I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Subsektor perkebunan merupakan subsektor yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Dibandingkan dengan subsektor lain dalam
sektor pertanian, subsektor perkebunan merupakan kontributor devisa tertinggi. Tabel 1 menunjukkan neraca perdagangan pertanian selama periode 2005-2009,
dimana subsektor perkebunan mengalami surplus perdagangan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 21,25 persen per tahun. Selain sebagai kontributor
devisa, Febriyanthi 2008 juga menyebutkan peranan lain dari subsektor perkebunan yaitu sebagai subsektor penyerap tenaga kerja dan kontributor bagi
produk domestik bruto.
Tabel 1. Neraca Perdagangan Pertanian Tahun 2005-2009
Tahun Kegiatan
2005 2006 2007 2008 2009 US 000
1 Subsektor Perkebunan
Ekspor 10.673.186
13.972.064 19.948.923 27.369.363 21.581.670
Impor 1.532.520 1.675.067
3.379.875 4.535.918 3.949.191
Neraca 9.140.666 12.296.997 16.569.048 22.833.445 17.632.479
2 Subsektor Hortikultura
Ekspor 227.974
238.063 254.765
432.727 378.627
Impor 367.425 527.415
795.846 909.669
1.063.120 Neraca
-139.451 -289.352
-541.081 -476.942 -684.493
3 Subsektor Peternakan
Ekspor 396.526 388.939
748.531 1.148.170 754.914
Impor 1.121.832 1.190.396
1.696.459 2.352.219 2.132.800
Neraca -725.306 -801.457
-947.928 -1.204.049
-1.337.886 4
Subsektor Tanaman Pangan Ekspor
286.744 264.155 289.049
348.914 321.280 Impor
2.115.140 2.568.453 2.729.147
3.526.961 2.737.862 Neraca
-1.828.396 -2.304.299
-2.440.098 -3.178.047
-2.416.582 Sektor Pertanian
Ekspor 11.584.429 14.863.221 21.241.268 29.299.174 23.036.491
Impor 5.136.916 5.961.331.
8.601.327 11.324.767 9.882.973
Neraca 6.447.513
8.901.890 12.639.941 17.974.407 13.153.518
Sumber : BPS 2010 dalam Kementrian Pertanian Republik Indonesia 2010
Pemerintah melalui Kementrian Pertanian periode 2010-2014 menetapkan beberapa komoditas perkebunan sebagai komoditas unggulan nasional.
Komoditas unggulan nasional ini merupakan komoditas yang menjadi prioritas
1
untuk dikembangkan dalam periode pembangunan pertanian di masa yang akan datang. Pengembangan komoditas ini dimaksudkan untuk meningkatkan
produktivitas, perolehan devisa atau ekspor, subtitusi produk impor serta untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Salah satu komoditas perkebunan yang
termasuk ke dalam komoditas unggulan nasional adalah teh
1
. Teh merupakan komoditas yang memiliki peranan penting bagi
perekonomian nasional. Sebanyak 61 persen produk teh Indonesia diekspor untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri BPS 2010. Sementara sisanya berperan
sebagai bahan baku bagi industri dan konsumsi dalam negeri. Selain itu, usaha perkebunan teh juga memiliki kemampuan menyerap tenaga kerja dalam jumlah
besar. Santoso 2009 menyebutkan bahwa usaha perkebunan teh mampu menyerap sekitar 450.000 tenaga kerja dan telah menghidupi sekitar 2,25 juta jiwa
petani teh Indonesia. Rasio penyerapan tenaga kerja usaha perkebunan teh mencapai 2-3 orang per hektar, lebih tinggi dibandingkan komoditas perkebunan
lain seperti kelapa sawit. Selain kontribusinya bagi perekonomian nasional, usaha perkebunan teh
juga memberikan dampak positif bagi lingkungan. Keberadaan perkebunan teh dapat membantu mempertahankan sistem hidrologi, mencegah erosi pada tanaman
teh yang telah produktif, menyerap CO2 dan menghasilkan O2 serta dapat menjadi alternatif pilihan fasilitas rekreasi agrowisata. Selain itu, dalam konteks
pengembangan industri, industri teh curah dan industri teh olahan Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan karena nilai backward dan forward linkage
dari indsutri ini lebih dari satu, sehingga menyebabkan multiplier effects bagi industri teh nasional
2
.
1
Komoditas unggulan nasional yang berasal dari subsektor perkebunan terdiri dari kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, tebu, karet, kapas, tembakau, cengkeh, jarak pagar,
nilam dan kemiri sunan Kementrian Pertanian Republik Indonesia 2010.
2
Menurut Santoso dan Suprihatini 2007b, peningkatan permintaan baik di sektor industri teh curah maupun teh olahan sebesar satu satuan akan meningkatkan output yang relatif besar di
semua industri, termasuk industri itu sendiri sebesar 1,5 kali lipat. Dengan memperhitungkan efek konsumsi masyarakat terhadap teh, yaitu ketika terjadi peningkatan pengeluaran rumah
tangga yang bekerja di industri teh, maka kenaikan output tersebut dapat mencapai 3 kali lipat. Selain itu, industri teh curah dan teh olahan juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan
pendapatan tenaga kerja di semua industri. Efek induksi yang terjadi terhadap industri lain akibat peningkatan pendapatan tenaga kerja di industri teh curah dan teh olahan tersebut
sebesar 1,6 kali lipat.
