Subsistem Pengolahan Sistem Agribisnis Teh Indonesia .1 Subsistem Hulu

Tabel 12. Analisis Usahatani Kebun Teh dengan Produk Pucuk Basah dan Daun Kering No Uraian Jumlah Luas Area Kebun Ha 1.014 Produksi Pucuk Basah Kg 534.912 Produksi Daun Kering Kg 118.664

I. Biaya Tanaman

Rp • Gaji, Tunj dan Biaya Sosial Karyawan Pimpinan 18.087.513 • Biaya Pemeliharaan Tanaman 349.702.760 • Biaya Panen 363.612.994 • Biaya Pengangkutan 46.700.414 • Tunjangan dan Biaya Sosial Karyawan 7.583.351 • Biaya Penyusutan Tanaman 23.156.710 Total Biaya TanamanHa 808.843.772 Asumsi harga Rp 1.300kg 695.385.600 RC Ratio 0,85 II Biaya Pengolahan • Biaya pengolahanKg 331.242.546 • Biaya Pemeliharaan Pabrik 56.768.625 • Biaya Pengepakan 85.768.625 Total Biaya Pengolahan 473.409.022 Biaya PengolahanKg 3.989 III HPP Daun Kering a 1.282.252.794 HPP Daun KeringKg 10.805 1V Penjualan Cent – US • First Grade 201 cent – US 67,84 x 118.664 Kg = 80.502 kg 16.180.902 • Second Grade 146 cent – US 26,39 x 118.664 kg = 31.315 kg 4.571.990 • Off Grade 69 cent – US 5,77 x 118.664 kg = 6.847 kg 472.443 Total Penjualan Cent – US 21.225.335 Total Penjualan Rp b 1.926.623.658 RC Ratio Daun Kering 1,502 Pendapatan b – a 644.370.864 Keterangan : 1 US = 100 Cent = Rp 9.077,- pada Desember 2010 Sumber : Laporan Kebun Cisaruni Desember 2010, PTPN VIII 2010 tidak dipublikasikan

5.2.3 Subsistem Pengolahan

Setelah melalui proses pemetikan, pucuk teh tidak bisa langsung dikonsumsi. Pucuk teh tersebut harus melalui tahap pengolahan agar dihasilkan teh dengan kualitas rasa, aroma dan warna seduhan yang menarik, serta tahan lama. Berdasarkan teknik pengolahannya, teh dibedakan menjadi dua, yaitu teh 48 yang melalui tahap fermentasi teh hitam dan teh yang tidak melalui tahap fermentasi teh hijau. Teh hitam yang diproduksi di Indonesia terdiri dari teh Orthodox dan teh CTC. Perbedaan kedua jenis teh tersebut terletak pada proses pengolahannya. Produk teh orthodox melalui proses yang lebih rumit dan panjang dibandingkan CTC. Sedangkan produk teh CTC merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk yang dilakukan oleh produsen teh di Indonesia. Permintaan teh melalui proses CTC semakin meningkat dari waktu ke waktu menyusul peningkatan minat konsumen terhadap konsumsi tea bag teh celup. Sedangkan teh hijau merupakan produk yang belum diproduksi dalam jumlah banyak. sebagian besar produksi teh hijau ditujukan untuk pasar domestik, tampak pada komposisi ekspor teh Indonesia yang didominasi oleh produk teh hitam. Tabel 13. Spesifikasi Teh berdasarkan Grade No. Grade Spesifikasi 1 First Grade BOP I SP, BOP I, BOP, BOP F, PF, DUST, BT dan BP 2 Second Grade PF II, DUST II, BT II, BP II, DUST III dan FANN II 3 Off Grade BM dan PLUFF Sumber : PPTK 2006 Berdasarkan grade mutunya, teh di Indonesia terbagi menjadi tiga kelas, yaitu first grade umumnya disalurkan untuk pasar ekspor, second grade umumnya disalurkan untuk pasar domestik dan off grade umumnya disalurkan untuk pasar tradisional domestik. Grade adalah pengklasifikasian daun teh berdasarkan ukuran dan kondisinya. Tabel 13 memberikan informasi mengenai spesifikasi dari masing-masing grade. Selain diolah menjadi minuman, tanaman teh juga dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi produk lainnya. Berbagai bagian dari tanaman teh dimulai dari akar, batang, daun tua, serat, tangkai daun, aroma, biji teh dapat diolah menjadi produk sampingan teh. Beberapa produk hasil pengolahan utama dan sampingan tanaman teh tampak pada Tabel 14. Beberapa produk pada Tabel 14 sudah diproduksi di Indonesia, namun beberapa yang lainnya baru sampai tahap penelitian. Hasil samping tanaman teh Indonesia umumnya belum ditangani secara profesional. Banyak produk sampingan teh yang diimpor Indonesia untuk memenuhi kebutuhan industri di bidang farmasi, kosmetika, perikanan dan lain- lain Purwoto, Suprihatini dan Sudaryanto 1998 diacu dalam Suryatmo 2003. 49 Tabel 14. Produk Olahan Utama dan Sampingan Tanaman Teh No Asal Bahan Produk dan Kegunaan 1 Pucuk daun muda Teh hitam, teh hijau, teh oolong, teh wangi, ekstrak kafein, ekstrak katekin, ekstrak flavor, ekstrak instant, kue, mie instant sebagai bahan campuran, permen teh, jamu, sirup teh, pewarna dan bahan campuran kosmetik. 2 Tangkai, serat Pluff Ekstrak kafein, ekstrak instant, subtitusi teh celup. 3 Daun tua Bahan baku pewarna kain, alas jenazah, mulching serasah di kebun teh. 4 Akarbatang Kayu bakar, perlengkapan rumah tangga, media jamur kuping dan Ganoderma, arang aktif. 5. Biji teh Minyak biji teh kandungan rendemennya 18-25 persen sebagai minyak goring non-kolesterol, ampas saponin berguna untuk membasmi hama udang, pakan ternak dengan kandungan protein ± 11 persen. Sumber : Suryatmo 2003 Saat ini, industri teh nasional juga mulai diramaikan dengan kehadiran produk-produk olahan teh yang semakin beragam. Produk-produk teh hilir yang beredar di Indonesia misalnya ready to drink tea, tea bag teh celup, instant tea, teh wangi, teh buih tablet effervescent, permen teh, kosmetik, serta obat-obatan. Perkembangan produk teh hilir ini memberikan dampak positif terutama bagi peningkatan citra teh di masyarakat sekaligus mendekatkan masyarakat Indonesia terhadap produk-produk olahan teh. Hal tersebut juga didukung oleh bentuk kemasan dan promosi yang menarik.

5.2.4 Subsistem Pemasaran