Pola Konsumsi Daging Ayam Ras

47 responden 7,69 hanya mengonsumsi susu bubuk. Sebanyak delapan responden 6,84 mengonsumsi susu cair dan susu kental manis. Sebanyak enam responden 5,13 mengonsumsi susu cair dan susu bubuk dan sisanya satu responden 9,40 hanya mengonsumsi susu kental manis. Frekuensi Konsumsi Susu Sapi Frekuensi konsumsi susu sapi adalah tingkat keseringan mahasiswa mengonsumsi susu sapi yang dibeli oleh mahasiswa dalam satuan kilogram kg per bulan. Frekuensi konsumsi susu sapi dibagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama, mahasiswa yang mengonsumsi kurang dari 2 kg per bulan. Kategori kedua, mahasiswa yang mengonsumsi 2-5 kg per bulan. Kategori ketiga, mahasiswa yang mengonsumsi lebih dari 5 kg per bulan. Tabel 21 Distribusi jumlah responden berdasarkan frekuensi konsumsi susu sapi Frekuensi konsumsi susu sapi kg bulan Jumlah responden mahasiswa Persentase ≤ 2 47 38,52 2-5 41 33,61 ≥ 5 34 27,87 Total 122 100,00 Sumber: Data primer, diolah 2014 Berdasarkan hasil analisis, terdapat mahasiswa yang tidak mengonsumsi susu sapi dan frekuensi konsumsi susu sapi terbanyak yaitu 10,06 kg per bulan. Rata-rata frekuensi konsumsi susu sapi responden yaitu 3,18 kg per bulan. Tabel 21 menunjukkan bahwa sebanyak 47 responden 38,52 mengonsumsi susu sapi kurang dari 2 kg per bulan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa sebanyak 75 responden 61,48 dapat mengonsumsi susu sapi lebih dari 2 kg per bulan. Pengeluaran Konsumsi Susu Sapi Pengeluaran konsumsi susu sapi adalah besaran yang dialokasikan mahasiswa FEM dari total pendapatannya untuk mengonsumsi susu sapi. Hasil perhitungan pengeluaran konsumsi susu sapi dapat digunakan untuk mengetahui proporsi pengeluaran susu sapi dari total pengeluaran untuk konsumsi pangan asal ternak. Konsumsi susu sapi yang dihitung dalam bentuk fisik kg kapita bulan dan nominal rupiah per bulan disajikan pada Tabel 22. 48 Tabel 22 Rata-rata pengeluaran konsumsi susu sapi berdasarkan kategori sosial ekonomi Kategori sosial ekonomi Konsumsi kgkapitabulan Rata-rata pengeluaran Rp per bulan 1.Pendapatan a. Kelas I 2.28 40.117 b. Kelas II 3.17 51.980 c. Kelas III 4.68 92.983 2.Jenis Kelamin a. Laki-laki 3.12 48.408 b. Perempuan 3.21 60.081 3.Status tempat tinggal a. Rumah orangtua wali 3.06 55.209 b. Koskontrak 3.22 56.580 4.Asal daerah a. Perkotaan 3.24 57.116 b. Pedesaan 2.77 50.544 Rata-rata 3.18 56.254 Sumber: Data primer, diolah 2014 Rata-rata konsumsi mahasiswa terhadap susu sapi berdasarkan kelas pendapatan pada Tabel 22 menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan, maka semakin tinggi pula konsumsi susu sapi. Susu sapi merupakan pangan asal ternak yang paling mencolok perbedaan tingkat konsumsinya antar kelas pendapatan. Hal ini dikarenakan susu sapi merupakan pangan asal ternak yang dianggap barang mewah. Jadi ketika terjadi peningkatan pendapatan, maka tingkat konsumsi mahasiswa FEM untuk susu sapi juga meningkat. rata-rata konsumsi susu sapi lebih tinggi pada mahasiswa perempuan. Hal ini dikarenakan mahasiswa perempuan cenderung menganggap mengonsumsi susu lebih praktis dalam hal penyajian dan mahasiwa laki-laki cenderung lebih memilih untuk konsumsi pangan asal ternak yang lebih mengenyangkan. Berdasarkan status tempat tinggal, rata-rata konsumsi susu sapi lebih tinggi pada mahasiswa yang kos. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang kos tidak terbiasa sarapan sehingga lebih memilih untuk mengonsumsi susu sapi. Berdasarkan asal daerah, rata-rata konsumsi susu sapi lebih tinggi pada mahasiswa asal daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan mahasiswa asal daerah perkotaan terbiasa mengonsumsi susu sapi sebagai kebutuhan sehari-harinya. 49 Alasan Mengonsumsi Susu Sapi Motif mahasiswa FEM mengonsumsi susu sapi yang dilihat dalam penelitian ini yaitu kesehatannilai gizi yang terkandung dalam susu sapi, makanan kesukaan, harga murah, perubahan selera dalam waktu singkat mood, dan aktivitas yang padat. Tabel 23 menyajikan alasan mahasiswa FEM mengonsumsi susu sapi. Tabel 23 Alasan mahasiswa FEM IPB mengonsumsi susu sapi Alasan mengonsumsi Frekuensi pilihan responden Persentase Kesehatannilai gizi 95 67,38 Harga murah 4 2,84 Aktivitas yang padat 31 21,99 Perubahan selera dalam waktu singkat 5 3,55 Makanan kesukaan 6 4,26 Total 141 100,00 Keterangan : Responden dapat memilih lebih dari satu jawaban Tabel 23 menunjukkan bahwa kesehatan atau nilai gizi menjadi alasan utama yang paling banyak dipilih mahasiswa FEM dalam mengonsumsi susu sapi yaitu sebanyak 95 responden 67,38. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran pentingnya nilai gizi yang terkandung dalam susu sapi. Alasan kedua untuk mengonsumsi susu sapi adalah karena aktivitas yang padat yaitu sebanyak 31 responden 21,99. Aktivitas yang padat menyebabkan mahasiswa lebih memilih mengonsumsi susu sapi karena untuk mengonsumsi susu sapi seseorang tidak membutuhkan waktu yang lama. Sebanyak enam responden 4,26 beralasan mengonsumsi susu sapi dikarenakan makanan kesukaan. Sebanyak lima responden 3,55 dan sisanya sebanyak empat responden 2,84 beralasan mengonsumsi susu sapi dikarenakan harganya yang murah. 50 VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Pola Konsumsi Pangan Asal Ternak

