34 Tabel 6 Distribusi jumlah responden berdasarkan status tempat tinggal
Status tempat tinggal Jumlah responden mahasiswa
Persentase Koskontrak
93 76,23
Rumah orangtua wali 29
23,77 Total
122 100,00
Sumber: Data primer, diolah 2014
Tabel 6 menyajikan distribusi jumlah responden berdasarkan status tempat tinggal. Sebanyak 93 responden 76,23 tinggal di rumah kos atau kontrakan
dan sebesar 29 responden 23,77 tinggal di rumah orangtua atau wali. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas mahasiswa FEM tinggal di rumah kos atau
kontrakan.
5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah
Asal daerah mahasiswa mempengaruhi pola konsumsi makanan. Mahasiswa yang berasal dari luar daerah cenderung mengalami perubahan pola makan.
Proporsi terbesar mahasiswa dalam penelitian ini berasal dari daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi Jabodetabek. Mahasiswa dalam
penelitian ini tidak hanya berasal dari Pulau Jawa, tetapi juga berasal dari daerah lain yang ada di luar Pulau Jawa. Kriteria asal daerah responden ditentukan
berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia.
Tabel 7 Distribusi jumlah responden berdasarkan asal daerah
Asal daerah Jumlah responden mahasiswa
Persentase Perkotaan
106 86,89
Pedesaan 16
13,11 Total
122 100,00
Sumber: Data primer, diolah 2014
Tabel 7 menyajikan distribusi jumlah responden berdasarkan asal daerah. Sebanyak 106 responden 86,89 berasal dari perkotaan dan sebanyak 16
responden 13,11 berasal dari pedesaan. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas mahasiswa FEM berasal dari perkotaan.
5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Jumlah pendapatan adalah total pendapatan yang diterima tiap bulan yang berasal dari kiriman orangtua maupun hasil usaha pribadi. Tingkat pendapatan
35 responden per bulan cenderung mempengaruhi perbedaan konsumsi pangan atau
kebutuhan lainnya. Jumlah pendapatan yang terlalu kecil menyebabkan mahasiswa FEM membatasi konsumsi pangan asal ternak. Rata-rata pendapatan
mahasiswa FEM sebesar Rp 1.390.934 per bulan. Tabel 8 Distribusi jumlah responden berdasarkan tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan per bulan Jumlah responden mahasiswa
Persentase ≤ Rp 1.094.000
39 31,97
Rp 1.094.000 - Rp 1.688.000 59
48,36 ≥ Rp 1.688.000
24 19,67
Total 122
100,00 Sumber: Data primer, diolah 2014
Tabel 8 menyajikan distribusi jumlah responden berdasarkan tiga kelas pendapatan. Pertama, mahasiswa kelas pendapatan I dengan jumlah pendapatan
lebih kecil dari Rp 1.094.000 per bulan yaitu sebanyak 39 responden 31,97. Kedua, mahasiswa kelas pendapatan II dengan jumlah pendapatan sebesar Rp
1.094.000 – Rp 1.688.000 per bulan yaitu sebanyak 59 responden 48,36.
Ketiga, mahasiswa kelas pendapatan III dengan jumlah pendapatan lebih besar dari Rp 1.688.000 per bulan yaitu sebanyak 24 responden 19,67. Hal ini
mengindikasikan bahwa mayoritas mahasiswa FEM merupakan mahasiswa kelas pendapatan II.
5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan
Pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan adalah jumlah uang yang dialokasikan dari total pendapatan mahasiswa selama satu bulan untuk keperluan
konsumsi bahan makanan. Pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan tidak terlalu beragam dikarenakan sebagian besar mahasiswa membeli bahan makanan
di wilayah kampus dengan kisaran harga bahan makanan yang tidak terlalu beragam.
Rata-rata pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan pada mahasiswa FEM adalah sebesar Rp 620.607 per bulan. Tabel 9 menyajikan distribusi jumlah
responden berdasarkan pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan. Sebagian besar responden atau sebanyak 72 responden 59,02 mengalokasikan
pendapatannya untuk konsumsi bahan makanan diantara Rp 500.000-Rp
36 1.000.000. Sebanyak 44 responden 36,07 mengalokasikan pendapatannya
untuk konsumsi bahan makanan kurang dari Rp 500.000. Sebanyak lima responden 4,10 mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi bahan
makanan diantara Rp 1.000.000-Rp 1.500.000 dan sisanya satu responden 0,82 mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi bahan makanan diantara
lebih dari Rp 1.500.000. Tabel 9 Distribusi jumlah responden berdasarkan pengeluaran untuk konsumsi
bahan makanan
Jumlah pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan per bulan
Jumlah responden mahasiswa Persentase
Rp 500.000 44
36,07 Rp 500.000 - Rp 1.000.000
72 59,02
Rp 1.001.000 - Rp 1.500.000 5
4,10 Rp 1.500.000
1 0,82
Total 122
100,00 Sumber: Data primer, diolah 2014
5.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pangan Hewani yang Paling Sering Dikonsumsi
Data pada Tabel 10 memberikan informasi mengenai jenis pangan hewani yang paling sering dikonsumsi mahasiswa FEM. Informasi ini digunakan sebagai
data pendukung untuk mendeskripsikan proporsi pengeluaran pangan asal ternak pada bab pembahasan.
