Tabel. 20. Perusahaan-Perusahaan yang Tergabung ke dalam Jakarta Tea Auction No. Nama
Perusahaan Spesifikasi Kebutuhan
1. PT. Pucuk Mas Tiga Daun
Black Tea 2. CV.Padakersa
Black Tea 3.
PT. Van Rees Indonesia Black Tea
4. PT. KBP
Chakra Green Tea, Black Tea
5. PT. Pacific Agritama Comoditi
Green Tea, Black Tea 6.
PT. Lipton Limited Black Tea
7. L.E. Schuurman Thee BV.
Black Tea 8.
PT. Sariwangi A.E.A Black Tea
9. PT. Jakarta Tea Traders
Black Tea 10.
CV. Sinar Maluku Black Tea
11. Suruchi Enterprise
Black Tea 12. Indoham
Black Tea 13. PT.
Rajawali Black Tea
14. Indonesian Nature Tea Co.
Black Tea 15.
PT. Putindo Inti Selaras Black Tea
16. PT. Multi Kemindo Majutama
Green Tea, Black Tea 17. CV.
Suryakencana Black Tea
18. PT. Pentaglobal Intracom
Black Tea 19.
PT. Tea Expertindo Green Tea, Black Tea
20. PT. Trijasa Prima Sejati
Black Tea 21.
S. St. Clair Teas Indonesia Black Tea
22. Yoosuf Akbani
Black Tea
Sumber : PT. Kantor Pemasaran Bersama Nusantara dalam BPS 2011
6.1.5 Peran Pemerintah
Pemerintah merupakan aspek yang sangat penting dalam menentukan kualitas dayasaing suatu bangsa. Pemerintah memiliki kewenangan membuat
regulasi, mengatur, memfasilitasi, melindungi bahkan membatasi aktivitas dari warga negaranya, termasuk seluruh warga dan stakeholder yang terlibat dalam
kegiatan agirbisnis teh di Indonesia. Peranan pemerintah tercermin melalui kebijakan, regulasi, maupun dukungan terhadap upaya-upaya pengembangan
agribisnis teh. Hingga saat ini, terdapat beberapa kebijakan, regulasi maupun sikap pemerintah yang mempengaruhi kelangsungan kegiatan agribisnis teh di
Indonesia. Berikut ini adalah beberapa bentuk kebijakan maupun sikap yang dinilai paling berpengaruh terhadap agribisnis teh nasional :
1. Penetapan komoditas teh sebagai komoditas unggulan nasional Kementrian
Pertanian RI 2010
83
Penetapan tanaman teh sebagai salah satu komoditas unggulan nasional merupakan suatu bentuk dukungan pemerintah terhadap komoditas
teh yang dirasakan sangat strategis dan memberikan multiplier effects bagi pengembangan agribisnis teh nasional. Dengan diberikannya bentuk
dukungan seperti ini, maka diharapkan dapat mempercepat pengembangan agribisnis teh nasional kedepannya. Penetapan teh sebagai komoditas
unggulan nasional ini diarahkan kepada upaya-upaya peningkatan produksi yang nantinya dapat meningkatkan penerimaan devisaekspor, memenuhi
kebutuhan bahan baku industri dalam negeri, serta sebagai produk substitusi impor Kementrian Pertanian RI 2010.
2. Penetapan harga dasar bagi pembelian pucuk yang diperoleh dari petani
rakyat Peraturan Kementrian Kehutanan No. 6291998 Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga harga teh di tingkat petani
dari ketidakadilan yang mungkin dilakukan oleh pihak pabrik pengolah. Peraturan ini menyatakan bahwa harga pucuk dari petani ditetapkan setelah
adanya kesepakatan antara petani atau organisasi petani dengan perusahaan pengolah. Namun dalam pelaksanaannya, peraturan ini hampir tidak
berjalan dengan baik, karena umumnya penetapan harga masih belum melalui proses kesepakatan kedua belah pihak Kustanti Widiyanti 2007.
3. Penetapan tarif impor untuk produk teh produk curah maupun olahan
sebesar 5 persen. Saat ini, penetapan tarif impor teh di Indonesia dinilai terlalu kecil,
yaitu sebesar 5 persen untuk semua jenis teh baik teh curah maupun teh kemasan. Perkembangan volume dan nilai impor Indonesia dapat dilihat
kembali pada Tabel 2. Apabila kondisi ini terus dibiarkan, maka akan mengancam agribisnis teh nasional.
Rendahnya penetapan tarif impor ini juga akan mempengaruhi kelangsungan industri teh lanjutan dalam negeri, mengingat pemerintah juga
menetapkan PPN sebesar 10 persen bagi produk teh kemasan. Hal ini menyebabkan biaya yang dikeluarkan produsen teh kemasan dalam negeri
lebih besar dibandingkan dengan biaya impor produk teh kemasan yang hanya dikenai pajak sebesar 5 persen.
84
Tabel 21. Tarif Impor Produk Teh di Beberapa Negara Eksportir Teh ke
Indonesia
No Negara Tarif Impor
Teh Curah 090220, 090240
Produk Teh Kemasan 090210, 090230
1 Sri Langka 25 persen
25 persen 2
India 114 persen
114 persen; 30 persen instant tea
3 China
15 persen MFN; 100 persen di luar MFN
15 persen MFN; 100 persen di luar MFN
4 Kenya
25 persen 25 persen
5 Malawi
50 persen teh hitam; 10 persen teh hijau
50 persen teh hitam; 10 persen teh hijau
6 Jepang
3 persen teh hitam; 17 persen teh hijau
12 persen teh hitam kemasan; 10 persen instant
tea
7 Taiwan
17,6 persen 25 persen teh oolong
8 Turki
145 persen 145 persen
Sumber : International Trade Center 2006 dalam Santoso dan Suprihatini 2007a
4. Penghapusan PPN untuk produk teh curah pada tahun 2007.
Pengenaan PPN bagi seluruh produk teh sebesar 10 persen sangat mempengaruhi kondisi perkebunan teh di Indonesia. Banyak perkebunan
bahkan perkebunan besar negara yang menderita rugi akibat produk teh curahnya dikenai PPN sebesar 10 persen
31
. Karena itu, penghapusan PPN bagi produk teh curah sangat mempengaruhi kelangsungan perkebunan teh
di Indonesia. 5.
Kebijakan lainnya Penetapan Pajak Pertambahan Nilai PPN untuk teh kemasan
sebesar 10 persen, pengaturan pajak dalam kegiatan investasi dalam agribisnis teh Indonesia, pengenaan tarif impor bagi alat, mesin, bahan baku
kemasan yang digunakan dalam proses pengolahan teh serta beberapa bentuk kebijakan lainnya Suprihatini Rosyadi 2003.
31
Hasil wawancara dengan Direktur Eksekutif Dewan Teh Indonesia, Sultoni Arifin [23 Maret 2011]
85
Sejauh ini, belum ada kebijakan yang secara khusus ditujukan kepada komoditas teh. Hal ini perlu dipertimbangkan kembali mengingat peranan teh
dalam pembangunan nasional sebagai tanaman yang strategis. Sehingga dalam pengembangannya diperlukan dukungan khusus dan kontinu dari pemerintah
kepada komoditas ini.
6.1.6 Peran Kesempatan