larangan bagi melayan untuk memburu koteklema dan paus lain di daerah-daerah tertentu seperti di Selat Lewotobi dan Pantar.
Nelayan Lamalera mengenal karakter koteklema berbeda dengan banyak mamalia lainnya. Koteklema lebih liar, kuat dan seringkali bergerombol serta
setiap individu memiliki solidaritas untuk melindungi kelompok mereka. Karakter koteklema ini juga membatasi nelayan karena tidak diperkenankan satu tena laja
memburu koteklema sendiri dan tidak mengabari ke meing yang lain. Lebih penting dari semua aturan-aturan diatas, nilai kearifan nelayan
Lamarela terletak pada tata cara mereka menghargai pemberian laut serta ekonomi subsistennya. Masyarakat Lamalera terikat dengan norma yang mengatur tingkah
laku mereka dalam memanfaatkan ikan. Salah satu nilai yang ditanamkan pada setiap orang di Lamalera yaitu penghargaan terhadap penghasilan ola nua. Setiap
hasil melaut harus dimanfaatkan dengan baik dan tidak boleh ada yang disia- siakan. Etika masyarakat Lamalera mengharamkan mereka untuk dengan sengaja
membuang segala rezeki yang diberikan oleh laut. Bahkan tindakan tidak disengaja pun mendapatkan teguran.
Pemaknaaan konservasi bagi masyarakat tradisional juga tidak bisa dipisahkan dengan kebutuhan subsisten mereka. Dalam hal ini, perlu dibahas juga
bahwa mamalia dan ikan yang diburu oleh masyarakat adalah mamalia dan ikan yang bisa diawetkan. Dalam perekonomian lokal, koteklema bisa menyokong
penghidupan sebuah rumah tangga sampai satu bulan, berbeda dengan jenis ikan lainnya seperti pari yang dalam waktu tiga hari barter ke pedalaman bisa habis.
Hal ini karena pembagian yang di dapat dari koteklema jauh lebih banyak dibanding pembagian dari pari dan ikan lainnya. Masyarakat juga dapat
memanfaatkan kulit dan minyak koteklema yang mengandung banyak lemak untuk digunakan sebagai minyak lentera dan obat.
6.2. KKLD Solar dan KKPN Sawu
Kawasan konservasi laut KKL atau marine protected area MPA memainkan peran penting dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati dan
ekosistem laut, sama pentingnya dengan kawasan konservasi darat terrestrial protected area. Kehadiran ekosistem pesisir dan laut dengan terumbu karangnya
dan pulau-pulau kecil dalam KKL merupakan nilai penting tersendiri karena selain kaya akan keanekaragaman hayati laut, juga ekosistemnya sangat rentan
fragile terhadap gangguan dan perubahan. Di sisi lain, akses laut yang relatif terbuka dapat menjadi ancaman yang mengkhawatirkan dalam konteks
perlindungan dan pengawetan keanekaragaman hayati laut beserta ekosistemnya. Oleh karena itu, KKL dirancang untuk sejumlah alasan, termasuk pengelolaan
perikanan, promosi wisata, dan mempertahankan keanekaragaman hayati. KKL didefinisikan dengan banyak istilah di seluruh dunia seperti
pencadangan laut, pelindungan laut secara utuh, zona larang ambil, perlindungan laut, taman laut, wilayah laut yang dikelola secara lokal dan sebagainya. Banyak
penamaan ini memiliki tingkat perlindungan yang berbeda dalam meletakkan batasan-batasan terhadap aktivitas-aktivitas yang diperbolehkan dan dilarang.
WWF menggunakan istilah KKL sebagai gambaran menyeluruh dari area yang
dirancang untuk melindungi ekosistem laut, proses-proses, habitat-habitat, dan spesies, yang dapat berkontribusi pada pemulihan dan penambahan sumberdaya
untuk pengayaan sosial, ekonomi, dan budaya
36
. Definisi lain dari KKL menurut IUCN 2003 adalah perairan pasang
surut, termasuk tumbuhan dan hewan di dalamnya, dan penampakan sejarah serta budaya, yang dilindungi secara hukum atau cara lain yang efektif, untuk
melindungi sebagian atau seluruh lingkungan di sekitarnya. Wiryawan 2005: 4 mengatakan bahwa kawasan atau wilayah yang akan dikonservasi bisa berupa
perairan, atau termasuk juga daratan di kawasan pesisir, yang nantinya akan disahkan dengan aturan formal maupun aturan lain seperti peraturan adat.
Di Indonesia komitmen untuk mewujudkan kawasan konservasi disampaikan oleh Presiden RI dalam Forum the Conference on Convention on
Biological Diversity CBD di Brazil pada tahun 2006. Kawasan konservasi yang ditargetkan adalah 10 juta hektar pada tahun 2010 dan 20 juta hektar pada tahun
2020. Untuk menindaklanjuti komitmen pemerintah tersebut, Departemen Kelautan dan Perikanan mengidentifikasi dan menginventarisasi kawasan perairan
di Indonesia, salah satunya di perairan Laut Sawu.
36
http:wwf.panda.orgwhat_we_dohow_we_workconservationmarineprotected_areas
a. KKLD Solar