Berbeda dengan baleo yang akan dibahas berikutnya, ketika lefa nelayan
Lamalera khusus turun ke laut untuk menikam ikan-ikan besar seperti pari, hiu, lumba-lumba atau marlin. Apabila pada saat leffa ada nelayan yang melihat
koteklema, maka mereka akan berteriak dan memberi tanda kepada peledang lain
dan orang di kampung.
Tabel 4. Ikan dan Mamalia Laut Tikaman Nelayan Lamalera.
Nama Indonesia Nama Lokal
Nama Inggris Nama Latin
Pari manta besar Belela
Giant manta ray Manta birostris
Pari manta abu-abu Bou
Shortfin devil ray Mobula kuhlii
Pari ekor cambuk Moku
Whiptail devil ray Mobula diabolus
Paus pembunuh Temu bela
False killer whale Pseudorca crasidens
Paus pemandu sirip pendek
Temu bela Short finned killer
whale Globicephala
macrorhynchus Lumba-lumba paruh
panjang Temu kira
Spinner dolphin Stenella longilostris
Lumba-lumba abu-abu Temu bura
Risco’s dolphin Gramus griseus
Paus pembunuh Seguni
Killer whale Orcinus orca
Hiu bodoh Io kiko
Whale shark Rhinchodon typus
Hiu ekor panjang Io lado
Thresher shark Alopias vulpinus
Marlin Ikan raja
Marlin Sumber : Adaptasi dari Barnes 1996, Mustika 2006, data primer 2009
b. Rai Lewotobi dan Rai Duli Pantar
Menjelang berakhirnya musim lefa beberapa perahu berangkat mencari ikan ke Selat Lewotobi dan sekitar Pulau Pantar, sementara yang lainnya
melanjutkan berburu di sekitar laut Lamalera. Mencari ikan di selat Lewotobi dan Pulau Pantar biasanya menghabiskan waktu hingga beberapa bulan. Oleh karena
itu setiap meing harus membawa perbekalan yang memadai. Pada masa ini, tangkapan utama adalah ikan pari yaitu belela, bou dan moku. Dalam masa
mencari ikan di Lewotobi dan Pantar apabila bertemu dengan koteklema, nelayan akan membiarkannya saja untuk menghindari kerusakan perahu serta resiko lain
yang mungkin terjadi. Karena jarak antara Lewotobi dan Pantar dengan lefo jauh, maka mereka akan menghindari resiko kecelakaan ketika itu.
Hasil tikaman selama di Lewotobi diolah dan dikeringkan langsung di tempat mereka menginap. Mereka juga bisa menukar ikan dengan hasil panen
yang dibawa orang-orang dari gunung seperti jagung, padi ladang dan bahan makanan lain. Ada kalanya ketika bernasib baik dan mendapat banyak hasil
tikaman, mereka membawa pulang ikan dan bahan makanan hasil barter dan kembali lagi ke Lewotobi.
c. Baleo
Beberapa orang memahami musim baleo berlangsung antara Januari sampai dengan April. Akan tetapi dalam kenyataannya Baleo bisa terjadi kapan
pun setiap tahun. Disebut baleo karena tali leo biasanya disimpan di rumah besar, ketika paus melintas di depan lefo Lamalera maka juru tikam akan berlari
membawa tali leo dari rumah besar ke tena laja. Musim baleo adalah masa dimana mereka mengejar paus
29
. Baleo bisa terjadi kapan saja apabila paus melintas di perairan Lamalera. Biasanya diketahui dengan semburan paus yang
terlihat dari daratan. Apabila hal itu terjadi maka teriakan baleo dari orang yang melihat pertama kali akan disambung oleh seluruh orang di dalam kampung.
Ketika itu pula semua laki-laki menggambil perkakas masing-masing dan berlari menuju pantai.
Biasanya, beberapa hari sebelum baleo, alam memberikan isyaratnya. Bataona 2008: 84 mengatakan bahwa masa baleo ditandai dengan munculnya
tunas-tunas baru pohon kesambi yang berarti waktu datangnya ikan paus atau masa pembukaan musim lefa sudah mendekat. Masyarakat Lamalera sendiri
sangat terbiasa dengan tanda-tanda alam tersebut. Hal itu juga terjadi saat penelitian ini dilakukan. Beberapa hari sebelum baleo 8 Juli 2009, beberapa orang
yang peneliti temui saat mengumpulkan data dan observasi mengingatkan agar tidak meninggalkan desa dalam beberapa hari ke depan dengan harapan peneliti
bernasib baik bisa ikut baleo. Beberapa nelayan mengatakan bahwa di langit telah kelihatan awan koteklema. Sementara orang-orang tua yang biasa duduk di pantai
mengenalinya dari perputaran arus laut. Beberapa orang juga menandai burung elang yang mulai berputar-putar di sekitar pantai. Penghuni rumah besar juga
mulai membuka semua pintu dan jendela di siang hari, begitu pula di rumah- rumah para lamafa. Di pantai, beberapa paledang yang lama tidak keluar di dok
juga mulai dipersiapkan. Sebagaimana orang Lamalera yang meyakini isyarat- isyarat alam tersebut, begitu pula yang terjadi pada saat peneliti berada disana.
