5.2.5 Subsistem Jasa dan Penunjang
Kegiatan budidaya tanaman teh telah dikenal sejak lama. Pada masa penjajahan Belanda, politik tanam paksa culture stetsel mengharuskan rakyat
untuk menanam beberapa tanaman perkebunan, salah satunya adalah teh. Saat itu, Belanda mendirikan sebuah organisasi bernama Algemeene Vereeniging van
Rubbers Planters ter Ooster van Sumatera AVROS, yang merupakan asosiasi
pengusaha tanaman perkebunan seperti karet, teh, kelapa sawit, gambir dan sisal. AVROS didirikan dengan tujuan membantu meringankan beban anggotanya
dalam mengatasi masalah-masalah perburuhan, pembibitan serta lahan-lahan yang diperlukan untuk kemajuan perkebunan
17
. Seiring dengan perkembangan agribisnis teh di Indonesia, hingga saat ini,
telah banyak lembaga yang didirikan untuk menunjang dan mendukung kegiatan agribisnis teh. Kelembagaan tersebut terdiri dari lembaga riset dan
pengembangan, lembaga keuangan, kelompok tani atau koperasi, lembaga pemasaran, pemerintah serta berbagai asosiasi terkait lainnya.
1. Lembaga Riset dan Pengembangan
Lembaga penelitian bertugas untuk menciptakan berbagai teknologi baru maupun penyempurnaan teknologi yang sudah ada. Lembaga khusus yang
berperan sebagai lembaga penelitian teh di Indonesia ialah Pusat Penelitian Teh dan Kina PPTK yang terletak di Bandung, Jawa Barat. Lembaga yang berada di
bawah PT. Riset Perkebunan Nusantara ini merupakan lembaga penelitian pusat bagi komoditas teh di Indonesia. PPTK bertugas mengelola kegiatan inovasi
dalam rangka memajukan bisnis dan industri teh Indonesia. Kegiatan tersebut diantaranya dilakukan melalui kegiatan penelitian, pengembangan dan jasa
pelayanan kepada para stakeholder PT Perkebunan Nusantara, perkebunan besar swasta, perkebunan rakyat, pabrik, serta para pedagang dan eksportir dan
pemerintah
18
. Selain PPTK, penelitian terkait teh juga dilakukan oleh lembaga- lembaga lain yang sifatnya independen non-pemerintah, seperti perguruan
tinggi.
17
http:royandihts.wordpress.com20100724avros-algemeene-van-vereeniging-rubberplanters- ter-oostkust-sumatra-organisasi-perkebunan-karet-di-sumatera-timur-1910-1958.com [Diakses
pada 31 Maret 2011]
18
www.ritc.or.id [Diakses pada 31 Maret 2011]. 53
Lembaga Riset dan Pengembangan Komoditas Teh
Non-Pemerintah Pemerintah melalui
Kementrian Pertanian Badan Litbang Pertanian
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman
Industri PT Riset Perkebunan Nusantara
Swasta, Perguruan Tinggi
Pusat Penelitian Teh dan Kina
Gambar 8. Lembaga Penelitian Pendukung Agribisnis Teh Indonesia
Sumber : Kementrian Pertanian RI dalam www.deptan.go.id [Diakses pada 4 Mei 2010]
2. Lembaga Keuangan
Selain lembaga riset dan pengembangan, lembaga lain yang tak kalah pentingnya dalam pengembangan agribisnis teh di Indonesia adalah lembaga
keuangan. Salah satu fungsi utama lembaga keuangan adalah sebagai penyedia kredit bagi usaha atau bisnis teh baik bisnis upstream maupun downstream teh.
Lembaga keuangan yang umum dikenal di Indonesia adalah bank dan Lembaga Keuangan Mikro LKM.
Namun, peranan perbankan ataupun lembaga keuangan lainnya hingga saat ini masih dinilai kurang bagi agribisnis Indonesia
19
. Fasilitas kredit bagi industri yang bergerak di subsistem budidaya masih sulit diperoleh, terutama bagi
petani rakyat. Karena itu, dibutuhkan kerjasama antara pengusaha kecil dan pengusaha besar agar proses pengajuan kredit dapat terwujud. Dalam salah satu
programnya, pemerintah melalui Dewan Teh Indonesia telah memfasilitasi petani teh dengan dengan menciptakan suatu bentuk kemitraan antara petani teh dengan
perkebunan besar negara maupun perkebunan besar swasta dalam bentuk
19
Hasil wawancara dengan Direktur Eksekutif Dewan Teh Indonesia, Bapak Sultoni Arifin [23 Maret 2011]
54
kemitraan, dimana jalinan kemitraan ini pun telah didukung oleh keterlibatan lembaga perbankan.
3. Kelompok Tani atau Koperasi