untuk mengoperasikan,
pemberian bantuan yang mengundang pertikaian serta bentuk kapal yang tidak sesuai dengan kondisi laut selatan Lembata. Kapal milik desa A pada akhirnya rusak, sedangkan kapal milik
Desa B setelah gagal dioperasikan, diserahkan kembali kepada DKP Lembata.
beradaptasi dengan mesin secara bertahap hingga akhirnya menemukan formulasi yang lebih optimal.
Setelah FAO meninggalkan Lamalera, mesin johnson digunakan untuk keperluan transportasi terutama oleh gereja. Pater Dupont menggunakan mesin
johnson untuk menjalankan misi dan berkoordinasi dengan stasi di desa-desa sekitar. Selangkah di depan, mesin johnson mulai digunakan untuk
menjalankan tena laja pada musim lefa. Mesin mengantikan fungsi layar sekaligus menggantikan tenaga meing mendayung perahu. Selama memutari
lautan untuk mencari ikan di permukaan hingga mengejarnya hampir mutlak mesin digunakan, dan meing cukup duduk, membuang air yang merembes
dalam perahu sambil memutar pandangan mencari ikan. Meing hanya sesekali saja mendayung pada saat target tikaman sudah dekat dan lamafa bersiap
untuk menikam. Pada saat itu, meing tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan itu adalah salah satu keringanan bagi meing.
Dalam menggunakan mesin johnson di tena laja, meskipun keberadaannya menjadi sangat membantu, tetapi porsi yang diberikan
terhitung sama dengan tenaga satu orang meing. Oleh karena itu, ketika mesin johnson yang digunakan adalah milik perseorangan, maka pembagian hasil
yang diperoleh atas mesin johnson yang digunakan sama dengan bagian yang diterima oleh seorang meing. Hitungan ini tidak termasuk pemakaian bahan
bakar. Disini bahan bakar terhitung mendapatkan bagian satu orang meing. Apabila mesin johnson adalah milik kelompok maka tena alep memiliki
tanggung jawab untuk mengelola, menyisihkan hasil tikaman untuk bahan bakar, perbaikan atau penyusutan mesin dan perbaikan tena laja.
Secara teknis, mesin johnson dipasangkan di bagian belakang tena laja, tepatnya sebelah kiri atau kanan madi. Juru mudi atau orang yang
bertugas mengemudikan mesin adalah pemimpin perjalanan lefa lamahuri. Meskipun nelayan menggunakan mesin pada saat lefa, tetapi mereka tidak
berani mengambil resiko untuk menggunakan mesin di tena laja untuk mengejar koteklema dan jenis paus besar dan liar lainnya, karena
dikhawatirkan bila paus berontak dan memukul perahu, mesin akan rusak atau lebih buruk lagi bisa membuat mesin tenggelam di laut. Kerugian yang cukup
besar untuk ditanggung oleh nelayan ini membuat mereka mengambil cara lain yaitu dengan menonda tena laja dengan sampan besar yang dipasangkan
mesin johnson.
b. Perahu Sampan dan Mesin Johnson untuk Menonda Tena laja