minuman subtitusi lainnya. Dibandingkan dengan mengkonsumsi teh, konsumen rumah tangga lebih memilih mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk
memenuhi kebutuhannya terhadap minuman non-teh seperti air mineral, kopi dan susu Adam 2006. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh kurangnya promosi
yang dilakukan produsen teh apabila dibandingkan dengan kegiatan promosi minuman subtitusi lainnya
37
. Selain itu, pengusaha-pengusaha teh Indonesia masih belum berada pada
suatu kondisi persaingan yang kompetitif. PTPN sebagai market leader umumnya masih mengandalkan Pasar Lelang Jakarta Jakarta Tea Auction di samping
pemasaran langsung kepada pembeli. Dengan struktur pasar oligopoly buyers market
yang dihadapi PTPN di Pasar Lelang Jakarta, maka posisi PTPN cenderung lemah dan berdaya tawar rendah Tarigan 2003. Struktut pasar
oligopoly buyers market cukup membatasi pergerakan harga akibat rendahnya
tingkat persaingan di pasar lelang yang didominasi oleh beberapa perusahaan besar tertentu
38
. Sementara harga yang terbentuk dijadikan acuan bagi harga teh nasional. Selain itu, tindakan-tindakan atau strategi perusahaan dinilai kurang
responsif terhadap perubahan iklim persaingan. Penurunan kondisi teh nasional sejak sepuluh tahun lebih ini belum mampu diantisipasi dengan baik oleh para
stakeholder.
6.2.4 Keterkaitan antara Komponen Persaingan, Struktur dan Strategi dengan Kondisi Faktor Sumberdaya
Kondisi persaingan, struktur dan strategi belum memiliki keterkaitan yang saling mendukung dengan kondisi faktor sumberdaya. Hal ini dikarenakan belum
meratanya penyebaran sumberdaya alam, manusia, IPTEK, modal dan infrastruktur di tingkat produsen, khususnya petani rakyat. Produktivitas yang
37
Hasil wawancara dengan Bapak Boyke S. Soeratin anggota Asosiasi Teh Indonesia, PT Bursa Berjangka Jakarta [8 Maret 2011]
38
Pada proses lelang Jakarta Tea Auction yang diselenggarakan oleh PT. Kantor Pemasaran Bersama Nusantara PT. KPBN, peserta lelang hanya terdiri dari perusahaan-perusahaan yang
menjadi anggota, dan produsen teh hanya berasal dari PBN saja. Hal ini tentunya membatasi pembentukan harga akibat adanya kontrol dari beberapa perusahaan besar yang menjadi
anggota. Pada tahun 2010, perubahan badan hukum KPBN menjadi sebuah perseroan terbatas, diharapkan merupakan menjadi sinyal yang baik bagi pertumbuhan harga teh nasional. Dengan
berbadan hukum perseroan terbatas, diharapkan produsen teh yang turut serta dalam lelang bisa berasal dari pihak swasta, maupun koperasi yang mewakili rakyat. Begitu pula dengan jumlah
buyer
diharapkan akan lebih membuka kesempatan bagi banyak pembeli sehingga akan terbentuk suatu pasar yang kompetitif serta perbaikan harga
91
rendah dibandingkan dengan tipe pengusahaan kebun PBN dan PBS, menunjukkan adanya kelemahan di tingkat petani dalam hal faktor sumberdaya.
Produktivitas perkebunan rakyat di Indonesia hanya mencapai 791,9 khha. Sangat jauh apabila dibandingkan dengan produktivitas perkebunan besar negara
maupun swasta yang mencapai 1956,5 kgha dan 1301,8 kgha. Kondisi ini yang menyebabkan persaingan dalam negeri yang belum kompetitif, dikarenakan
adanya ketidakseimbangan alokasi sumberdaya antar tipe pengusahaan.
6.2.5 Keterkaitan antara Komponen Kondisi Faktor Sumberdaya dengan Industri Terkait dan Pendukung
Komponen faktor sumberdaya dengan komponen industri terkait dan pendukung memiliki hubungan keterkaitan yang saling mendukung. Sejauh ini
faktor-faktor sumberdaya yang dibutuhkan oleh industri teh telah mampu dipenuhi oleh keberadaan faktor sumberdaya dalam negeri. Kondisi tanah, cuaca
dan iklim di Indonesia sangat menunjang usahatani teh dan kelangsungan usaha pembibitan teh industri terkait. Selain itu, perkembangan industri yang
menuntut adanya dukungan kemajuan teknologi juga didukung oleh berkembangnya sumberdaya IPTEK sebagai lembaga research yang menyokong
kebutuhan industri akan teknologi. Kemajuan IPTEK yang mendukung pengembangan agribisnis teh Indonesia ini didukung oleh Pusat Penelitian Teh
dan Kina yang telah berpengalaman dan telah berada di Indonesia. Selain keberadaan PPTK, kondisi IPTEK juga didukung oleh lembaga-lembaga
pendukung lain seperti Asosiasi Teh Indonesia dan Dewan Teh Indonesia yang secara terus-menerus melakukan riset dan upaya-upaya yang memajukan
agribisnis teh Indonesia.