Pola konsumsi mahasiswa terhadap pangan asal ternak dalam pembahasan ini hanya membahas besarnya kontribusi konsumsi masing-masing pangan asal ternak terhadap total konsumsi pangan asal ternak yang dikonsumsi. Pola konsumsi tidak terlepas dari besarnya pengeluaran tiap individu untuk mengonsumsi suatu pangan asal ternak sesuai dengan selera dan kebutuhannya.

6.1.1 Pola Pengeluaran Pangan Asal Ternak

Pendapatan merupakan faktor utama yang mempengaruhi permintaan suatu barang selain harga. Dalam penelitian ini pendapatan diproksi dengan total pengeluaran mahasiswa. Badan Pusat Statistika 2011 menyatakan bahwa pola pengeluaran dapat menggambarkan cara pengalokasian penduduk masyarakat terhadap kebutuhan rumah tangganya, selain itu pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk menilai tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk. Tabel 24 Rata-rata pengeluaran mahasiswa FEM untuk bahan makanan dan bukan bahan makanan berdasarkan kelas pendapatan Pendapatan Rp bulan Pengeluaran mahasiswa BM Non BM Total BM Non BM Kelas I 491.538 379.231 870.769 56,45 43,55 Kelas II 603.966 750.847 1.354.814 44,58 55,42 Kelas III 871.250 1453.750 2.325.000 37,47 62,53 FEM 620.607 770.328 1.390.934 47,67 52,33 Keterangan: BM = Bahan Makanan Non BM = Bukan bahan makanan Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 24 dapat dilihat bahwa alokasi pengeluaran untuk bahan makanan pada kelas pendapatan III 37,47 lebih kecil daripada bukan bahan makanan 62,53, begitu juga dengan kelas pendapatan I, dan II. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan mahasiswa maka sebagian besar pengeluaran tersebut dialokasikan untuk kebutuhan bukan makanan. Kebutuhan untuk bahan makanan sudah tercukupi sehingga konsumen beralih ke kebutuhan lain untuk gaya hidup, misalnya untuk membeli barang mewah yang tidak dapat dibeli saat pendapatan rendah. Hasil ini sejalan dengan hukun Engel Nicholson 1999 yang menyatakan bahwa proporsi pengeluaran