29
Paus yang paling sering diburu adalah paus sperma, tetapi hampir semua jenis paus ditikam kecuali paus biru.
Teriakan ”baleo” terdengar pada siang hari setelah pemilihan umum 2009. Beberapa hari sebelumnya, kepada peneliti beberapa nelayan dan keluarga tempat
peneliti menginap juga telah mengingatkan tentang hal tersebut. Pada saat laki-laki mengejar koteklema, istri-istri dan anggota keluarga
para nelayan duduk menunggu di pantai sampai perahu pulang. Apabila sampai malam, perahu belum juga datang, mereka akan membakar obor dan duduk
menunggu di bangsal perahu. Dan bila perahunya telah tiba, baik perempuan dan anak-anak, semua akan bersama-sama menarik perahu ke dalam bangsal.
Bekerjasama, saling memberi dan menerima bantuan adalah bagian yang penting pada sistem kerja nelayan berburu Lamalera dalam sistem tikam.
Sementara kompetisi, saling memperebutkan juga menjadi ciri mereka di laut. Baik kerjasama maupun kompetisi merupakan tuntutan dari kondisi lingkungan
serta sumberdaya yang dimanfaatkan. Bentuk-bentuk ini kemudian muncul atau dilanjutkan dalam kehidupan sosialnya. Bentuk-bentuk kerjasama telah dilakukan
mulai dari pantai. Saat menyorong perahu, matros akan dibantu oleh orang yang ada di pantai ketika itu, begitu pula untuk menyimpan perahu kembali ke bangsal.
Akan tetapi berkompetisi untuk mendapatkan tikaman juga tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, selalu ada aturan untuk membuat kompetisi antar tena laja
sehingga tidak tercipta konflik ketika berburu. Ketika lefa ada beberapa aturan yang mesti dipatuhi oleh setiap awak tena
laja. Aturan ini terkait dengan hak untuk mengejar ikan yang mana bagi perahu yang pertama kali melihat ikan seperti pari atau lumba-lumba, maka tena laja
tersebut berhak untuk terus memburu dan menikam ikan tanpa diusik oleh tena laja lainnya. Aturan ini menjadi dasar bahwa tidak ada pertikaian antara meing
pada tena laja di laut dengan alasan memperebutkan ikan. Aturan yang berbeda berlaku ketika baleo. Dalam berburu koteklema
setiap perahu akan terlibat dalam sebentuk kerjasama dan juga kompetisi. Koteklema adalah mamalia yang muncul berkelompok dan liar, berbeda dengan
beberapa jenis mamalia laut lain yang lebih tenang seperti paus biru. Oleh karena sifat koteklema tersebut, maka para pemburu ini selain berkompetisi untuk bisa
menikam lebih dulu, juga menuntut kerjasama untuk menjaga agar sekelompok koteklema tidak membahayakan bagi setiap perahu.
Kompetisi dilakukan dalam memperebutkan koteklema untuk di tikam. Masing-masing tena laja akan berusaha menikam koteklema lebih dulu dari yang
lainnya karena dengan demikian, ia memiliki hak untuk mempertahankan koteklema sampai berhasil. Apabila satu koteklema memungkinkan untuk ditikam
oleh beberapa tena laja, maka juru tikam yang pertama kali berhasil menancapkan tombaknya ke tubuh koteklema adalah pemiliknya. Dengan begitu, tena laja yang
lain tidak diperkenankan untuk terus memburu koteklema tersebut, kecuali sampai pada saat tena laja yang pertama tidak berhasil menjinakan koteklema dan
meminta bantuan kepada tena laja yang lain. Kerjasama antara tena laja terjadi dengan tujuan mempertahankan
koteklema bisa tetap berada dalam gerombolan sehingga memudahkan untuk menikamnya. Ketika satu koteklema berhasil ditikam maka biasanya koteklema
yang tertikam akan dibantu oleh koteklema lain. Apabila yang ditikam adalah koteklema muda maka induk koteklema tersebut akan melindungi anaknya dan
ketika itu sikapnya akan terlihat semakin liar. Dalam kondisi seperti ini, kerjasama kembali dibutuhkan untuk saling menjaga agar tena laja tidak dihantam oleh
koteklema yang marah.
4.4. Sistem Sosiokultur Lamalera dalam Sudut Pandang Ekologi Budaya