6.2.6 Keterkaitan antara Komponen Persaingan, Struktur dan Strategi dengan Komponen Kondisi Permintaan Domestik
Kedua komponen ini dinilai belum saling mendukung. Hal ini dikarenakan strategi yang dilakukan perusahaan nyatanya belum mampu meningkatkan
volume konsumsi domestik. Selain itu, pengetahuan masyarakat yang rendah atas spesifikasi kualitas teh yang baik menyebabkan konsumen tidak melakukan
tuntutan perbaikan mutu terhadap perusahaan. Akibatnya tingkat persaingan di pasar domestik sangatlah rendah apabila dibandingkan dengan pasar dunia.
92
93
Komposisi teh yang beredar di pasar domestik didominasi oleh teh kualitas sedang hingga rendah Surjadi 2003. Hal tersebut menyebabkan teh belum dapat
bersaing dengan produk-produk subtitusi lain, akibatnya konsumen rumah tangga cenderung lebih memilih untuk mengkonsumsi minuman non-teh. Selain itu,
kondisi yang tidak saling mendukung juga ditunjukkan oleh rendahnya konsumsi dalam negeri, padahal banyak perusahaan yang bergerak di sektor ini. Hal ini
menunjukkan perusahaan belum melakukan strategi yang tepat dalam mempromosikan dan menyebarkan produk mereka kepada masyarakat.
Tabel 22. Keterkaitan Antar Komponen Utama
No Komponen I
Komponen II Keterkaitan
Uraian
1 Faktor
Sumberdaya Kondisi
Permintaan Domestik
Saling Mendukung
• Kondisi faktor sumberdaya teh Indonesia masih memungkinkan produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen domestik, bahkan kelebihan produksi dalam negeri tersebut memungkinkan Indonesia sebagai
salah satu eksportir teh terbesar di dunia.
2 Kondisi
Permintaan Domestik
Industri Terkait dan
Industri Pendukung
Belum Saling Mendukung
• Konsumsi teh domestik yang rendah, ditambah dengan pasifnya konsumen domestik belum mampu mendorong dan memotivasi industri-industri terkait teh untuk mendistribusikan produk dengan kualitas baik.
Kualitas teh yang beredar di pasar domestik masih didominasi oleh teh bermutu rendah. Penghargaan masyarakat terhadap teh kualitas baik masih rendah.
• Produsen dalam negeri masih belum melakukan upaya promosi dan penyebaran informasi mengenai manfaat teh secara optimal, sehingga pengetahuan konsumen terhadap manfaat teh masih rendah, yang berimbas pada
rendahnya konsumsi domestik.
3 Industri
Terkait dan Industri
Pendukung Persaingan,
Struktur dan Strategi
Belum Saling Mendukung
• Struktur pasar yang terbentuk masih didominasi oleh pihak PBN. Kontribusi produsen swasta dan rakyat masih harus ditingkatkan agar persaingan antar industri dalam negeri semakin kompetitif.
• Strategi atau tindakan para produsen teh di Indonesia masih belum cukup gesit dalam merespon perubahan lingkungan persaingan. Indonesia masih merupakan follower pasar dan strategi yang dilakukan masih belum
mampu meningkatkan daya tawar Indonesia di pasar dunia. 4
Persaingan, Struktur dan
Strategi Kondisi Faktor
Sumberdaya Belum Saling
Mendukung • Kondisi persaingan dalam negeri yang belum cukup kompetitif disebabkan oleh belum meratanya penyebaran
sumberdaya manusia professional, dan sumberdaya IPTEK terutama pada perkebunan rakyat.
5 Kondisi
Faktor Sumberdaya
Industri Terkait dan
Industri Pendukung
Saling Mendukung
• Sejauh ini, kondisi faktor sumberdaya telah mampu menyokong industri terkait dan pendukung teh nasional. Salah satunya dalam pemenuhan bahan baku untuk pengolahan teh. Namun dibutuhkan komitmen dari
seluruh stakeholder agar industri teh dalam negeri dapat terus bersaing. • Perkembangan industri menuntut faktor-faktor sumberdaya khususnya lembaga peneitian dan sumberdaya
manusia agar dapat terus meningkatkan kualitas mereka. 6
Persaingan, Struktur dan
Strategi Kondisi
Permintaan Domestik
Belum Saling Mnedukung
• Rendahnya volume konsumsi domestik dan minimnya tuntutan konsumen akan produk yang berkualitas, menyebabkan tingkat persaingan industri dalam menciptakan produk-produk berkualitas masih rendah.
• Strategi yang diterapkan perusahaan belum mampu meningkatkan konsumsi teh domestik.
94
6.3 Keterkaitan Komponen Pendukung