Pola Pengeluaran Pangan Asal Ternak

57 mahasiswa yang tinggal di rumah orangtuawali diduga lebih rendah masing- masing sebesar 5,70 persen dan 6,14 persen dibandingkan mahasiswa yang kos. Seluruh dugaan variabel dummy asal daerah menunjukkan angka yang tidak nyata berpengaruh terhadap proporsi pengeluaran pangan asal ternak pada mahasiswa FEM pada taraf α = 10 0.1. Hal ini dikarenakan bahwa sebagian besar mahasiswa asal daerah pedesaan sudah mengalami proses penyesuaian lingkungan untuk terbiasa dengan ketersediaan pangan di lingkungan kampus. Seluruh dugaan variabel dummy pendapatan kelas II dan dummy pendapatan kelas III menunjukkan angka yang tidak nyata berpengaruh terhadap proporsi pengeluaran pangan asal ternak pada mahasiswa FEM pada taraf α = 10 P0.1. Proporsi pengeluaran pangan asal ternak terhadap total pengeluaran mahasiswa FEM rendah disebabkan kebutuhan mahasiswa FEM yang cukup banyak, sehingga besaran pendapatan per bulan dialokasikan untuk kebutuhan akademik buku, foto copy, fieldtrip, internet, dan lain-lain dan kebutuhan hidup sehari-hari makan, hiburan, kecantikan, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan variabel pendapatan mahasiswa FEM tidak nyata mempengaruhi proporsi pengeluaran pangan asal ternak.

6.3 Elastisitas Permintaan

Hukum permintaan dan penawaran meramalkan arah perubahan harga dan kuantitas sebagai respon terhadap berbagai pergeseran permintaan dan penawaran. Pengukuran dan penjelasan seberapa jauh respon permintaan pangan asal ternak pada mahasiswa FEM apabila terjadi perubahan harga dan variabel-variabel lainnya dapat diketahui dengan menggunakan konsep elastisitas. Konsep elastisitas permintaan tersebut dapat dijabarkan menjadi elastisitas harga sendiri own price elasticity, elastisitas harga silang cross price elasticity, dan elastisitas pendapatanpengeluaran income elasticity.

6.3.1 Permintaan Daging Sapi

Besaran dan arah elastisitas permintaan harga sendiri, elastisitas harga silang, dan elastisitas pendapatan daging sapi tercantum pada Tabel 28. Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut: 58 Tabel 28 Elastisitas permintaan harga sendiri, elastisitas harga silang, dan elastisitas pendapatan daging sapi berdasarkan kategori sosial ekonomi Kategori sosial ekonomi Elastisitas harga sendiri Eii Elastisitas harga silang Eij terhadap: Elastisitas pendapatan Eiy Daging ayam ras Telur ayam ras Susu sapi 1. Pendapatan a. Kelas I -1.305 -0.622 -0.609 -0.950 1.214 b. Kelas II -1.054 -0.043 0.095 -0.098 1.952 c. Kelas III -0.696 -0.150 0.201 -0.051 0.886 2. Jenis Kelamin a. Laki-laki -0.511 -0.250 0.014 -0.266 1.202 b. Perempuan -0.836 -0.140 0.086 -0.190 1.866 3. Status tempat tinggal a. Koskontrak -0.733 -0.115 -0.005 -0.213 1.537 b. Rumah orangtua wali -0.826 -0.567 0.652 -0.340 3.643 4. Asal daerah a. Perkotaan -0.693 -0.185 0.025 -0.240 1.593 b. Pedesaan -1.179 0.052 0.215 -0.152 1.958 Rata-rata -0.711 -0.204 0.067 -0.229 1.660 Sumber: Data primer, diolah 2014

6.3.1.1 Elastisitas Harga Sendiri

Elastisitas harga sendiri untuk daging sapi secara umum seragam, baik dari analisis secara keseluruhan maupun pengelompokan serta arah elastisitas, namun terdapat beberapa perbedaan dalam besaran elastisitas. Secara lebih rinci pembahasannya sebagai berikut: 1 Elastisitas harga sendiri daging sapi secara umum menunjukkan tanda negatif dan bernilai kurang dari satu. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan yang mempunyai arah negatif, dimana bila terjadi kenaikan harga daging sapi menyebabkan permintaan terhadap daging sapi menurun. Nilai elastisitas harga sendiri daging sapi secara umum sebesar -0,711 artinya setiap perubahan harga daging sapi menurunmeningkat sebesar 10 persen maka jumlah daging sapi yang diminta berubah meningkatmenurun sebesar 7,11 persen. 2 Berdasarkan pengelompokan menurut pendapatan dapat diketahui bahwa nilai elastisitas harga sendiri daging sapi lebih elastis pada mahasiswa kelas pendapatan I. Nilai elastisitas harga sendiri daging sapi pada mahasiswa kelas pendapatan I sebesar -1,305 artinya setiap perubahan harga daging sapi