Tena laja dan Koteklema

4.3.2. Tena laja dan Koteklema

Dalam adat di Lamalera, satu-satunya perahu yang diijinkan untuk menikam koteklema adalah tena laja. Sedangkan sampan besar yang saat ini telah banyak dimiliki oleh nelayan tidak diperkenankan untuk menikam koteklema. Meskipun jauh dari kecanggihan teknologi modern, tetapi konstruksi tena laja memang sangat mendukung untuk menikam mamalia laut sebesar itu. Secara konsep, perahu ini memiliki teknologi tinggi dalam perancangannya. Sedangkan pada perahu sampan besar tidak ada fasilitas-fasilitas yang memadai untuk menikam koteklema. Lebih dari masalah teknis tersebut, hubungan antara tena laja dan koteklema dipenuhi dengan nilai-nilai dan keyakinan yang sakral. Konstruksi sebuah tena laja baru dikatakan benar setelah berhasil menikam koteklema. Sebelum diturunkan ke laut, persyaratan yang harus dilewati dalam pembuatan tena laja adalah menguji kebenarannyanya. Pada saat itu, tena laja yang baru dibuat diletakkan di pantai, dan para atamola diundang untuk bersama-sama mengoreksinya. Apa bila ada kesalahan, maka perahu itu harus diperbaiki dan kegiatan mengoreksi perahu di pantai akan dilakukan kembali sampai semua atamola sepakat mengatakan bahwa konstruksi tena laja telah benar. Setalah itu tena laja tersebut diijinkan turun ke laut. Lulusnya sebuah tena laja dari pengujian para atamola tidak berarti konstruksi tena laja tersebut telah benar sepenuhnya. Orang Lamalera menganggap penglihatan manusia dalam hal ini selalu mungkin untuk keliru. Oleh karena itu, proses terakhir yang harus dipenuhi adalah mengujikannya pada koteklema. Tena laja harus berhasil menikam dan membawa pulang koteklema. Sebelum memenuhi syarat itu, tena laja hanya diibaratkan seperti bayi merah, sebagaimana dikatakan oleh ISB, seorang atamola: ”Bila ada kesalahan pada perahu, kalau kita tikam paus maka sementara paus akan kasih tanda, kasih pecah perahu dan papan itu harus kasih patah, atau kah ombak bisa pukul perahu. Tetapi lebih jernih dengan paus saja. Tanda-tanda dan susunan pada perahu harus tepat. Kalau tidak paus akan kasih pukul d i situ, tanda bahwa salah.” wawancara, 28 Juni 2009. Kesalahan di tena laja akan ditunjukkan oleh koteklema, dengan memukul atau memberi tanda pada bagian-bagian yang salah. Baik ikan pari, lumba-lumba atau hiu dan ikan lainnya tidak bisa menunjukkan kesalahan pada konstruksi perahu tersebut. Oleh karena itu, meskipun sebuah tena laja telah berhasil menikam banyak pari, lumba-lumba atau hiu, tidak berarti konstruksi perahu telah tepat sepenuhnya.

4.3.3. Musim Berburu di Lamalera