Faktor Selera Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

19 eterangan: ij = 1 2 ij + ji ……………..………………… ………………11 Untuk maksimisasi utilitas konsumen, pengeluaran total X harus sama dengan c u,p dan dari persamaan tersebut dapat kita balikkan untuk mendapatkan u sebagai fungsi dari P dan X merupakan fungsi utilitas tidak langsung. Apabila kita melakukan hal tersebut pada persamaan 7 dan mensubstitusi hasilnya ke persamaan 9, kita akan mendapatkan fungsi permintaan AIDS dalam bentuk proporsi pengeluaran. i p, = α i + ∑ ij j log j + i log ………………………..…………...12 Keterangan : XP adalah pendapatan dibagi oleh indeks harga P. Indeks harga P didefinisikan sebagai berikut : log = α + ∑ α k k log k + 1 2 ∑ ∑ kj j k log k log j …………………………13 Sehingga secara umum model permintaan AIDS adalah : ∑ ∑ ∑ ∑ ….14 Persamaan 14 menyajikan fungsi permintaan yang konsisten jika memenuhi restriksi-restriksi berikut : Adding up : ∑ α i n i=1 =1, ∑ ij n i=1 =0, ∑ i n i=1 =0…….......................……….. 15 omogenita : ∑ ij j =0……………….….……………………………….. 16 Simetri : Y ij = Y ji ................................................................................ 17 Dari persamaan 14 dapat dilihat bahwa model AIDS merupakan model non linier akibat adanya penggunaan indeks harga P. Sehingga agar dapat diestimasi secara linier maka perlu dilakukan pendekatan terhadap nilai indeks P dengan mengeksploitasi hubungan kolinieritas antar harga, salah satunya adalah melalui penggunaan Indeks Stone log = Σi Wi log Pi, sehingga model AIDS menjadi : i p, = α i + ∑ ij j log j + i log …………………………….……....18 20 Dengan catatan : α i = α i - i log σ , apa ila = σ Fungsi diatas dikenal dengan aproksimasi linier dari AIDS.

2.6 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan studi pustaka diperoleh beberapa penelitian yang terkait dengan pola konsumsi, permintaan dan penggunaan model Almost Ideal Demand System AIDS. Penelitian tersebut dijadikan bahan rujukan pada penelitian ini. Budiar 2000 melakukan penelitian tentang permintaan dan konsumsi sumber protein hewani rumah tangga di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan model AIDS, perhitungan nilai elastisitas, pembentukan harga agregat dan indeks stone. Variabel yang digunakan untuk mengetahui pola konsumsi berupa harga ikan, daging, telur, susu, dan pengeluaran. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu rata-rata pengeluaran total per kapita untuk sumber protein hewani rumah tangga di Pulau Jawa tahun 1999 adalah sebesar Rp 2.389,72 setiap bulannya. Kelompok daging dan ikan termasuk dalam komoditas superior dan bersifat elastis sedangkan kelompok telur dan susu bersifat inelastis dan memiliki hubungan komplementer satu dengan lainnya. Pratiwi 2002 melakukan penelitian tentang pola konsumsi daging dan telur di rumah tangga Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, analisis AIDS, analisis pendugaproyeksi konsumsi sebagai alat analisisnya. Variabel yang digunakan dalam model AIDS berupa harga kelompok daging, telur, dan pengeluaran total pangan hewani rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan pola konsumsi daerah pedesaan dengan proporsi konsumsi daging sebesar 15,588 dan telur 6,396 dan rata-rata konsumsi daging 9,242 kg kapitatahun dan telur 11,418 kg kapitatahun, sedangkan pola konsumsi daerah perkotaan dengan proporsi daging sebesar 22,142 dan telur 5,751 dan rata-rata konsumsi daging 18,28 kg kapitatahun dan telur sebesar 14,207 kg kapitatahun. Elastistas harga sendiri untuk komoditas daging dan telur bersifat inelastis, elastisitas harga silang bertanda negatif yang mengartikan bahwa daging dan telur memiliki hubungan komplementer, dan elastisitas pendapatan bertanda positif yang mengartikan bahwa daging dan telur adalah komoditas normal.