II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Teh Indonesia
Teh merupakan tanaman berbentuk pohon yang tingginya bisa mencapai belasan meter. Namun, tanaman teh yang dibudidayakan di perkebunan selalu
dipangkas hingga mencapai ketinggian 90-120 meter untuk memudahkan pemetikan. Tanaman teh bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun
merupakan tanaman yang berasal dari Cina. Diperkirakan, tanaman ini masuk ke Indonesia pada tahun 1684, dan mulai dikenal luas sebagai tanaman perkebunan
pada awal abad ke-19 Nazaruddin Paimin 1993. Teh tergolong ke dalam minuman fungsional karena memiliki banyak
khasiat yang baik bagi kesehatan. Manfaat yang dapat diperoleh dari meminum teh secara teratur diantaranya adalah dapat menurunkan munculnya risiko
penyakit kanker dan radiovaskular, menurunkan berat badan, mencegah osteoporosis dan merupakan sumber mineral dan vitamin. Sangat dianjurkan
meminum teh secara teratur sebanyak 4-5 kali sehari untuk dapat memperoleh manfaat dari senyawa yang terkandung dalam teh Pambudi 2006.
Berdasarkan varietasnya, teh terbagi menjadi varietas Sinensis dan varietas Assamica
. Varietas teh yang umumnya dibudidayakan di Indonesia adalah varietas Assamica. Sementara varietas Sinensis umumnya dibudidayakan di
negara Cina dan Jepang. Secara umum, perbedaan dari kedua varietas ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis Teh Berdasarkan Varietas
No. Jenis Teh
Sinensis Assamica
1 Tinggi pohon sekitar 3-9 meter
Tinggi pohon sekitar 12-20 meter 2
Pertumbuhan lambat Pertumbuhan lebih cepat
3 Jarak antara cabang dengan tanah sangat dekat
Jarak antara cabang dengan tanah agak jauh
4 Daun berukuran kecil, pendek, berujung tumpul, berwarna hijau tua
Daun lebar, panjang, berujung runcing, berwarna hijau mengkilat
5 Hasil produksi sedikit
Hasil produksi tinggi. 6
Kualitas baik Kualitas baik
7 Banyak terdapat di Cina dan Jepang
Dibudidayakan di Indonesia 8
Kandungan katekin tidak dominan Kandungan katekin tinggi
Sumber : Nazaruddin dan Paimin 1993
8
Selain perbedaan secara fisik, kedua varietas ini juga memiliki perbedaan pada kandungan katekinnya. Katekin adalah kandungan pada teh yang bermanfaat
untuk kesehatan dan merupakan antioksidan yang sangat efektif untuk menetralkan radikal bebas dalam tubuh. Kadar katekin yang terdapat pada teh
Assamica lebih tinggi dibandingkan dengan kadar katekin teh yang berasal dari
varietas Sinensis. Secara tidak langsung, hal ini menunjukkan bahwa kualitas teh Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan kualitas teh dari negara lain,
khususnya Cina dan Jepang
5
. Kandungan katekin yang terdapat pada beberapa jenis teh yang diperdagangkan di pasar internasional ditunjukkan oleh Tabel 4.
Tabel 4. Kadar Katekin pada Beberapa Jenis Teh No.
Negara Jenis Teh
Kadar Katekin
1. Indonesia Teh
Hitam Orthodox
Teh Hitam CTC Teh Hijau Ekspor
Teh Wangi 8,24
7,02 11,60
9,28 2. Jepang
Teh Sencha
5,06 3. China
Teh Oolong
Teh Wangi 6,73
7,47 4.
Sri Langka Teh Hitam
7,39
Sumber : Bambang et al 1995 dalam Indarto 2007
Spillane 1992 diacu dalam Nazaruddin dan Paimin 1993 membagi perkebunan teh yang diusahakan di Indonesia berdasarkan ketinggian daerah
penanamannya. Berikut ini adalah kelima jenis wilayah penanaman teh tersebut : 1.
High grown, berada pada ketinggian lebih dari 1.500 m. Contohnya adalah perkebunan Sinumbar dan perkebunan Sperata di Jawa Barat.
2. Good medium, berada pada ketinggian antara 1.200-1.500 m. Contohnya
adalah perkebunan Malabar, Gunung Mas, dan Goalpara di Jawa Barat. 3.
Medium, berada pada ketinggian 1.000-1.200 m. Contohnya adalah perkebunan Wonosari di Jawa Timur.
4. Low medium, berada pada ketinggian 800-1.000 m Contohnya adalah
perkebunan Pasir Nangka dan Cikopo Selatan di Jawa Barat.
5
DIN. 2007. Teh Indonesia Lebih Menyehatkan dalam www.kompas.co.id [Diakses pada 18 Oktober 2010]
9
5. Common, berada pada ketinggian di bawah 800 m. Contohnya adalah
perkebunan Gunung Rang. Kemudian, Suprihatini dan Rosyadi 2003 mengungkapkan bahwa
komposisi produk teh Indonesia pada tahun 2002 yang diperjualbelikan melalui Kantor Pemasaran Bersama KPB sebagian besar 50 persen adalah jenis
medium grown tea , dan sisanya sebanyak 30 persen dan 20 persen merupakan low
grown tea dan high grown tea.
2.2 Sistem Agribisnis Komoditas di Indonesia