Tabel 10 Distribusi jumlah responden berdasarkan jenis pangan hewani yang paling sering di konsumsi
Jenis pangan hewani Jumlah responden mahasiswa
Persentase Daging sapi
1 0,82
Daging ayam 56
45,90 Telur
49 40,16
Susu 9
7,38 Ikan
7 5,74
Total 122
100,00 Sumber: Data primer, diolah 2014
Sebanyak 56 responden 45,90 paling sering mengonsumsi daging ayam. Sebanyak 49 responden 40,16 paling sering mengonsumsi telur. Sebanyak
sembilan responden 7,38 paling sering mengonsumsi susu. Sebanyak tujuh responden 5,74 paling sering mengonsumsi ikan dan sisanya satu responden
0,82 paling sering mengonsumsi daging sapi. Hal ini mengindikasikan bahwa
37 pangan hewani yang paling sering dikonsumsi mahasiswa FEM adalah daging
ayam dikarenakan ketersediaan makanan olahan dari pangan tersebut lebih banyak dan lebih bervariasi dibandingkan pangan hewani lainnya. Lain halnya dengan
daging sapi, komoditas tersebut merupakan pangan hewani yang paling jarang dikonsumsi mahasiswa FEM. Hal ini dikarenakan harga daging sapi yang relatif
lebih mahal sehingga mahasiswa cenderung tidak suka mengonsumsi daging sapi.
5.2 Pola Konsumsi Pangan Asal Ternak
Pola konsumsi pangan asal ternak adalah ragam kebiasaan seseorang dalam mengambil keputusan untuk memperoleh kepuasaan atau kegunaan yang
semaksimal mungkin dari suatu pangan asal ternak. Menurut Wulandari dalam Aprilian 2010 ada tiga hal yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu kuantitas
dan ragam pangan yang tersedia dan diproduksi, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi. Pola konsumsi yang diamati adalah frekuensi konsumsi,
pengeluaran konsumsi, dan alasan mlengonsumsi pangan asal ternak. Pangan asal ternak yang diteliti adalah daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, dan susu
sapi.
5.2.1 Pola Konsumsi Daging Sapi
Pola konsumsi daging sapi mahasiswa FEM dapat dilihat dari frekuensi konsumsi, pengeluaran konsumsi, dan alasan mengonsumsi daging sapi.
Konsumsi daging sapi dihitung dengan satuan rupiah per kilogram kg yang sudah diolah menjadi makanan siap saji. Konsumsi diasumsikan homogen dengan
konversi satuan mengikuti ukuran rumah tangga menurut Daftar Komposisi Bahan Makanan DKBM, yaitu 1 potong daging sapi = 50 gram.
Frekuensi Konsumsi Daging Sapi
Frekuensi konsumsi daging sapi adalah tingkat keseringan mahasiswa mengonsumsi daging sapi yang dibeli oleh mahasiswa dalam satuan potong per
bulan. Frekuensi konsumsi daging sapi dibagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama, mahasiswa yang mengonsumsi kurang dari 2 potong per bulan. Kategori
kedua, mahasiswa yang mengonsumsi 2-6 potong per bulan. Kategori ketiga, mahasiswa yang mengonsumsi lebih dari 6 potong per bulan.
38 Tabel 11 Distribusi jumlah responden berdasarkan frekuensi konsumsi daging
sapi
Frekuensi konsumsi daging sapi potong bulan
Jumlah responden mahasiswa Persentase
≤ 2 72
59,02 2-6
27 22,13
≥ 6 23
18,85 Total
122 100,00
Sumber: Data primer, diolah 2014
Berdasarkan hasil analisis, terdapat mahasiswa yang tidak mengonsumsi daging sapi dan frekuensi konsumsi daging sapi terbanyak yaitu 28 potong per
bulan. Rata-rata frekuensi konsumsi daging sapi responden yaitu 4 potong per bulan. Tabel 11 menunjukkan bahwa sebanyak 72 responden 59,02
mengonsumsi daging sapi kurang dari dua kali per bulan. Pada penelitian ini dikatakan bahwa mahasiswa FEM sangat jarang mengonsumsi daging sapi. Hal
tersebut disebabkan faktor harga daging sapi yang relatif mahal membuat mahasiswa FEM membatasi konsumsi terhadap daging sapi.
Pengeluaran Konsumsi Daging Sapi
Pengeluaran konsumsi daging sapi adalah besaran yang dialokasikan mahasiswa FEM dari total pendapatannya untuk mengonsumsi daging sapi yang
dihitung dalam bentuk fisik dan nominal rupiah per bulan. Hasil perhitungan pengeluaran konsumsi daging sapi dapat digunakan untuk mengetahui proporsi
pengeluaran daging sapi dari total pengeluaran untuk konsumsi pangan asal ternak. Konsumsi daging sapi yang dihitung dalam bentuk fisik kg kapita bulan dan
nominal rupiah per bulan disajikan pada Tabel 12. Rata-rata konsumsi mahasiswa terhadap daging sapi berdasarkan kelas
pendapatan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan, maka semakin tinggi pula konsumsi daging sapi. Berdasarkan jenis kelamin, rata-rata
konsumsi daging sapi lebih tinggi pada mahasiswa perempuan. Hal ini didukung bahwa mahasiswa perempuan cenderung lebih mementingkan kesehatannilai gizi
yang terkandung dalam daging sapi dibandingkan mahasiswa laki-laki. Berdasarkan status tempat tinggal, rata-rata konsumsi daging sapi lebih tinggi
pada mahasiswa yang tinggal di rumah orangtuawali. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang tinggal di rumah orangtuawali cenderung terbiasa mengonsumsi
daging sapi saat di rumah sehingga mahasiswa kelompok ini membeli daging sapi