2
Indonesia termasuk ke dalam sepuluh produsen dan eksportir teh terbesar di dunia. Pada tahun 2000, Indonesia merupakan produsen teh terbesar kelima di
dunia dengan volume produksi teh Indonesia mencapai 5,5 persen. Begitu juga dengan kegiatan ekspor teh Indonesia, posisi Indonesia saat itu menempati urutan
kelima dengan pangsa ekspor teh mencapai 8 persen dari total volume ekspor teh dunia. Namun, seiring dengan berkembangnya persaingan diantara produsen dan
eksportir teh dunia, posisi Indonesia semakin tergeser oleh negara-negara pesaing seperti Vietnam dan Turki. Hingga pada tahun 2008 pangsa produksi dan ekspor
teh Indonesia turun menjadi 3,6 dan 5,8 persen. Salah satu penyebab turunnya produksi teh nasional adalah maraknya konversi areal perkebunan teh menjadi
areal tanam komoditas lain. Perkembangan produksi teh negara-negara di dunia ditunjukkan oleh Gambar 1.
Perkembangan Produksi Teh di Beberapa Negara Penghasil Teh
Gambar 1.
hun 2000-2008
Sumber : ITC 2009
Terbesar Dunia Ta
3
Sebagai penghasil teh, Indonesia menghadapi persaingan dengan produsen-produsen lainnya. Pada perdagangan teh internasional, Vietnam, Kenya
dan Sri Langka merupakan tiga pesaing terdekat Indonesia
3
. Beberapa tahun terakhir ini Vietnam mampu meningatkan produksi teh mereka, sementara
produksi teh Indonesia terus menurun. Kenya dan Sri Langka merupakan kompetitor Indonesia dalam hal kesamaan produk teh yang dihasilkan. Produk teh
hitam CTC milik Indonesia memiliki kesamaan dengan produk teh hitam CTC yang dihasilkan Kenya, sementara produk teh hitam Orthodox Indonesia relatif
serupa dengan teh hitam Orthodox yang diproduksi Sri Langka.
Tabel 2. Nilai dan Jumlah Ekspor-Impor Teh Indonesia Tahun 2000-2009 Tahun
Ekspor Impor Nilai
Jumlah Ton Nilai
JumlahTon 000 US
000 US 2000 112.105
105.582 3.091
2.632 2001 112.524
107.144 3.091
2.632 2002 103.427
100.184 3.561
3.526 2003 95.970
88.894 3.807
4.000 2004 116.018
98.572 5.531
3.925 2005 121.777
102.389 7.161
5.479 2006 134.515
95.338 8.703
5.293 2007 125.243
83.658 11.855
10.366 2008 158.958
96.209 11.990
6.625 2009
171.628 92.305
12.537 7.168
Sumber : Dirjenbun 2010
Tabel 2 menunjukkan perkembangan kegiatan ekspor dan impor teh Indonesia selama tahun selama tahun 2000 hingga 2009. Pada kegiatan ekspor
teh, nilai ekspor teh Indonesia cenderung mengalami peningkatan, namun volumenya cenderung menurun, dan penurunan yang terjadi rata-rata mencapai
1,7 persen setiap tahunnya. Penurunan volume ekspor ini dapat menyebabkan pangsa ekspor teh Indonesia menurun. Sementara itu, di dalam negeri produk-
produk teh impor mulai banyak memasuki pasar domestik. Tabel 2 menunjukkan
3
Hasil wawancara dengan Ir. Mudjiwati Sadjad Msc.-IS, PT. Kantor Pemasaran Bersama Nusantara [20 Maret 2011]
4
adanya peningkatan kegiatan impor teh di dalam negeri. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kecenderungan peningkatan volume dan nilai impor teh ke
Indonesia. Selama periode tersebut, volume impor teh Indonesia mengalami peningkatan rata-rata sebesar 18,67 persen per tahun, sementara nilai impor
meningkat sebesar 20 persen per tahunnya. Penurunan volume ekspor teh akan mempengaruhi pangsa pasar teh
Indonesia di pasar internasional, sementara peningkatan kegiatan impor teh akan mengurangi perolehan devisa bagi negara. Fungsi teh sebagai salah satu
kontributor devisa akan terganggu, hal ini akan berimbas terus hingga ke pelaku produksi di lapangan. Dengan mempertimbangkan kondisi persaingan yang
semakin ketat, dimana negara-negara produsen dan eksportir teh saat ini telah mampu meningkatkan kinerja produknya, maka penting untuk mengetahui
bagaimana dayasaing agribisnis teh Indonesia di pasar internasional kemudian merumuskan strategi-strategi untuk mengembangkan kegiatan agribisnis teh
Indonesia dalam rangka peningkatan dayasaing tersebut.
1.2 Perumusan Masalah