Elastisitas Pendapatan Permintaan Telur Ayam Ras

76 VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Pola konsumsi pangan asal ternak mahasiswa FEM IPB yaitu semakin tinggi pendapatan mahasiswa maka semakin rendah proporsi pengeluaran pangan asal ternak yang dialokasikan dari total pengeluaran mahasiswa. Proporsi pengeluaran pangan asal ternak sebesar 38,99 persen dari total pengeluaran bahan makanan. Proporsi terhadap total pengeluaran pangan asal ternak mulai dari yang paling besar adalah daging ayam ras, susu sapi, telur ayam ras, dan daging sapi. Konsumsi pangan asal ternak cenderung lebih tinggi dikonsumsi oleh mahasiswa kelas pendapatan III. Konsumsi daging sapi dan susu sapi cenderung lebih tinggi dikonsumsi oleh mahasiswa perempuan sedangkan konsumsi daging ayam ras dan telur ayam ras cenderung lebih tinggi dikonsumsi oleh mahasiswa laki-laki. Daging sapi dan daging ayam ras cenderung lebih tinggi dikonsumsi oleh mahasiswa yang tinggal di rumah orangtuawali dan mahasiswa asal daerah perkotaan. Konsumsi telur ayam ras cenderung lebih tinggi dikonsumsi oleh mahasiswa yang kos dan mahasiswa asal daerah pedesaan. Konsumsi susu sapi cenderung lebih tinggi dikonsumsi oleh mahasiswa yang kos dan mahasiswa asal daerah pedesaan. 2. Variabel harga sendiri, harga daging ayam ras, harga telur ayam ras, dan total pengeluaran cenderung dominan berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan pangan asal ternak. 3. Elastisitas harga sendiri daging sapi, daging ayam ras, dan telur ayam ras bersifat inelastis sedangkan elastistas harga sendiri susu sapi bersifat elastis. Sebagian besar elastisitas harga silang bertanda negatif yang menunjukkan bahwa pangan asal ternak memiliki hubungan komplementer. Elastisitas pendapatan daging ayam ras dan telur ayam ras bernilai kurang dari satu yang mengartikan bahwa komoditas tersebut merupakan kebutuhan pokok. Elastisitas pendapatan daging sapi dan susu sapi bernilai lebih besar dari satu yang mengartikan bahwa komoditas tersebut dianggap barang mewah. 77

7.2 Saran

1. Daging ayam ras memiliki proporsi pengeluaran terbesar dibandingkan pangan asal ternak lainnya. Hal ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penjual makanan di sekitar kampus IPB untuk membuat inovasi produk olahan daging ayam. 2. Elastisitas permintaan terhadap harga dan pengeluaran lebih elastis pada susu sapi dibandingkan pangan asal ternak lainnya. Hal ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi produsen susu sapi untuk meningkatkan konsumsi susu sapi pada mahasiswa dengan cara menstabilkan harga susu sapi, membuat segmentasi produk susu sapi, dan meningkatkan kualitas susu sapi. 3. Model AIDS disarankan untuk lebih sering digunakan dalam menganalisis pola konsumsi, permintaan suatu komoditas serta mengetahui elastisitas permintaanya. Selain karena metode pendugaan yang sederhana, hasil analisisnya lebih menyeluruh untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu komoditas dengan komoditas lainnya. 4. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah variabel harga komoditas lain subtistusikomplementer seperti beras, kambing, itik, makanan laut, dan lain-lain serta menggunakan objek penelitian yang lebih luas dengan jumlah responden yang lebih besar. 78 DAFTAR PUSTAKA Anjarsari B. 2010. Pangan Hewani Fisiologi Pasca Mortem dan Teknologi. Yogyakarta ID: Graha Ilmu. Aprilian R. 2010. Pola Konsumsi Pangan Hewani dan Status Gizi Remaja SMA dengan Status Sosial Ekonomi Berbeda di Bogor [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Ariansyah J. 2008. Perilaku Konsumsi Mahasiswa IPB Terhadap Daging Ayam Olahan [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Bakrie B, Suwandi, Setiabudi D, Sarjoni. 2008. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Terhadap Produk Peternakan di Wilayah Perkotaan DKI Jakarta. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Jakarta ID: Departemen Pertanian. hlm 854-861; [diunduh 2014 Feb 13]. Tersedia pada: http:peternakan.litbang.deptan.go.idfullteks semnas pro08-135.pdf Bilas RA. 1989. Teori Mikro Ekonomi: Ed ke-2. Hutauruk G, penerjemah; Sumiharti Y, editor. Jakarta ID: Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Microeconomics Theory. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia. Jakarta ID: Badan Pusat Statistik. [internet]. [diunduh pada 2014 Mar 8]. Tersedia pada http:www.bps.go.id. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Rata-rata Konsumsi Protein gram per Kapita Menurut Kelompok Makanan 1999, 2002-2013. Jakarta ID: Badan Pusat Statistik. [internet]. [diunduh pada 2014 Jan 30]. Tersedia pada http:www.bps.go.id. Budiar S. 2000. Analisis Permintaan dan Konsumsi Sumber Protein Hewani Rumah Tangga di Pulau Jawa [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Budiwinarto K. 2011. Penerapan model Almost Ideal Demand System AIDS pada Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas. Smoothing. 611: 27-39. Bueche FJ, Hecht E. 2006. Schaum’s Outlines Teori dan Soal-soal FISIKA UNIVERSITAS Edisi Kesepuluh. Indriasari R, penerjemah; Simarmata L, editor. Jakarta ID: Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Schaum’ Outline of Theory and Problems of COLLEGE PHYSICS Tenth Edition. Deaton A, Muellbauer J. 1980. An Almost Ideal Demand System. American Economic Review. 70 3 : 312-326.